Olivia tak menganggap serius sikap acuh Darius, Olivia menjalani harinya seperti biasa. Menghadiri kelasnya dan berkumpul dengan teman-teman laki-lakinya di kantin kampus.
Seperti biasa, tiap kali Olivia menghabiskan waktunya di kantin pasti para lawan jenis akan mengerubungi Olivia bagai semut mengerubungi gula. Hal seperti ini sudah sangat biasa Olivia rasakan sejak ia duduk di bangku SMA, laki-laki mengerubunginya dan para wanita menatap ke arahnya dengan tatapan mencemooh.
Bukan salah Olivia kalau para laki-laki di sini tertarik padanya dan berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya, Olivia juga tidak peduli tatapan sinis dari para wanita itu karna crush mereka, pasangan mereka jatuh hati dengan mudahnya pada pesona Olivia.
Olivia tidak pernah ada maksud merebut, para laki-laki itu lah yang datang dengan sendirinya pada Olivia karna Olivia cantik, sangat cantik dan juga proporsi tubuhnya yang indah bagai model majalah dewasa.
Olivia tidak pernah ada niat merebut, tapi jika ada wanita yang membuatnya kesal maka Olivia tidak akan segan-segan menggoda kekasih wanita itu dan membuat wanita itu dicampakkan.
Bicara soal merebut, Olivia jadi teringat masa SMAnya. Saat kapten team cheers mengganggu Olivia dan menghina Olivia murahan karna selalu dikelilingi banyak laki-laki, Olivia tanpa berpikir dua kali saat itu langsung menggoda pacar si kapten team cheers itu. Siapa lagi kalau bukan kapten team basket, Olivia menggodanya dan membuat si kapten team cheers diputuskan sehari sebelum pertandingan.
Kemudian di hari pertandingan saat team basket menang, si ketua team basket menembak Olivia tepat di lapangan pertandingan di depan orang banyak. Tentu saja saat itu Olivia menerimanya dan merasa puas setengah mati saat melihat si kapten team cheers menangis di kursi penonton.
Kenangan yang indah.
Olivia masih sibuk bercanda dengan seorang laki-laki yang duduk tepat di sebelahnya saat seorang mahasiswi datang menghampiri meja mereka.
“Olivia! Kau dipanggil oleh Profesor Darius ke ruangannya.” ujar mahasiswi itu dengan suara tak bersahabat, ia bahkan tak mau menatap wajah Olivia.
“Kali ini Olivia benar-benar dipanggil atau tidak? Jangan-jangan kau menipu Olivia lagi seperti yang sudah-sudah, kau kan selalu tidak suka setiap kali Olivia jadi pusat perhatian makanya kau selalu saja mengganggu Olivia.” ujar Juan, laki-laki yang pagi ini mengantar Olivia ke kampus. Salah satu laki-laki yang memang akhir-akhir ini dekat dengan Olivia, karna wajahnya tampan dan juga Juan termasuk seksi seperti tipe Olivia meski kalau dibandingkan dengan Pak Darius ketampanan dan keseksian Juan jadi terlihat biasa biasa saja.
Si mahasiswi itu mendelik tak senang karna dituduh sembarangan oleh Juan, memang ia suka menjebak Olivia dengan menipunya kalau Olivia dipanggil dosen atau apalah itu demi Olivia menjauh dari laki-laki yang ia suka, tapi kali ini ia serius ia tidak berbohong. Tapi Juan justru menuduhnya yang tidak-tidak, membuat perasaannya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Lust [END]
RomanceMau nilai bagus? Olivia punya cara untuk mendapatkannya selain belajar, yaitu dengan memberi blow job pada dosen killer yang pelit nilai. Jika blow job memuaskan maka nilai pun memuaskan.