30. "My Butterfly"

6.7K 421 62
                                    

Vote duluuuu? Komen juga hayooo

bca critaku yg In My Escape, I Fell yaaaa thankiess
try my tumblr OwlAndOwly.tumblr.com

________________________________________________________________________

"Maukah kau menikah denganku?"

Kata-kata Aiden barusan yang berhasil mendiamkan seluruh ruangan terus menerus mengulang di kepala Kylen. Di depannya sekarang, Aiden sedang berlutut dengan sebuah cincin manis di tangannya; dilengkapi dengan senyuman terbaiknya. Menunggu jawaban Princess Kylen.

"Say yess, Kylen. Please?" Tambah Aiden. Aiden mulai kwatir. Ini tidak seperti yang diharapkannya. Aiden mengharapkan wajah bahagia Kylen yang langsung diikuti dengan kata ya dengan penuh air mata. Tetapi, yang Aiden dapati malah wajah gugup nan bingung belahan hatinya itu.

Menunggu jawaban Kylen terasa sangat lama bagi semua orang di ruangan itu, dan terasa 100x jauh lebih lama bagi Aiden. Penantiannya akhirnya selesai ketika Kylen menjawab dengan suara pelan, "Aiden, bisakah kita berbicara dulu secara private sekarang?"

Tapi ini bukan jawaban yang Aiden harapkan.

** **

"Kylen, you are crazy. Sangat gila." Nicole mengembuskan kesal. "Bagaimana bisa kamu melakukan hal seperti itu ke Aiden? Maksudku, bukankah kalian seharusnya saling jatuh cinta?"

Kylen diam sebentar sambil mengamati tanaman-tanaman di gazebo istana lalu menatap Nicole dengan wajah sedih, "Kamu ga mengerti, Nicole. Aku gak mau aku menikah sama Aiden hanya karena aku berpikir bahwa aku mencintainya. Aku mau menikah dengannya jika aku sudah benar-benar yakin rasa ini bukan karena ikatan emosi. Gosh, sudah berapa kali aku mengatakannya?"

Nicole mengela nafas penuh arti. "Lalu apa rencanamu setelah ini? Mencari si Ozare Amaris itu? Yang kata Xavier yang tau dari ibumu, bisa menghilangkan ikatan emosi?"

"Ya," Kylen mengangguk. "Aiden sangat suportive. Dia sudah mulai menyuruh orang untuk mencari, bahkan membongkar berkas-berkas istana."

Nicole diam sebentar, wajahnya merangut. "Aiden.. kasihan sekali dia."

"Aku tidak mempunyai pilihan lain, Nicole."

"Kamu bisa pura-pura menerimanya, Kylen. Lalu membicarakan soal Ozare Amaris ini dibelakang. Dia pasti malu sekali." Nicole mendengus pelan.

"Tapi aku tidak menolaknya, bukan? Aku tidak terang-terangan berkata tidak."

"Semua orang di ball itu bisa melihat, tapi mereka terlalu jauh untuk mendengar. Ya, memang kamu tidak berkata tidak, tapi kamu tiba-tiba masuk begitu saja. Aku rasa kamu juga tau apa yang akan mereka pikirkan."

Mendengar perkataan Nicole, Kylen terdiam begitu saja.

Mengapa sekarang dia terdengar begitu jahat?

Tiba-tiba seorang pelayan datang, mengusik pembicaraan mereka. Setelah membungkuk hormat, pelayan itu berkata, "Kehadiran Princess Kylen ditunggu yang mulia Queen Sharon di Her Majesty's Study Room."

"Baiklah." Kylen langsung menjawab. Bagus lah, dia punya alsan untuk tidak mendengarkan Nicole lagi. Nicole sahabatnya, memang, tapi entah perkataannya hari ini seperti kenyataan pahit yang Kylen tidak ingin dengar. "Aku tinggal dulu, Nicole."

Sambil berjalan, Kylen juga berpikir. Apakah keputusannya terlalu egois?

"Kylen?"

Kylen menoleh dan menemukan Aiden. "Aiden? Oh."

Masquerade: The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang