29

46.1K 5.4K 148
                                    

"Ayooooo... Ayo main di taman, jangan di lumah telus nanti kaya anak pelawan" Avin terus merengek, menarik-narik tangan Astra untuk menemani nya bermain di taman, sebenarnya ia hanya ingin bertemu dengan ayah nya lagi

"Gavindra, cuaca sedang panas" balas Astra malas

Benar saja, ia tak tau jika Indonesa benar-benar begitu panas

"Enggakk, itu tidak panas" elak Avin yang terus menarik Astra tapi nampak nya Abang laknat nya ini tak bergerak sedikitpun

"Ayooo, kita kelual Abang~" rengek Avin makin menjadi-jadi

"Baiklah, baiklah tapi izin Daddy dulu" Avin mengangguk antusias dan segera menemui Javier yang memang sedang sibuk-sibuk nya di ruang kerja

"Daddy ?" Javier mendongak melihat putra kecil nya, lalu tersenyum dan menyuruh Avin masuk

"Ada apa hmm" tanya Javier mengangkat Avin untuk duduk di pangkuan nya

"Avin sama Abang Astla mau kelual, mau ke taman, boleh ya"

"Tapi-"

"Tidakkk ! Tidak panas kok, itu hanya telik" Javier terkekeh pelan, pintar sekali mengeles

"Baiklah tapi jangan nakal oke, dengarkan kata bang Astra" Avin mengangguk cepat, ia langsung turun dengan tergesa dan berlari keluar

"Jangan lari nanti-"

Brukk

"-Jatuh" seolah tak terjadi apapun, Avin bangun dan kembali berlari membuat Javier menggelengkan kepala nya melihat tingkah si bungsu

Avin kembali menarik tangan Astra yang sedang memejamkan matanya

"Ayooo, cepatttt" Astra menghela nafasnya pelan, lalu membawa Avin untuk ia Gendong, awalnya Avin memberontak tak ingin di gendong tapi apa boleh buat, yasudah lah terima saja

Karena letak taman memang tak jauh jadi Astra memilih untuk jalan kaki saja, padahal matahari sedang terik-terik nya di atas sana

Sesampainya di taman, Avin mengedarkan pandangan nya ternyata taman sepi

"Kok sepi ?" Tanya Avin menatap Astra polos

"Tentu saja, ini jam 12 siang"

"Eh ?" Astra menurunkan Avin yang terdiam mematung, pantas saja taman sepi

Terus gimana ? Ia yang mau bertemu ayah nya bagaimana ?

Avin berbalik mendongak menatap Astra dengan tangan yang memeluk pinggang Astra, kepala nya ia tenggelamkan di perut Astra, Avin sedang menahan tangis nya

"Ada apa hmm ? Apa kau ingin sesuatu ?" Tanya Astra menggendong Avin

"Balon... Patlik... Es klim.." lirih Avin pelan

"Kau mau es krim ?" Avin menggeleng

"Balon ?" Lagi Avin menggeleng

Ia hanya ingin ayah nya yang jualan balon dan es krim, bukan ingin es krim

"Lalu kau mau apa, kenapa menangis" Astra memilih duduk di bangku taman yang cukup teduh

Wajah Avin memerah, selain karena kulit putih nya itu, wajah nya memerah karena pancaran matahari dan karena ia menangis

Avin tak menjawab, ia semakin keras menangis

"Ada apa dengan adik mu ?" Avin segera mendongak kala mendengar suara ayah nya, dan benar saja terlihat Martin yang sepertinya baru pulang dari minimarket

"Ung.." Avin merentangkan tangan nya meminta di gendong

"Eum.. boleh aku menggendong nya ?" Astra terdiam sesaat, ia menatap Avin yang menatap Martin berbinar lalu mengangguk

Avin terkekeh pelan kala ia berada di gendongan ayah nya, menghirup aroma sang ayah yang benar-benar membuat nya candu, ia benar-benar merindukan ayah nya

"Kenapa kalian disini siang bolong begini ?" Tanya Martin menoleh pada Astra

Terdengar Astra yang menghela nafas nya lelah, terlihat sekali jika ia tertekan

"Adikku meminta datang kesini" balas Astra

"Avin mau ketemu paman Maltin" ucap Avin senang membuat Martin tersenyum tipis

"Cadel mu menggemaskan ya" balas Martin lalu keduanya terkekeh

Astra hanya memperhatikan keduanya, terlihat begitu akrab seolah sudah lama saling mengenal satu sama lain, padahal mereka ada di Indonesia belum ada seminggu, tapi apapun itu selagi Avin bahagia maka ia tak masalah sama sekali

"Paman tidak jualan ?" Tanya Avin

"Oh tidak, aku tak jualan, kemarin hanya membantu bapak-bapak yang pergi untuk mengantar anak nya ke minimarket jadi aku di suruh menjaga jualan nya" Avin mengangguk mengerti

"Kau mengerti apa yang ku katakan ?" Tanya Martin

"Tentu saja, Avin mengelti, Avin pintel" balas Avin bangga

Martin terkekeh pelan, sifat narsis dan percaya diri nya ini benar-benar nya mengingat nya kan pada sang anak yang sudah almarhum

Ia jadi rindu dengan si bintang yang sudah berada di langit bersama bintang lainnya

"Paman jangan melamun" ucap Avin menepuk pipi Martin pelan

"Tidakk, ah aku punya cookies, kau mau ?" Avin mengangguk antusias,

Sebenarnya ia tak begitu suka dengan sesuatu yang manis, tapi demi ayah nya ia rela makan manis, maklum ia bucin dengan ayah nya dulu

Avin menerima cookies itu dengan senang hati, gigitan pertama matanya berbinar sempurna, ini cookies favorit nya saat ia masih menjadi Alvian dulu, jadi terharu

"Kau mau ?" Tawar Martin pada Astra, Astra menggeleng karena ia memang tak memakan manis apalagi yang berbau coklat

"Aku alergi coklat" balas Astra, Martin mengangguk mengerti

"Kau suka ?" Tanya Martin pada Avin

"Suka ! Avin suka ! Ini enak" balas Avin senang

Martin hanya tersenyum teduh melihat bocah di pangkuan nya yang nampak begitu senang berada di dekat nya

"Syukurlah kalau begitu" gumam Martin pelan

Perasaan nya menghangat saat ia bersama bocah yang ia temui kemarin, perasaan saat ia bersama anaknya dulu kini dapat ia rasakan saat bersama Gavindra

"Avin mau milk" ucap Avin pada Astra, Astra menghela nafasnya pelan, ia tak membawa bodyguard untuk menjadi babu

"Bagaimana jika kita pulang agar-"

"Tidak mau ! Avin kan balu sampai di sini, masa halus pulang" gerutu Avin

"Maaf, apa aku bisa menitipkan adikku pada mu jika kau tak sibuk ?" Tanya Astra pada Martin

"Tentu, aku akan menjaga nya tapi aku tak bisa lama karena masih ada urusan"

"Aku tak akan lama jadi tolong jaga dia untuk ku" Martin mengangguk mengerti, Astra segera pergi pulang untuk membuatkan susu Avin, salah nya juga yang pergi tak membawakan ponsel atau apapun yang bisa untuk di buat komunikasi

"Mau main atau menunggu Abang ?" Tanya Martin

"Pelosotan, Avin mau naik itu boleh ?" Martin mengangguk

"Avin mau jalan sendili, Avin udah gede" Martin terkekeh pelan lalu menurunkan Avin, dengan segera ia berlari mendatangi perosotan yang membuat nya bergidik ngeri, selain karena tinggi ternyata di bawah nya ada pasir

Avin membawa Martin untuk berdiri di ujung perosotan

"Paman di sini aja, nanti tangkap Avin kalau udah tulun ya bial gak jatuh"

"Baiklah, naik dengan hati-hati dan turun dengan pelan, aku akan menjaga mu di bawah sini" Avin mengangguk antusias lalu segera menaiki tangga perosotan dengan semangat

"Paman tangkap Avin ya !!" Pekik Avin yang tersenyum lebar pada Martin

"Ayah tangkap Alvi !!"

Deg








Gavindra (Tamat) ✔️Where stories live. Discover now