Salting

55 13 0
                                    

*Quotesnya lagi gak ada, pergi beli kayaknya🙈

____________________

Happy Reading🍫

Zaina turun dari mobil, Abyaz sedikit melirik gadis itu dari kaca yang terbuka. Ia tersenyum tipis.

”Belajar yang bener,” ucapnya, Zaina mengernyitkan dahi.

”Pasti, tumben aja sih lo ngomong gitu. Lembut,” imbuh nya, Abyaz terkekeh pelan. Zaina melihat jam di pergelangan tangan dan kembali pada Abyaz.

”Yaudah gue masuk dulu, baye.” Setelah mendapat anggukan dari Abyaz, gadis itu langsung melenggang masuk ke sekolah. Abyaz pun juga langsung melajukan mobil untuk ke kampus.

Zaina melangkahkan kaki menyusuri berbagai ruangan dalam sekolahnya, tak terasa ini adalah tahun akhirnya di sini. Setelah ujian kelulusan beberapa bulan lagi, ia akan berganti status. Dari Siswi ke Mahasiswi.

”Zaina?” panggilan seseorang membuat langkah Zaina terhenti, ia menatap si pemanggil dan tersenyum.

”Hanifa, gue kira udah masuk kelas. Btw Ririn mana?” Zaina celingak-celinguk mencari keberadaan satu sahabatnya lagi. Hanifa mendekat pada Zaina.

”Ririn gak masuk hari ini, izin katanya. Eh iya, omongan kamu agak dikit berubah deh, aku baru sadar,” ucap Hanifa. Zaina nampak berpikir.

”Berubah gimana?”

”Iya, biasanya suka pake 'Aku-Kamu' sekarang...” Hanifa menggantung ucapan nya. Zaina membekap mulut, ia baru sadar jika sekarang tengah keluar dari area milik Abyaz.

Hanifa terkekeh pelan dengan tingkah Zaina. Sementara Zaina? Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

”Ini pasti gara-gara Abyaz,” ucapnya pelan, Hanifa mengerutkan dahi.

”Kok Abyaz?”

Zaina menghela kemudian berjalan diikuti oleh Hanifa yang setia di sampingnya.

”Iyalah, soalnya sejak ketemu dia aku jadi biasa pake dialog itu,” jelas Zaina yang justru di balas tawa oleh Hanifa. Zaina hanya bisa menghela, ia tahu. Ini mungkin agak sedikit konyol.

Bruk!

Di tengah perjalanan menuju kelas, pandangan mata Zaina dan Hanifa langsung terfokus pada seorang cowok yang tengah berjongkok di hadapan keduanya guna mengambil buku yang baru saja terjatuh ke lantai.

”Biar kita bantu, ya,” ucap Zaina, ia pun ikut berjongkok diikuti oleh Hanifa.

”Makasih, ya,” imbuh cowok itu. Zaina dan Hanifa kompak mengangguk.

”Kok bisa jatuh sih, Zah?” Zaina yang terpanggil langsung menoleh ke Hanifa.

”Hah?”

”Bukan kamu!” balas Hanifa, terlihat cowok di hadapan mereka tertawa pelan.

Zaina hanya mampu menyengir kuda. Ia menatap sebentar nametag pada seragam pramuka cowok itu, Hamzah. Pantas saja, nama akhiran mereka hampir sama.

Setelah semua aman, mereka kembali berdiri. Hanifa tersenyum pada Hamzah, Zaina hanya memperhatikan keduanya.

”Makasih ya udah bantu, kalau gitu aku pergi dulu, Fa.” Hanifa mengangguk dan menatap kepergian Hamzah. Zaina menatap ke arahnya.

Jalan Cinta yang Tertunda (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang