Part 2

726 81 8
                                    

Skala sendiri tidak mengerti kenapa dirinya harus repot-repot menemani Leta berbelanja, padahal dia selalu malas bila Dona yang mengajaknya. Bahkan, kegiatan ini terasa sangat menyenangkan, meski tidak tahu di mana letak hiburannya. Dia bertugas mendorong keranjang belanjaan dan Kalis duduk di tempat khusus balita yang menghadap ke arahnya, mereka berdua selalu bercanda sepanjang jalan mengikuti Leta yang sibuk memilih apa saja yang akan dibeli.

"Ska, kamu suka makan apa? Nanti aku masakin," tanya Leta dengan serius.

"Sup ayam suka," jawab Skala jujur.

"Oke." Leta mengambil kentang, daun bawang, wortel, seledri, dan semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sup ayam.

"Kalis juga suka sup ayam, apalagi kalau Mami yang bikin. Sup ayam buatan Mami enak banget loh Om," beritahu Kalis tanpa ditanya.

"Oh, ya? Berarti kesukaan kita sama dong?" Skala menanggapi dengan pancaran mata yang sangat menghargai perkataan anak kecil itu.

"Emm." Kalis mengangguk senang.

"Selain sup ayam, Kalis suka apalagi?" tanya Skala.

"Ice cream!" jawab Kalis bersemangat.

"Kebetulan sekali, Om juga suka ice cream. Kalis suka rasa apa?"

"Stroberi dan cokelat!"

"Kalau Om sukanya vanila."

"Sama kayak Mami dong. Mami juga suka vanilla ice cream."

Seorang wanita paruh baya tiba-tiba memberikan komentar, "baru kali ini Ibu melihat ada pasangan seharmonis kalian meski sudah memiliki anak. Semoga langgeng sampai maut memisahkan ya."

"Bu, kita bukan ..." Leta tidak sempat memberitahu kebenarannya pada Ibu tersebut, yang sudah melangkah jauh dari mereka.

Secara tidak sengaja Skala dan Leta bertemu tatap, tapi kemudian saling menghindar dan canggung.

Diam-diam Leta tersenyum mendengar obrolan keduanya. Sejak tadi meski terlihat fokus pada barang yang akan dibeli, telinganya tetap bisa mendengarkan apa saja yang diobrolkan oleh Skala dan putrinya.

"Kayaknya udah semua," beritahu Leta.

"Ada yang belum," ucap Skala.

"Apa?" Leta melihat-lihat lagi isi di dalam keranjang itu, hampir penuh diisi oleh berbagai jenis bahan untuk dimasak. Mulai dari yang mentah, hingga sayuran dan bumbu-bumbu.

"Ikut aku." Skala mendorong keranjang itu ke luar dari food area.

Leta pun mengikuti di samping Skala sembari sesekali mengajak Kalis bercanda. Putrinya itu terlihat sangat gembira hari ini, membuatnya makin yakin kalau pilihan meninggalkan Bram sudah sangat benar.

Selesai membayar semua belanjaan, Skala mengajak Leta dan Kalis masuk ke sebuah store yang menjual segala jenis pakaian untuk pria dan wanita, juga anak-anak.

"Kamu mau beli sesuatu di sini? Biar aku sama Kalis tunggu di luar aja," ucap Leta tidak ingin mengekor dan mengganggu privasi Skala.

"Bukan aku, tapi kamu sama Kalis," jawab Skala.

"Hah?" Leta masih belum mengerti.

"Kamu sama Kalis cuma punya satu pakaian, emangnya mau dipakai setiap hari?" ledek Skala.

"Tapi, Ska ..."

"Aku yakin Dona pun akan ngelakuin hal yang sama kalau sekarang dia ada di posisi aku. Sayangnya dia nggak di sini, jadi aku yang wakilkan," paksa Skala.

"Tapi ..."

"Udah nggak usah tapi-tapian." Tanpa sadar Skala menggandeng Leta agar lebih cepat berjalan.

Jantung Leta berdebar dengan tatap lekat pada gandengan Skala. Pria itu terlihat santai, sembari tangan yang satu lagi mendorong trolley dengan Kalis yang sibuk menjilati es krim.

Skala yang menyadari perbuatannya, langsung melepaskan genggaman tangannya. "Sorry," ucapnya begitu canggung.

"Selamat siang Balik, Ibu, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah seorang pegawai toko.

"Tolong bantu carikan pakaian yang cocok untuk mereka," minta Skala secara sopan.

"Kalis mau dibeliin baju baru?" tanya Kalis setelah es krimnya habis.

"Iya sayang. Kamu boleh pilih apa aja di sini, termasuk ada boneka juga di sana," sahut Skala.

"Yeayy!" Kalis mengayunkan tangan kegirangan. "Mami, aku mau turun," mintanya tidak sabaran.

"Mau turun ya? Sini Om bantu." Skala menurunkan Kalis dari trolley, lalu dengan lembut menaruhnya ke lantai.

Alih-alih memilih pakaian, Kalis lebih bersemangat mendatangi area yang menjual berbagai jenis boneka. Dia berlari dengan riang, melihat-lihat dengan mata berbinar.

"Ska, kenapa disuruh beli boneka sih? Katanya cuma baju," protes Leta makin tidak enak

"Nggak papa." Skala menghampiri Kalis yang memanggil.

"Om, Kalis boleh beli yang ini? Boneka ini mirip sama punya Kalis, tapi ketinggalan di rumah Papi," ucap Kalis sedih.

"Boleh dong. Mulai sekarang boneka ini milik kamu," sahut Skala tulus.

"Horeee!" Kalis melompat-lompat sembari memeluk boneka beruang warna merah muda itu.

Sementara Kalis masih sibuk dengan boneka barunya, Skala mendekati Leta. "Kamu juga harus ambil semua yang kalian butuhkan di sini, jangan banyak mikir," suruhnya.

"Tapi ..."

"Mbak, tolong dibantu ya." Skala tidak mau mendengarkan "tapi" Leta, langsung meminta pegawai toko itu untuk membantu Leta.

Skala menunggu di salah satu sofa di sana, namun kelihatannya Leta tidak begitu pandai memanfaatkan situasi. Padahal dia tidak membatasi nominal yang harus Leta belanjakan, tapi tetap saja wanita itu hanya membeli satu untuk Kalis saja.

Sepertinya tidak mungkin menyuruh Leta memborong semua pakaian di sini, Skala pun turun tangan. Terbiasa menemani Dona berbelanja membuatnya cukup paham trend dan model dalam dunia fashion. Sembari memerhatikan tubuh Leta, dia ambil beberapa pakaian yang dianggapnya cocok untuk wanita itu. Nyaris semua model pakaian dia ambil, didominasi oleh warna-warna pastel. Selain itu dia juga mengambil beberapa gaun cantik untuk Kalis.

"Ini Mbak, saya ambil semuanya." Skala menaruh semua pakaian itu ke atas meja kasir.

"Kamu beliin buat Dona?" tanya Leta kaget.

"Buat kamu," jawab Skala.

Bola mata Leta membesar. "Ya ampun Ska, buat apa sebanyak itu? Kamu mau aku jualan baju?" protesnya. Dia ingin mengambil kembali pakaian itu tapi dihalangi oleh Ska.

"Sehari kita ganti baju itu minimal dua kali. Dalam satu Minggu ada tujuh hari." Skala menjelaskan secara rinci.

"Iya, tapi ..."

"Banyakan tapi deh, udah diem aja." Skala mengeluarkan kartu hitamnya dari dompet, memberikannya pada sang kasir yang sedang mengulum senyum.

Leta masih shock, tapi hanya bisa pasrah. Kepalanya menggeleng tak percaya saat Skala dengan santainya membayar semua pakaian itu dengan harga yang tentu saja tidak main-main.

"Nggak sekalian pakaian dalam, Pak?" tanya kasir itu setelah menyerahkan kartu debit Skala.

Skala dan Leta saling pandang dengan wajah merah padam. Sambil menyerahkan kartunya pada Leta dia berkata, "kamu juga harus beli itu. Nggak mau aku yang pilihin, kan?"

Leta dengan cepat mengambil kartu itu dan mengajak Kalis pergi ke area pakaian dalam wanita. Wajahnya makin merah.

Skala mengulum senyum, kemudian duduk untuk menunggu. Saat sadar hatinya terlalu bahagia hanya karena hal-hal sepele seperti ini, dia pun bergegas menghubungi Dona untuk mengalihkan perhatiannya.

***

vote dan komen jangan lupa ya biar tetap lanjut.

Skandal CintaWhere stories live. Discover now