Bab 1

649 8 0
                                    

Bab 1

"Aku hamil!"

"Jangan bercanda, Hana. Ini tak lucu."

Suara Mahendra sedikit meninggi, tak percaya dengan pengakuan sang kekasih tentang keadaannya. Mereka berpacaran sudah menginjak tahun ketiga dan memang mereka suka bercanda satu sama lain. Maka wajar, jika penuturan sang kekasih tadi dianggap sebagai candaan belaka.

"Apa wajahku seperti sedang bercanda, Dra?"

Perempuan itu pun merogoh tas yang ada di pangkuan, mengeluarkan test pack dan menunjukkan kepadanya.

Dengan tangan sedikit bergetar, pria tampan itu mengambil dan menatap hasil test dengan mata membola.

"Dua garis? Artinya positif?" Dia bertanya pelan, hanya ingin memastikan saja. Wajah itu berselimut rasa panik.

Gadis itu mengangguk pelan dengan wajah meredup, lelah dan tak tahu harus bagaimana. Dia merasa tubuhnya lemas, sering mual dan muntah di pagi hari. Ditambah yang membuatnya bingung, tamu bulanan sudah tak berkunjung selama dua bulan. Di situlah awalnya dia mulai resah dan curiga kalau dia hamil setelah kejadian dua bulan yang lalu.

Inisiatif membeli test pack di apotik lalu sesuai petunjuk, dia mencoba urinnya dan hasil yang ditunjukkan adalah dua garis. Iya, fix, dia hamil.

"Tidak mungkin, Han. Kita hanya melakukannya satu kali. Mana mungkin bisa langsung hamil?" Pria beralis tebal itu memelankan nada bicaranya, tak mau orang yang di sekitar ikut mendengar percakapan mereka.

Siang itu, kafe tempat mereka janji ketemu tidak begitu ramai, hanya terlihat beberapa orang yang tengah menikmati makan siang. Ada juga beberapa orang sekadar menikmati kopi untuk menghabiskan waktu istirahat.

"Tapi itu kenyataannya, Dra. Kamu lihat sendiri di sana garis dua."

Gadis yang mempunyai nama lengkap Hanami Ramadhani mencoba meyakinkan sang kekasih. Awalnya, dia juga tidak menyangka akan mendapati kenyataan memalukan itu, pun tak mau hal tersebut terjadi. Namun, hasil test alat kehamilan cukup menunjukkan kalau dia benar-benar hamil. Terus, dia harus bagaimana?

"Coba kamu tes lagi, pakai merek yang lain, barang kali yang ini error."

Pria itu masih belum bisa menerima kenyataan kalau kekasih yang dicintainya tengah hamil akibat perbuatan zina mereka di rumah kosong setelah acara pesta wisuda. Ada guratan kegelisahan yang  terbit di wajah, jelas sekali terlihat dan tak sanggup disembunyikan.

Mendengar itu, Hana langsung merogoh tas berwarna merah muda miliknya dan mengeluarkan tiga test pack lain lalu diletakkan ke atas meja. Alat pendeteksi dengan berbagai merek hasil yang ditunjukkan adalah sama. Dua garis merah.

"Aku sudah test empat kali dengan merek yang berbeda, tetapi hasilnya sama."

Suaranya bergetar, ingin menangis dengan apa yang sudah terjadi. Dia menyesal karena sudah melakukan hal yang menjijikkan waktu itu. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, dia tak akan mau terbujuk rayuan sang kekasih yang mengiming-imingkan cinta mati untuknya. Namun, penyesalan selalu datang belakangan.

Dengan cepat tangan kokoh Mahendra meraih ketiga alat tersebut, ingin meyakinkan apa yang dikatakan Hana adalah benar. Wajah yang tenang tadi seketika berubah menjadi raut penuh putus asa dan gelisah.

Ada sengatan kekhawatiran di dada, jika kedua orangtuanya mengetahui putra kebanggaan mereka telah menodai anak gadis orang. Pria itu bisa saja membunuh papanya yang mempunyai penyakit riwayat jantung koroner. Tidak, dia belum sanggup membayangkan dan terlebih itu tidak boleh terjadi.

Menarik napas dan membuangnya kasar, dia menumpukan siku ke atas meja lalu menopangkan kepala ke atas punggung tangan. Membenamkan wajah di balik tangan, ingin sekali dia menyembunyikan rasa kekhawatirannya agar gadis yang di samping tidak melihat kondisi tersebut. Frustasi pun mulai menggerogoti pikiran.

7 Tahun Setelah MenjandaWhere stories live. Discover now