Bab 29

32.7K 2.8K 121
                                    

Darius membawa Olivia pergi menjemput Dylan terlebih dahulu yang saat ini sedang berada di rumah Lorraine bersama Lorraine dan teman-teman Olivia yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darius membawa Olivia pergi menjemput Dylan terlebih dahulu yang saat ini sedang berada di rumah Lorraine bersama Lorraine dan teman-teman Olivia yang lain.

Saat menjemput Dylan, Darius membiarkan Olivia dan Dylan duduk di kursi penumpang sementara ia di depan sendirian. Darius tahu kedua saudara itu perlu bicara.

“Bagaimana keadaan Mama Kak?” tanya Dylan pada Olivia, mata Dylan bengkak pertanda ia menangis lagi saat di rumah Lorraine.

“Mama baik.”

Olivia berbohong, Nicole terlihat lebih kurus dari terakhir Olivia melihatnya. Bahkan terlihat lebih kurus dari sidang terakhir pemutusan hukuman Nicole.

“Dylan sebenarnya ingin bertemu Mama tapi Dylan tidak mau buat Mama sedih, kalau Dylan bertemu Mama Dylan pasti akan menangis di depan Mama dan Mama pasti jadi kepikiran soal Dylan. Dylan mau bertemu Mama kalau Dylan sudah kuat, sudah bisa tersenyum lagi dan kalau saat itu tiba Dylan akan mengunjungi Mama sembari membawa nilai terbaik Dylan agar Mama bangga kalau Dylan bisa hidup dengan baik meski tanpa Mama.”

Olivia terdiam sejenak mendengar perkataan Dylan, kalau seberat ini bagi Dylan untuk berjauhan dari Nicole lalu kenapa Dylan memilih untuk berbohong. Kenapa Dylan tidak jujur saja kepada polisi kalau Olivia yang menghilangkan nyawa Ayah mereka, kalau Dylan jujur pasti Dylan masih bisa memeluk Ibunya dengan leluasa dan tidak perlu menangis karna merindukan Ibunya yang berada di penjara.

“Kalau Dylan sedih karna Mama dipenjara kenapa Dylan tidak jujur saja pada polisi, Dylan tahu kalau bukan Mama pelakunya tapi kenapa Dylan berbohong pada polisi?” Olivia menyuarakan isi kepalanya, ia menanyakan pertanyaan yang sama seperti apa yang ia tanyakan pada Nicole.

Dylan menoleh ke arah Olivia dan menatap Olivia sejenak sebelum akhirnya Dylan kembali bicara.

“Karna Mama yang meminta, Kak Olivia saat itu masih shock setelah memukul Papa tapi Mama memperingatkan Dylan untuk jangan bicara apa-apa soal Kak Olivia. Mama bilang Kak Olivia dan aku adalah korban. Saat melihat mata Mama saat itu aku sadar ini pertama kalinya aku melihat keberanian di mata Mama, untuk pertama kalinya Mama mengambil keputusan atas keinginannya sendiri. Bagi ku kalau Kak Olivia yang dipenjara akan sama saja, aku juga akan sama sedihnya karna aku sayang pada Kak Olivia.”

Dylan menunduk, lagi-lagi ia menangis. “Tapi kalau Kak Olivia yang masuk penjara karna datang untuk menyelamatkan aku dari siksaan Papa, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku. Selama ini aku selalu jadi saksi siksaan yang Kak Olivia terima dari Papa, tidak pernah seharipun tubuh Kak Olivia tidak lebam atau cara Kak Olivia berjalan tidak pincang setiap kali Papa marah. Kak Olivia selalu dijadikan samsak pelampiasan amarah Papa sementara anggota keluarga yang lain bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.”

“Kak Olivia yang selalu jadi bulan-bulanan Papa, tapi Kak Olivia juga yang selalu datang ke kamar ku dan menenangkan aku yang sesak nafas di kamar karna tertekan mendengar suara amukan Papa. Papa selalu melarang Mama untuk datang membantu ku menenangkan diri di saat aku kesulitan bernafas karna merasa takut, Mama tidak berani melawan Papa tapi hanya Kak Olivia yang datang dan memeluk ku meskipun Kak Olivia penuh memar dipukuli Papa tapi Kak Olivia tetap datang membantu ku, memberikan kasih sayang dan keamanan untuk ku.”

Lost in Lust [END]Where stories live. Discover now