7

1.3K 182 13
                                    

Haechan sedikit berjinjit sambil mendongakkan kepalanya mencari sosok kakak kelasnya di lautan manusia teknik ini. Hari ini Mark sudah berjanji padanya untuk memani dirinya mencari meja gambar dan peralatan gambar Haechan lainnya.

" Haechan adeknya Mark kan?" Ucap salah satu pemuda sambil menepuk pelan pundak Haechan yang sepertinya teman kelas Mark.

Haechan hanya menghela nafasnya panjang dan memaksakan senyumannya sambil mengangguk pelan. Semenjak dirinya dan Mark tinggal bersama, sosok Haechan kini lebih dikenal dengan Haechan adeknya Mark terlebih lagi dikalangan anak teknik. Entah bagaimana caranya Mark menjelaskan kepada teman temannya, Mark sudah menghak patenkan Haechan sebagai adiknya, padahal beberapa kali Haechan menyangkal tapi tetap saja orang orang memanggilnya seperti itu. Mungkin karena Haechan yang sering menunggu Mark karena ingin menebeng pulang atau beberapa kali mengantar barang Mark.

Lucunya, semua orang percaya saja bahwa Haechan itu adiknya Mark, ada yang masih bingung karena jika mereka adik kandung kenapa wajah mereka tidak mirip, kemudian ada juga yang percaya Haechan itu adik sepupu Mark. Intinya bagaimana pun cara Mark menjelaskan, Haechan itu adalah adiknya.

" Nyari Mark ya?" Haechan mengangguk pelan

" Oh dia di ruang praktek, tau kan dimana? Mau gue anter ngga?"

" Ngga usah kak tau kok makasih ya" Balas Haechan sopan dan dengan segera melesat ke ruangan yang sudah menjadi basecamp bahkan ruang tidur bagi anak anak teknik.

Sambil sedikit melambungkan badannya Haechan berjalan dengan suasana hati yang jujur saja saat ini sangat bagus, karena secara tidak langsung ia akan pergi date dengan Mark. Tapi ketika ia sampai di dekat ruangan itu semuanya berubah, dari jendela Haechan bisa melihat Mark yang tengah fokus dengan alat listriknya sambil menjelaskan hal yang sama sekali Haechan tidak mengerti kepada teman belajarnya itu.

Haechan terdiam ketika Mark tersenyum cerah menggelengkan kepalanya dan mengusap pelan rambut teman belajarnya itu kemudian kembali menjelaskan benda yang ia pegang. Haechan tau, sudah menjadi kebiasaan Mark mengusak kepala orang, bahkan Haechan kini sudah terbiasa jika Mark tiba tiba mengusak kepalanya atau tidak cemburu lagi jika melihat Mark melakukan hal yang sama kepada orang lain.

Tapi kali ini, saat melihat bagaimana cara Mark menatap teman belajarnya itu, Haechan sakit hati. Mark memang baik kepada semua orang, tidak hanya padanya, Mark juga akan memperlakukan orang lain sama seperti ia memperlakukan Haechan, hanya saja kali ini Haechan merasakan ada yang berbeda.

Tatapan itu, dalam mata Mark seolah ia melihat beribu bintang yang sangat indah saat menatap pria yang ada di depannya itu. Sama seperti saat Haechan menatap kakak kelasnya itu.

Haechan menggigit bibirnya kaku, melangkahkan kakinya mundur dan berjalan berbalik arah sambil menundukkan kepalanya. Haechan bahkan tidak peduli jika ia beberapa kali menabrak orang bahkan mendapat sedikit hardikan karena ia yang berjalan menunduk, karena saat ini Haechan hanya ingin menyembunyikan air matanya.

.

.

.

Sial

Hanya satu kata itu yang bisa mendeskripsikan Haechan saat ini, pertama ia patah hati karena menyadari bahwa pujaan hatinya itu telah menaruh hatinya pada orang lain. Haechan tentu saja tidak bisa marah karena pada faktanya Mark bukanlah siapa siapa Haechan. Salahkan saja dirinya yang terlalu menaruh ekspektasi lebih pada kakak kelasnya itu karena bersikap manis padanya dan mengira Mark juga memiliki rasa lebih padanya, yang nyata Mark benar benar menganggap Haechan sebagai adiknya. Dan pada akhirnya Haechan dihancurkan oleh ekspektasinya sendiri

Tidak berhenti disitu, karena kebodohannya Haechan lupa membawa kunci rumah sehingga kini ia terkurung di luar unit dengan box box yang ukurannya tidak kecil, Haechan mendudukkan dirinya disamping pintu, memeluk lututnya mengabaikan bajunya yang sudah basah kuyup.

Tadi setelah Haechan selesai membeli keperluannya, tiba tiba saja hujan turun. Haechan memang pulang menggunakan taksi, tapi dari parkiran ke gedung unitnya Haechan berjalan cukup jauh sehingga mau tidak mau ia harus basah kuyup, beruntung tidak ada barang barangnya yang rusak.

Kalian pikir kesialan Haechan hanya berakhir disana? Tidak. Ponselnya saat ini mati dan ia tidak bisa menghubungi Mark untuk pulang lebih awal sehingga kini Haechan hanya bisa terduduk sambil menangis karena jujur saat ini ia sedang patah hati, lelah badan dan anak ini takut suara petir dan hujan.

.

.

.

" Gue duluan ya" Ucap Mark pada Johnny dan Jaehyun sambil membereskan barang barangnya sedikit tergesa

" Tapi ujan Mark, emang kenapa sih buru buru"

Entah angin apa yang lewat di kepala Mark, tiba tiba saja perasaannya tidak enak dan menyuruh dirinya untuk segera pulang.

" Ngga tau dah pengen pulang aja duluan ya, oiya bilang ke dejun kalau masih ngga ngerti telfon gue aja atau ngga suruh aja ke kosan nanti gue ajarin lagi"

" Dih modus huuu itu echan aja , udah atau Dejun demennya ama Dery" Ucap Johhny sambil memutar matanya malas

" Sebelum ada bendera kuning yang berkibar, gue masih punya hak buat deketin dia"

" Ya ya ya suka suka lo, makanya echannya jangan dibaperin mulu" Jaehyun mengingatkan

" Mana ada! Udah gue cabut"

Ucap Mark dan langsung berlari melesat keluar dari ruangan prakteknya.

" Eh Mark...."

Mark menghentikan langkah kakinya ketika Lucas teman kelasnya memanggilnya

" Ngga bareng adek lo?"

" Adek?" Tanya Mark bingung sambil mengerutkan keningnya tapi sedetik kemudian ia sadar dan terkekeh pelan

" Kenapa emang?" Tanya Mark lagi

" Lah tadi tu anak nyariin lu"

" Haechan? Nyariin gue?" Lucas mengangguk

" Nitip apa gitu ngga?"

" Ngga ada... Gue mau nitip ini sih ke Haechan, minta tolong dia kasih ke yang yang ya"

" Asiiiik mulai pdkt nih, nanti gue bilangin" Ucap Mark sambil menerima box kecil dari Lucas dan memasukkan ke dalam tasnya.

Setelah obrolan singkat, Mark langsung menuju ke parkiran hendak pulang, sebenarnya diluar masih sedikit hujan tapi tidak terlalu deras, dengan jas hujan Mark cukup tertolong. Ketika Mark menghidupkan motornya dan hendak menancapkan gas, ia teringat sesuatu

Mampus.....gue lupa...

Diamuk dah gue

[Completed] Roommate || MarkhyuckWhere stories live. Discover now