Ch 44 [IND]

2.1K 33 0
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

"Kau tidak perlu mengantarku segala."

Michael memandang Lucy yang melangkah di sampingnya dengan pandangan ragu. Awalnya dia hanya ingin menunggu Lucy selesai lantaran pekerjaannya di supermarket itu telah selesai lantaran dia memiliki pertanyaan untuk gadis tersebut, tapi Lucy memaksa untuk mengantarnya.

"Kenapa?" Lucy bertanya bingung. "Aku tidak boleh mengantar temanku sendiri?" Dia menelengkan kepalanya, menatap Michael dengan bingung.

Si sulung Afton itu menggembungkan kedua pipinya. "Kau adalah perempuan."

"Lantas kenapa kalau aku perempuan? Kau pikir aku tidak dapat menjaga diriku sendiri? Aku ahli dalam karate, tahu. Sabuk hitam!" Lucy menyampirkan kedua tangan di pinggang dan membusungkan dadanya dengan penuh bangga mengatakan itu, Michael hanya tersenyum skeptis. "Lagipula Mary cukup menyebalkan karena dia terus mengatakan rumahmu menyeramkan," Lucy merajuk setelah itu.

"Hm?" Kedua alis Michael terangkat mendengar perkataan Lucy. "Aku sama sekali tak pernah menghiraukannya."

"Karena itu aku mengantarmu pulang untuk membuat Mary sebal."

Cengiran dari Lucy membuat Michael sweatdrop, jadi itu alasan Lucy berjalan pulang bersamanya saat ini. "Aku kira karena rumahmu satu arah dengan tempatku tinggal."

"Itu juga."

Michael mengusap wajahnya seketika mendengar balasan santai Lucy. Sepertinya ini yang Ennard rasakan tiap kali dia bersikap santai atau menyebalkan. Michael membuang napas lelah dan akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan alasan Lucy, namun sejauh ini gadis itu nampak baik-baik saja dan tidak ada hal yang mencurigakan sama sekali.

Tak lama kemudian mereka berdua telah tiba di depan rumah yang terbengkalai tersebut, Michael akan berpamitan tapi Lucy mendadak bertanya.

"Jadi, sejak kapan kau pindah kemari?"

Michael menautkan kedua alis. "Hampir dua bulan yang lalu."

Lucy nampak terkesan. "Wah, benarkah? Aku baru tahu, kukira baru-baru ini kau pindah kemari." Lucy mengintip rumah itu sebentar dari balik pundak Michael. "Tapi rumah itu benar-benar terlihat terabaikan. Bagaimana kau bisa tidur di sana?"

"Aku ... telah membersihkan bagian dalam rumah," Michael menjawab lamat-lamat, ujung-ujungnya dia berakhir curiga dengan Lucy.

"Benarkah? Boleh aku lihat?"

Michael masih belum membalas apapun ketika Lucy melesat masuk ke dalam rumah begitu saja, cukup membuat Michael terkejut. Dia segera menyusul Lucy yang telah sampai di pintu depan, mencoba menghentikan Lucy namun gadis itu sama sekali tidak mengacuhkannya. Michael terkesiap ketika Lucy telah melihat kerangka endoskeleton di ruang tamu itu.

Lucy bergeming, Michael mulai takut.

"Whoa apa itu? Robot?"

Seketika Michael membuang napas yang tertahan, sepertinya Lucy tidak tahu-menahu mengenai hal tersebut, maknanya bahwa Lucy adalah orang awam. "Semacam itu," dia menjawab pertanyaan Lucy, lantas segera menuju ke depan kamar di mana Ennard nonaktif dan menutup pintu rapat-rapat.

Lucy tidak terlalu memikirkan hal tersebut, berpikir bahwa kamar memang adalah privasi orang lain yang tidak boleh dia lihat. "Kau benar, kau telah membersihkan bagian dalam rumah," Lucy menanggap kagum seraya memperhatikan sekitar, Michael membuntutinya dari belakang—masih sedikit gelisah. "Woah!" Lucy memekik kecil melihat sebuah pigura di meja. "Cantik sekali! Ibumu?"

Michael memandang pigura tersebut, dia tidak menyingkirkan foto wanita bersurai pirang itu untuk menghormati sang pemilik rumah sebelumnya. "Bukan, aku tinggal sendiri di sini."

"Tinggal sendiri?" Lucy menoleh pada Michael dengan tertarik. "Aku tinggal sendiri juga! Ayah dan ibuku tinggal di kota lain, dan aku merantau," Lucy bercerita dengan semangat. "Apa orangtuamu juga tinggal di kota lain?"

Pertanyaan tersebut membuat Michael mengusap tengkuknya pelan, dan canggung. "Mereka, eh, meninggal." Michael menggendikkan kedua bahunya tak acuh, dia tidak tahu ke mana kedua orangtuanya.

Senyum di wajah Lucy meluntur. "Oh ... maafkan aku."

"Tidak apa-apa, itu sudah nyaris sepuluh tahun yang lalu," Michael membalas.

"Omong-omong, Mike," Lucy berkata, mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan. Mereka telah tiba di area dapur. "Kenapa tidak ada makanan sama sekali di sini? Hanya ada kopi dan—susu yang aku berikan padamu empat hari yang lalu." Dahi Lucy mengerut.

Michael gugup. "Aku—aku belum sempat belanja bulanan!" jawabnya berusaha untuk tidak terdengar panik.

"Kalau begitu aku akan bilang ke bos jika kau butuh tambahan biaya, mungkin saja dia akan memberimu uang lebih karena telah membantu kami."

"Kau tidak perlu melakukan itu—tapi terima kasih." Michael tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Kemudian Michael melangkah ke belakang Lucy dan mendorong Lucy ke arah ruang tamu. "Aku masih ingin beres-beres jadi aku harap kau tidak keberatan untuk—pulang lebih awal," Michael berkata dengan kikuk, sedikit canggung, dan berusaha agar tak terkesan aneh.

Lucy mengerling kepadanya. "Oke, oke, aku akan pulang. Tidak perlu mendorongku, aku bisa jalan sendiri kok."

Michael tidak mendengarkan ucapan Lucy, masih mendorong Lucy ke arah pintu keluar. Dia juga terpaksa melambai-lambaikan tangan ketika Lucy tersenyum lebar padanya dan berpamitan dengan riang, dan tepat setelah itu Michael segera mengunci pintu pagar kemudian masuk ke rumah lagi, menutup pintu rapat-rapat.

Dia pun membuang napas kecil, setelah itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Ennard—aneh, sejak kapan pintunya terbuka?

The BondWhere stories live. Discover now