Chapter 3

48.3K 1.6K 15
                                    

Menit demi menit berlalu dan hanya ada keheningan di antara mereka. Alvin tidak berkata apapun. Ia hanya diam, menatap Kei yang masih menundukkan kepalanya dan menautkan tangannya.

“Mengapa? Mengapa dia tidak berbicara apapun? Bukankah seharusnya dia memarahiku, membentakku atau memecatku..tapi mengapa dia diam saja?” Kei bertanya-tanya dalam hatinya “Ayo…bicaralah…berteriaklah padaku, jangan diam seperti ini”harap Kei. Ia memang lebih mengharapkan hal itu daripada Alvin diam saja. Ia tidak menyukai situasi seperti ini, situasi yang membuatnya hanya bisa diam mematung, tidak berani bergerak bahkan mengangkat wajahnya. Ia hanya bisa menatap tangannya dan lantai.

Kei benar-benar tersiksa dengan keadaan seperti ini. Waktu serasa berjalan begitu lama. Dan kakinya mulai pegal karena berdiri terus seperti itu. “Apa yang sebenarnya dipikirkannya? Mengapa dia masih tidak juga bicara? Apa jangan-jangan sebenarnya dia telah pergi begitu saja dan aku yang tidak menyadarinya?” Berpikiran seperti itu, perlahan-lahan Kei mengangkat wajahnya dan menghela napasnya perlahan ketika melihat Alvin masih berdiri di sana. Sama seperti dirinya, tidak bergerak, seolah dalam ruangan itu waktu terhenti dan Alvin terus menatapnya. Ah..bukan..bukan menatapnya, mungkin lebih tepat bila di sebut mengamati…menilai.

Kei dapat melihat pandangan mata Alvin bergerak turun sampai ujung kakinya lalu naik lagi ke atas dan berhenti tepat di matanya. Dan mereka pun beradu pandang..

Deg

Jantung Kei berdebar kencang.

“Ketahuan…apa dia juga mengetahui kalau aku…kalau aku ini….” Kei kembali menundukkan kepalanya. “Bicara…ayolah bicara. Ucapkanlah kata maaf”Kei memerintahkan pada dirinya untuk berkata-kata.

Perlahan, Kei mengangkat tangannya dan menunjuk patung yang hancur berserakan itu. “Em...i…itu….patung itu….sa..saya ….” Kei memberanikan diri kembali menatap Alvin yang terlihat hanya mengangkat kedua alisnya “Maaf…sa..saya tidak sengaja---”

Alvin masih diam, mungkin menunggu lanjutan perkataan Kei.

“Sa..saya a..akan menggantinya”

Alvin tersenyum sinis padanya.

“Sungguh, saya akan menggantinya” ucap Kei meyakinkan Alvin “Dengan yang sama persis”

“Menggantinya dengan yang sama persis?”

Kei menganggukkan kepalanya.

“Memangnya kamu tahu di mana patung itu dibelinya?”

Dengan cepat, Kei menggeleng. “Sa..saya tidak tahu. Ta..tapi---“

“Kalau begitu sama. Aku juga tidak tahu”.

Kei membelalakkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “A..pa?”

 “Aku juga sama denganmu. Tidak tahu dari mana patung itu di beli” ulang Alvin enteng..

“Eh…”

“Kamu bersihkan saja pecahan patung itu---“

“A..pa---“

“Bukan ‘apa’. Kamu mendengar ucapanku kan? Bersihkan saja pecahan itu”potong Alvin tidak sabar “Yang bersih. Jangan sampai ada pecahan yang tersisa. Aku tidak mau kakiku tertusuk pecahannya”

“Ba..baik” sahut Kei kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil sapu.

“Tunggu..” seru Alvin tiba-tiba, membuat langkah Kei terhenti dan kembali membalikkan badannya, menatap Alvin dengan pandangan bertanya.

“Aku lapar. Kamu bisa masak sesuatu untukku?”

Kei menggeleng.

“Tidak?” Alvin mengerutkan keningnya “Jadi kamu tidak bisa memasak?”

My Careless Cleaning 'Boy'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang