04

287 72 1
                                    

Parasite.

Saat direkomendasikan oleh Barbara, Sona tidak begitu menanggapi. Sebab dia bukan penggemar film atau drama dari negara ginseng tersebut. Sona hanya tertarik pada kisah-kisah romansa Hollywood, apalagi novel-novel garapan Nicholas Sparks.

Salah satu film yang sampai sekarang masih menjadi favoritnya adalah A Walk To Remember. Ada satu kutipan yang begitu disukai Sona, "Love is like the wind, you can't see it but you can feel it." Kalimat itu mengingatkan pada sang ibu yang kini tak lagi di sisinya. Walaupun raga mereka tak mampu lagi bersua, tapi di hati dan pikirannya masih bisa merasakan kehangatan beliau dari setiap kenangan yang tertanam di kepalanya.

Parasite.

Setelah memboyong 4 piala Oscar, Jati tertarik untuk menonton film tersebut. Mau tak mau Sona turut menikmati, karena pria itu memutar di TV-nya. Sampai pada akhirnya satu pemikiran aneh membanjiri kepalanya, apa dia dan ibunya selama ini adalah parasit?

Semua cerita bermula sebelum kehadirannya ke dunia. Sutiono-Kakek Sona, dulunya salah satu pekerja yang sangat dipercayai oleh Cakrawangsa untuk mengurus perkebunan jati di Blora. Setelah kakeknya meninggal, ibunya yang tinggal sendiri diajak Mama Jati untuk bekerja di rumah mereka. Ibunya hanya lulusan SMP, tak memiliki keterampilan yang diinginkan sebuah perkantoran atau perusahaan, sehingga ajakan itu bagai hujan di musim kemarau bagi kehidupan mereka. Umur Sona masih dua tahun waktu ibunya pindah ke kediaman tersebut, jangan pernah tanya mana ayahnya, karena dia tak tahu. Ibunya tidak pernah cerita atau lebih tepatnya tidak mau.

Sona dan ibunya diterima dan dilayani dengan sangat baik, alih-alih tinggal di kamar kecil sumpek di pojokan rumah, mereka diberi paviliun di belakang rumah utama. Setiap gaji yang diterima oleh sang ibu dikumpulkan untuk masa depan Sona. Setelah sepuluh tahun, ibunya memutuskan untuk keluar dari paviliun dan memilih mengontrak tak jauh dari rumah besar.

Kendatipun tak lagi tinggal dalam pekarangan yang sama, keluarga Cakrawangsa masih peduli terhadap mereka. Setelah lulus SMA, Sona berencana langsung mencari pekerjaan karena uang yang dikumpulkan sang ibu lebih baik dipakai membeli rumah. Namun, Mama Jati tidak setuju dengan ide tersebut dan bersedia membiayai kuliah Sona hingga selesai agar mereka bisa membeli rumah. Selepas kuliah pun Sona tak menganggur, atas bantuan Ulin dia berhasil bergabung di Nirmala Dance Center.

Sampai saat ini kebaikan-kebaikan keluarga itu masih terus berlanjut.

Terutama Jati.

Kesendirian adalah satu hal yang paling Sona takutkan ketika ibunya meninggal. Dia menangis beberapa hari sembari memikirkan bagaimana dirinya akan bertahan hidup setelah ini. Dia takut kesepian akan membuatnya lemah hingga menghancurkan dirinya pelan-pelan.

Namun, Jati selalu hadir menemani, seraya membisikkan kalimat-kalimat menenteramkan jiwanya yang rapuh. Sejak saat itu Sona yakin, dia tak pernah sendiri.

Sona tidak bergantung pada Jati, tapi membutuhkannya. Berpuluh tahun hidup dengan penyangga, dia yakin tak bisa serta-merta kuat berjalan sendiri tanpa bantuan, butuh waktu. Dan jauh dalam lubuk hatinya merasa, bahwa dia belum siap.

Dia memang parasit, tak ada bedanya meskipun dalam kondisi yang berbeda.

Sona pernah menyinggug hal ini pada Jati, perempuan itu bertanya apa dia dan ibunya sama dengan keluarga Ki Woo, seperti parasit. Jati hanya mendengkus dan berkata kalau dia lebih cantik dari Jessica dan meminta untuk tidak membahasnya lagi.

Benar ... tidak membahas lagi. Namun, ada malam-malam di mana Sona menontonnya lagi sambil memikirkan hidup. Seperti malam ini.

Ketukan di pintu membuyarkan pikiran Sona, dengan gerak cepat mengganti tayangan TV, sebab orang yang mengetuk pintu tak akan suka. Perempuan itu berjalan menuju pintu, memutar kunci dan membukanya.

Setelah Kita Jatuh CintaWhere stories live. Discover now