08

350 65 1
                                    

Terdengar suara James Blunt mengalun indah melalui lagu andalannya You're Beautiful dari pengeras suara yang diletakkan pada langit-langit toko. Sebuah ruangan bergaya vintage, dindingnya berwarna jungle berpadu dengan furnitur kayu berasal dari pohon elm. Rak-rak kayu terbuka berdiri kokoh nyaris menempel pada dinding, diisi oleh sampel jualan. Tak jauh dari rak terlihat beberapa orang sedang melihat-lihat. Salah satunya Barbara yang sedang mengobrol bersama sang mama via telepon.

Sona memilih duduk sembari menunggu pada sebuah kursi dekat dinding kaca, tatapannya mengarah ke luar jalan. Seharian ini matahari tak memperlihatkan kuasanya, digantikan awan-awan hitam yang entah kapan akan menjatuhkan tirai-tirai air.

"Permisi, Mbak. Kami juga menyediakan katalog, mau lihat?"

Sona melirik Barbara dari balik bahu, perempuan itu masih saja sibuk bicara sambil mondar-mandir di depan rak. Rambut merah muda menyalanya sempat jadi perhatian. "Boleh, Mbak."

"Permisi lagi, ya." Si mbak menarik knop pada permukaan meja bundar di depan Sona. Setengah permukaan meja menghilang, memperlihatkan ruang rahasia di bawahnya. Gadis itu lalu mengeluarkan tiga katalog dari sana dan kembali menarik knop. "Silakan dilihat-lihat," lanjutnya sebelum pamit.

Mulut Sona sedikit terbuka, takzim dengan model meja yang tidak biasa. Tangannya bergerak menuju knop, menarik seperti yang dilakukan sang mbak tadi. Membuka dan menutup beberapa kali, sampai sadar kalau yang dia lakukan itu norak. "Harusnya dikasih tulisan 'tarik' supaya orang tahu. Mbanya pasti mau pamer," ocehnya pada diri sendiri.

Iseng-iseng Sona menekuri permukaan meja untuk mencari siapa pembuatnya. Tidak menemukan, dia memiringkan tubuh untuk mengecek pada bagian bawah. Dan senyumnya merekah ketika menemukan nama Diallus terpahat di sana. Perempuan itu menegakkan badan semringah, ada rasa bangga yang tercipta di hatinya untuk Jati.

"Liat deh, Na. Lucu-lucu banget." Barbara meletakkan keranjang berisi beberapa suvenir pernikahan, setelah itu duduk di depan Sona. "Ini katalog?"

Sona mengangguk dan mendorong tiga katalog yang bertumpuk ke depan Barbara. Dia tidak butuh, bukan dia yang mau menikah. Tadi niatnya ingin melihat-lihat, tapi keunikan meja sudah mengalihkan perhatiannya.

Barbara membuka beberapa lembar, sejurus kemudian menutupnya, tidak tertarik. "Gue udah milih yang lucu-lucu. Lihat estetik banget, kan?"

Sona menggulung rambut panjangnya dan menjepit dengan jepitan rambut, lalu menyilangkan kedua tangannya di atas meja. Siap memberikan komentar atas pilihan-pilihan sahabatnya.

"Ini lilin aromaterapi." Barbara menaruh kaleng putih bentuk bundar berukuran sedang di meja. Dia memutar tutupnya, di dalamnya terlihat lilin putih bertabur bunga lavender. "Jenis aromanya banyak."

Sona menarik benda tersebut dan menghirup aromanya. "Enak," komentarnya sembari mengamati motif di sekitar kaleng.

"Reed difusser mini. Ada kotaknya gitu. Imut banget."

"Ehh... iya. Kok, lucu." Sona memperhatikan suvenir itu saksama. Pada kotaknya ada sisi yang terbuka dan tertutup. Bagian terbuka diletakkan reed difusser dengan botol putih kecil dan di ujung batang rotan terdapat ayaman jerami berbentuk bola kecil. Sedangkan bagian tertutup, terlihat botol bening kecil berisi aromaterapi.

"Penutup kotaknya trasparan terus dipermanis pake tali rami kata embaknya. Tapi, ini yang paling lucu dan unik banget," ungkap Barbara sembil tertawa, kemudian mengangkat benda yang dimaksud. "Jeng ... jeng."

Alis Sona terangkat, lalu tergelak. "Ihh ... lo benaran mau ini?" Wanita itu menarik botol kaca bening dengan tutup sumpat gabus, isinya cotton buds. "Unik juga, sih."

Setelah Kita Jatuh CintaWhere stories live. Discover now