03

3.4K 317 81
                                    

Follow sebelum baca
Vote dan Coment sesudah membaca:)

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Raffi tidak berkata bohong, laki laki itu benar benar meninggalkan Arumi sendiri dipantai. Arumi hanya bisa tersenyum getir melihat kepergian kekasihnya. Ia menunduk menatap kakinya yang diterpa dinginnya Air Laut.

“Ternyata aku nggak sepenting itu dalam hidup kamu, kak!” gumam Arumi

Tanpa sepengetahuan Arumi, Raffi mengabari seseorang untuk menemani kekasihnya itu. Ia meminta sepupunya untuk datang ke tempat lokasi yang sudah ia kirimkan padanya. Bohong, jika Raffi tidak khawatir meninggalkan Arumi sendirian. Tapi tanggung jawabnya sebagai seorang dokter dan nyawa seseorang tidak mungkin ia hiraukan begitu saja.

“Maaf, Rum! Maafin saya” gumam Raffi

Raffi mengemudikan mobilnya begitu kencang agar segera sampai di Rumah Sakit. Adiba sedang dalam keadaan kritis dan segera membutuhkan penanganan darinya. Raffi selalu berharap dan berdoa agar perempuan itu bisa segera sembuh dari penyakitnya, agar hubungannya dengan Arumi bisa membaik.

Yang tadinya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai dipantai. Sekarang raffi hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1jam untuk menuju Rumah Sakit. Ia segera keluar dari mobil dan berlari menuju ruangan Adiba.

Terlihat Orang Tua Adiba yang sedang menunggu didepan ruang rawat putri mereka. Halimah segera berdiri dan menghampiri Raffi. “Alhamdulillah, nak. Akhirnya kamu datang juga”

“I-iya, Bun! Maaf, Raffi terlambat. Tapi Bunda tenang aja, Raffi segera menangani Adiba. Insyaallah dia akan baik baik saja” katanya tersenyum meyakinkan

“Iya, nak! Bunda percaya sama kamu”

Raffi segera masuk kedalam ruangan Adiba. Terlihat Dokter Nia dan beberapa suster yang sedang menangani Adiba. Setelah berganti pakaian dan mencuci tangan, Raffi mendekat kearah Adiba.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Raffi

“Semakin menurun, Dok!”

Setelah membaca basmalah, Raffi segera menangani Adiba. Bukan Dokter Nia tidak bisa menangani Adiba, hanya saja dia membutuhkan bantuan Raffi, karena laki laki itu yang selalu menangani Adiba.

Dokter dan semua suster akhirnya bisa bernafas lega saat melihat detak jantung Adiba kembali normal. Lagi dan lagi, Raffi berhasil menyelamtkan Adiba. Bukan! Raffi hanya perantara, karena kesembuhan atas segala penyakit hanya milik Allah.

“Alhamdulillah, detak jantungnya kembali stabil, Dok!” kata salah satu suster

Raffi menganggukkan kepalanya lalu keluar ruangan untuk menemui Orang Tua Adiba. Dito dan Halimah segera menghampiri Raffi yang baru saja keluar dari ruangan putrinya.

“Nak, bagaimana dengan keadaan Adiba?” tanya Halimah panik

“Alhamdulillah. Atas kehendak Allah, Adiba sudah melewati masa kritisnya. Insyaallah beberapa hari kedepan Adiba akan siuman!” kata Raffi tersenyum tipis

“Alhamdulillah, Ya Allah! Yah, Putri kita akhirnya segera sadar” kata Halimah tersenyum haru

“Iya, Bun! Ayah ikut bahagia mendengarnya”

“Kalau gitu Raffi permisi dulu!”

Setelah mengucap salam, Raffi meninggalkan Orang Tua Adiba. Raffi masuk kedalam ruangannya dan duduk dikursinya. Ia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sepupunya menanyakan keadaan Arumi.

Ikhlasku bahagiamuWhere stories live. Discover now