Avin mengedarkan pandangan nya, menelisik apa yang bisa ia bawa dari kamar ini, ia harus pergi dari neraka berkedok mansion ini, tapi setelah di teliti tak ada apapun yang bisa ia bawa, tak ada ponsel, laptop atau apapun, sialan kalau begini gimana cara nya hidup di luar
Avin menghela nafasnya panjang, umur nya masih 10 tahun, ia masih bocah ingusan yang seharusnya memang masih membutuhkan perhatian atau kasih sayang keluarga, tapi apa yang ia dapat ? Kekerasan..
Avin berdecak kesal, tabungan pun tak ada sepeser pun !!!
Memang seharusnya ia mengutuk Gavindra di alam baka sana, ia enak-enakan bersama emak nya di saja lah dia susah disini karena jadi pelampiasan amarah si Javier
Sial mengingat nama Javier ia semakin benci dengan pria tua yang sayang nya tampan itu, yang satu itu ia tak munafik, jika Javier beserta anak-anaknya memang tampan dan gagah, lah dia kaya cewe letoy yang sekali di dorong langsung jatuh
"Bodo amat, yang penting kelual aja dulu" gumam Avin, ia mendongak untuk melihat apakah ada cctv ternyata tidak membuat nya tersenyum lebar, yang tak ia ketahui adalah cctv nya terletak di antara lampu-lampu mewah di kamar nya
Avin berjalan ke arah balkon, kamar nya ada di lantai 2, cara ia turun tak lain adalah menggunakan tali atau kain seperti di film tapi ia takut ketinggian ! Jadi ia hanya harus mencari jalan keluar yang lain
Avin melihat ke arah pintu, lalu mencoba membuka nya karena tadi ia mengunci dari dalam, dan terbuka
Dengan cepat Avin berjalan mengendap-ngendap, mata nya membulat melihat Kaivan anak sulung Javier datang jadi ia langsung bersembunyi di salah satu kamar yang dekat, entah itu kamar siapa yang penting ia hanya harus bersembunyi dulu
Avin berbalik melihat kamar yang mungkin salah satu kamar Abang nya, mata nya membulat sempurna saat melihat ada laptot tergeletak di atas ranjang jadi dengan cepat ia mengambil laptop itu
"Kalau di jual pasti mahal, lumayan buat hidup di lual, hehe" ucap Avin
Kembali mengedarkan pandangan nya dan lagi mata nya berbinar kala melihat ada dompet dan ponsel di atas meja, ia langsung membuka dompet itu, tak ada apapun hanya kartu yang Avin gak tau tapi ia pernah melihat ayah nya dulu juga memiliki kartu di dompet nya, dan ayah nya bilang kita bisa membeli apapun dengan uang itu, memang sih warna kartu dengan yang ayah nya punya berbeda, tapi ambil saja untuk berjaga-jaga, tak tanggung-tanggung ia mengambil 5 kartu sekaligus menyisakan kartu berwarna hitam sendiri
Avin juga mengambil ponsel yang nampak bagus itu, kalau di jual juga pasti untung
"Hehe Avin pasti akan jadi Olang kaya setelah ini" ucap Avin senang
"Apa yang kau lakukan" Avin terjengkit kaget lalu menoleh dan melihat Abang nya Astra yang baru selesai mandi, hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah nya saja
"Bukankah kau seharusnya menjalani hukuman mu" ucap Astra menatap Avin tajam
Sialan, kenapa Javier dan anak-anak nya memiliki tatapan seperti predator sih !!!!
"E-enggak kok, Avin cuma liat-liat"
Setelah nya Avin langsung berlari keluar dengan membawa bawang curian nya, Astra tentu saja melihat apa yang Avin bawa hanya saja ia cuek berpikir jika mungkin Avin akan bosan di kurung 3 hari di dalam kamar jadi mengambil laptop dan ponsel nya
Avin melihat dari lantai atas di bawah sana ada kakek tua Dirga, Javier, Javas, Kaivan, dan Varka sepertinya sedang membahas hal yang serius
Avin gak takut kok, jadi Avin menuruni anak tangga dengan berlari membuat para maid dan bodyguard memekik kala Avin berlari di tangga dengan cepat
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavindra (Tamat) ✔️
Non-Fictionjust Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang pandai membuat lawan bicara nya terdiam Ikuti kisah nya sebagai Gavindra Dirgantara, bungsu yang a...