22 - Salah Ku

279 76 52
                                    

•••••

Meski tak sepenuhnya yakin. Satu yang harus aku sadari, kalau semua ini salah ku.

•••••


"Gue nggak yakin dia menang. Pertandingannya lusa, dan progres Senja nggak ada."

Ketiga manusia disana diam, tak banyak yang bisa mereka harapkan dari Senja. Pertandingan cabang seni dan olahraga yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari bahkan berantakan karena satu orang. Itu yang mereka pikirkan, setidaknya satu dari ketiganya.

"Tapi dia punya alasan, Vin." Megan menyahut pelan, "Sakit? Dia nggak sakit jantung kronis yang dikit dikit engap."

"Kita nggak tau kondisi dia yang sebenarnya." kata Mas Bagus, pelatih bela diri yang sudah bersama mereka setahun belakangan.

Galang nampak diam. Tak menunjukan apalagi menyuarakan keluh kesah dan kekhawatiran seperti yang lain. "Lang...,"

"Udahlah, belum dicoba. Buat apa mikirin kemungkinan terburuk segininya?" elak cowok itu menatap mereka bergantian. Calvin menyela, sedikit keberatan. "Kalau pertandingannya individu gue juga nggak akan peduli. Tapi ini, 'kan tim---"

"Yang satu tim sama Senja itu gue bukan lo. Nggak usah ribet." dia tak sengaja bicara dengan nada keras pada kawan seperjuangannya. "Nggak takut kalah?"

Kali ini Mega bertanya, sedikit membuat Galang tersudutkan. "Lo mau kalah?"

Cowok itu menoleh, menatap cewek yang kini nampak menunggu responnya. Sama seperti yang lain.

"Ini bukan pertandingan pertama kita. Senja udah sering dan selalu menang."

Suara nafas terengah menyita perhatian mereka, seketika semua orang berdiri. Kecuali Calvin. "Ja?"

Kedua mata Galang bergerak tak tentu. Ragu, apakah Senja mendengar apa yang tengah mereka bicarakan. "Gue belum telat, 'kan?" gadis itu menampilkan senyum sungkan.

"Belum, ini baru mau mulai." Mas Bagus menyahut cepat. Laki-laki dua puluhan itu memberikan isyarat agar Calvin berdiri untuk segera memulai latihan. "Ayo."

Calvin menatap Senja dalam waktu yang lama, membuat gadis itu kebingungan. Terlebih dengan raut wajah yang terlihat muram. "Kenapa, Vin?"

Tak ada jawaban, dia mengabaikan Senja dan memilih mengambil posisi. "Nggak usah dipikirin. Calvin lagi badmood aja," kata Galang yang dijawab anggukan lamat olehnya.

"Kamu masih sakit?" pertanyaan yang Galang lontarkan disela latihan fisik mereka. Senja terus memegang perutnya, sambil beberapa kali seperti menahan mual. "Perut gue kembung kayaknya,"

"Udah makan?" cowok itu berhenti sejenak, membuat Senja panik sendiri. Takut jika Mas Bagus atau yang lain jadi ikut memperhatikan mereka. "Sambil gerak, Kak." ditarik tangan cowok itu agar kembali dalam kegiatan yang sudah seharusnya mereka lakukan dengan bersungguh sungguh.

"Kamu belum makan? Bener?"

Senja menggeleng sekali sambil melirik sekeliling, "Kelar latihan gue makan."

"Asam lambungnya," itu adalah teguran paling lembut yang pernah dia dengar.

"Habis ini makan,"

Dia terhenyak saat Galang tiba-tiba menarik dirinya keluar ke pinggir lapangan. Mendudukan Senja secara paksa, "Makan dulu."

"K-kak, gue bisa makan nanti." bahunya kembali didorong, membuat gadis itu gagal beranjak. "Cuma roti, nggak sampai lima menit." paksa Galang tanpa peduli dengan tatapan Calvin dibelakang sana.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now