Prolog

5.4K 485 225
                                    

Setelah delapan tahun, akhirnya SMA The One mengadakan reuni untuk para alumni angkatan ke-45. Acara ini diadakan di area sekolah, dan semua alumni menyambut reuni ini dengan antuasias, lantaran sudah sangat rindu suasana sekolah, dan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu.

Salah satunya Dona. Dia sangat senang saat mendapat undangan untuk hadir ke reuni hari ini, sampai memaksa tunangannya membatalkan semua meeting agar menemaninya. Hal yang paling Dona nantikan adalah bisa bertemu dengan sahabat lamanya, yang sejak beberapa tahun ini sudah lost contact.

"Apa yang bikin kamu seneng dateng ke acara reuni kayak gini?" tanya Skala. Mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah, namun belum turun karena Dona masih merapikan riasan wajahnya.

"Kamu inget nggak sahabat aku yang namanya Leta? Aku tuh sumpah udah kangen banget sama dia. Lewat acara ini akhirnya kami bakal ketemu lagi." Dona memang hanya punya satu saja alasan, yaitu bertemu sahabatnya.

"Sahabat yang sejak dia nikah, mulai lost contact sama kamu?" tanya Skala agak sinis. Dona mengangguk. "Kamu nggak usah ber-ekspektasi terlalu tinggi deh, Na. Bisa aja dia udah lupa sama kamu."

"Nggak mungkin, sayang. Aku sama Leta tuh udah sahabatan sejak kecil, jadi mustahil dia lupa sama aku." Dona sangat yakin.

"Terus kenapa selama ini dia nggak pernah nyoba buat hubungin kamu? Padahal dia tau rumah kamu di mana dan nomor hape kamu juga nggak pernah ganti."

"Maybe ... something happened. Siapa yang tau, kan? Makanya hari ini aku mau nanya ke dia kenapa lost contact segitu lamanya." Dona tetap optimis, meski semua kemungkinan yang Skala katakan ada benarnya juga.

Skala hanya menghela napas.

"Ya udah yuk sayang kita turun. Udah rame tuh kayaknya," ajak Dona.

Skala mematikan mesin mobil, lalu turun duluan. Dia membukakan pintu untuk sang tunangan. "Hari ini kamu terlihat cantik," pujinya.

"Thank you." Dona tersenyum. Hari ini dia memakai gaun berwarna biru muda yang tampak elegan.

Skala menggandeng tangan Dona saat mulai memasuki area Sekolah. Ada banyak orang di sana, laki-laki dan perempuan yang begitu heboh karena baru bertemu.

"Sumpah, aku kangen banget sama sekolah ini. Kamu tau nggak, aku dan Leta punya banyak kenangan di sini. Kita tuh dulu ... the most wanted."

"Oh ya?" Skala bertanya penasaran.

"Bohong." Dona terkekeh.

Alis Skala terangkat kecewa, sungguh dia pikir tadi itu serius.

"Kalau Leta sih iya, dia primadona di Sekolah ini dulu. Semua murid cowok tuh suka sama dia."

"Oh." Skala tidak begitu menanggapi. Topik selain Dona tidak menarik baginya.

"Tapi berkat Leta, aku dapet enaknya juga." Dona cekikikan. "Setiap kali dia dikasih cokelat, pasti aku yang makan semuanya. Soalnya Leta selalu diet."

"Can we talk about something else? Maybe only about you." Skala mulai merasa jengah. Lebih tepatnya dia merasa bosan mendengar segala hal tentang Leta, karena nyaris setiap saat Dona membicarakannya.

"Ih, kamu tuh kenapa sih setiap aku nyeritain Leta, pasti nggak suka gitu mukanya." Dona cemberut.

"I don't know her."

Dona mendesah.

"Eh?" Mata Dona melebar, wajahnya menjadi semringah ketika melihat sosok yang dia ceritakan ada di sana. "Demi apa itu Leta!"

Skandal CintaWhere stories live. Discover now