• gotcha

64 8 0
                                    


Terbebat dalam hangat, hidungnya mencium aroma mint seiring dengan suara radio yang terputar dengan berita laporan cuaca, kemacetan di titik tertentu sampai pada instrumen dentang piano. Semuanya indah dan sangat nyaman, juga asing di waktu bersamaan.

Dengan itu Eileen tersadar kalau hal-hal yang barusan dideskripsikannya itu sudah tentu bukan kebiasaan dirinya atau kakaknya. Maka Eileen mencoba membuka matanya yang terasa berat. Masih terbebani kantuk.

Tunggu, jaket ini, syal.. di dalam mobil..

"Ah, ya ampun, maafin aku kak!". Eileen sudah diserbu rasa malu. Sehingga matanya pun tak sanggup menatap kepada sosok yang berada dalam kursi kemudi.

Eileen memilih menggosok matanya untuk menyalurkan kekuatan agar terbuka sempurna. Juga memastikan tak ada kotoran mata yang tertinggal disana.

"Santai, nih minum dulu,". Ricko menyodorkan sebotol air mineral padanya.

"Makasih kak, maaf ngerepotin. Ya ampun, udah malem juga. Maaf ya kak,".

"Santai, santai,". Ricko berusaha menenangkan adik kelasnya yang panik dan tampaknya malu karena tertidur di mobilnya.

Seusai minum dan sepenuhnya sadar, Ricko mulai menanyakan nomor rumah Eileen. Ricko barusan memarkirkan mobil di area taman perumahan yang tadi mereka bicarakan. Sehingga tak begitu jauh dari jangkauan rumah mereka berdua.

"Sekali lagi makasih ya kak, nanti aku titipin ini lewat kakak yang sering ketemu anak basket,". Pamit Eileen bersiap turun sambil menunjuk jaket yang sedang dikenakannya.

"Iya gampang itu, nih tadi gue sempet beli makan,". Ricko menyodorkan paperbag dengan logo restauran cepat saji.

"Aduh, ngerepotin kak..,". Nada suara Eileen betulan merasa tidak enak.

"Udah terima aja, udah gue beliin loh. Sayang kalau kebuang,". Pinta Ricko yang pada akhirnya Eileen terima.

Kalimat akhir tadi mengingatkan Eileen pada pengalaman pahitnya, menghantarkan Eileen untuk membuka mata dan tak memejamkannya lagi. Melihat kenyataan!.

"Makasih kak,".

Lalu Ricko menangguk, dan mengucapkan sepatah dua patah kata yang tak Eileen sadari karena kepalanya sudah sibuk mengingat kejadian yang sudah berlalu, sebelum akhirnya cowok itu memutar balik mobilnya untuk pulang ke rumahnya.

Nyatanya kejadian ini memang bukan apa-apa, karena setelah kejadian itu, Eileen tak pernah lagi bertemu sampai pada bercengkrama.

Barang yang tadinya dipinjamkan, dititipkannya pada Justin langsung tanpa sepengetahuan kakak perempuannya, tentu dengan ancaman tak boleh buka kartu.

Hingga waktu sampai pada masa UAS dan kenaikan kelas.

Eileen dan kakaknya bersiap untuk mengalami fase LDR karena kakaknya itu lulus tahun ini, juga karena jarak kampus dengan rumah tidak memiliki jarak yang dekat, sehingga kakaknya itu harus tinggal di asrama mahasiswa dan hanya pulang ke rumah sekian pekan sekali.





"Dek, nonton tanding buat selebrasi kelulusan yuk,".

Ajak Sully pada adiknya yang selama berbulan-bulan ini sangat sulit diajak keluar. Apalagi jika itu menyangkut bertemu dengan teman-teman Kak Justin juga yang notabenenya tak jauh dari anak basket.

Karena anak klub olahraga nyatanya sering nongkrong betulan dibanding anak klub drama, musik, atau jurnalistik sekalipun.

"No, no, no,".

Kak Ricko | ChaeMuraWhere stories live. Discover now