Bab 12

328 6 0
                                    

"Ma, ada darah di hidung."

Jari telunjuk Kia tertuju pada wajah Hana setelah mereka sudah berada di teras rumah. Kala itu, Hana baru saja membuka helm dan siap untuk masuk ke dalam rumah.

Jari Hana meraba bagian yang ditunjuk lalu mengusapnya pelan dengan punggung tangan. Segera dia membuka pintu dan duduk di kursi ruang tamu. Sementara Kai yang sudah beberapa kali melihat pemandangan tersebut terlihat tenang. Dia mengambil tisu dan memberikan kepada sang ibu yang sudah merebahkan tubuh.

Diam, Hana mengusap pelan sambil memejamkan mata. Hampir setahun dia sering mengalami pendarahan di rongga tersebut tetapi tak satu kali pun dia memeriksakan ke dokter. Menurutnya, kondisi itu akan segera reda jika dia beristirahat sejenak. Terlalu lelah bekerja? Iya, bukan hanya fisik yang lelah, batin dan pikirannya pun terasa letih, harus dipaksa berpikir mencari tambahan uang.

"Ma, ini diminum dulu."

Anak cerdas itu meletakkan segelas air hangat di atas meja setelah melihat darah sudah tak mengalir lagi. Sisa tisu bercak darah pun dia buang ke tempat sampah. Si bocah tak diragukan lagi kepintaran dan sikapnya selalu membuat hati Hana sejuk.

"Makasih, ya, Nak. Kamu memang bisa diandalkan."

Diteguk setengah gelas, dia merasa air itu mengalir hangat ke tenggorokan yang kering. Hari ini cuaca memang sangat panas, karena harus mengantar kue pesanan, terpaksa Hana keluar tadi siang. Biasanya, dia hanya jemput Kai sebentar lalu langsung pulang.

"Ma, tadi Kai difoto sama bu guru pas sama-sama dengan juri dan teman lain. Apa Mama sudah lihat? Apa Kai ganteng di sana?"

Bocah yang masih mengenakan seragam putih-merah itu pun duduk dan meminta hasil jepretan Bu Siksa.

"Tentu saja ganteng, Sayang. Kaindra adalah anak Mama yang paling tampan. Sampai-sampai Mama tidak bosan memandangi wajahmu."

Hana membingkai wajah kurusnya dan melempar senyuman dengan penuh cinta. Lalu, dia pun mengambil ponsel dari tas merah muda yang lusuh dan berujar lagi.

"Coba kita lihat foto yang dikirim Bu Siska, ya."

Diusapkan layar benda itu, ia mencari aplikasi hijau dan mengecek nama guru Kai. Kontan matanya melebar lalu kembali memicingkannya guna memperjelas pandangan. Tak percaya dengan satu gambar yang dikirim, jari itu men-scroll satu per satu foto yang lain. Pria yang tadi malam tampak sedang senyum bersama dengan Kai menatap ke kamera. Akrab sekali. Sekilas pun wajah mereka terlihat mirip.

"Mengapa mereka harus bertemu? Tidak, dia tidak boleh tahu Kai adalah anaknya. Biarkan selamanya akan menjadi rahasia untuk mereka. Pergilah, Dra. Jangan ganggu kehidupan kami." Bergumam dalam hati, tak sadar dia mengaliri air yang sudah menggenang di pelupuk.

Maaf, hanya cuplikan. Versi lengkap ada di Karyakarsa. Ada pilihan series atau fullpart paket lebih murah.

Nama pena : HerlinaTeddy
Karyakarsa Apk
https://karyakarsa.com/dashboard/series/6335

com/dashboard/series/6335

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


7 Tahun Setelah MenjandaWhere stories live. Discover now