10 - Nggak Usah Manja

489 127 31
                                    


•••••

Bukan mata duitan. Tapi tuntutan kehidupan.

•••••


Senja menggeliat pelan diatas ranjangnya. Lupa, jam berapa tadi dia dan Dila tertidur karena kelelahan setelah menyelesaikan semua tugas mereka yang menggunung beberapa hari belakangan.

Kepalanya basah. Bukan, kening maksudnya.

"Udah bangun?" tanya Dila, sahabatnya itu masuk kedalam kamar dengan rambut diikat asal, kaos gombrong miliknya dan celana pendek selutut.

Senja menyentuh lagi keningnya. "Lo demam tadi, makanya gue kompres." papar Dila yang sadar kalau gadis itu kebingungan melihat baskom dan kain yang ad dimeja samping ranjang.

"Emang iya?"

Dila menatapnya sinis, "Lo kalau demam pasti sambil nangis. Heran gue, bikin orang takut aja." Dila serius, saat sakit sahabatnya itu akan mengigau bahkan merintih. Seperti tadi, saat Senja berkali-kali memanggil nama sang kakak.

Dila akan diam. Bukan waktu yang tepat untuk terus mengolok sahabatnya itu.

"Gue nggak ngerasa sakit, sih." celetuk Senja tanpa dosa membuat sahabatnya sontak mendelik. Beruntung cewek itu tidak marah karena ulahnya. "Nggak usah banyak bacot. Gue sumpahin sakit beneran,kelar lo."

"Makan sekarang. Gue udah masak sup ayam biar badan lo enakan."

Senja mengerucutkan bibirnya. Dilirik jam yang tertempel di dinding kamar itu, hampir jam delapan malam. Buru-buru diraih ponselnya. Benar 'kan? Sudah ada belasan pesan dari si ketua OSIS, Satria namanya.

"Mampus gue!"

Dila yang tengah bersiap untuk mandi menyabetkan handuk yang dia bawa tepat diwajah gadis itu. "Woy! Sakit, njir."

"Lo mampus beneran kalau sampai nekat cabut malem ini." peringatnya dengan tatapan tajam, membuat Senja hanya bisa menyunggingkan senyum kuda.

"Nggak lama, Dil."

"Bodo."

"Sebentar doang,"

Dila berjalan cepat, meraih kunci motor milik Senja yang tergeletak diatas meja belajar. "Nggak ada acara keluar rumah malem ini." Senja melompat begitu saja dari atas ranjang. Berusaha merebut kunci motornya yang ada pada Dila. "Jangan gini, dong. Duit gue bisa melayang kalau gue nggak pergi malem ini."

Dia diabaikan. Dila kini berjalan keluar kamar dengan kunci motor miliknya yang terus digenggam.

"Eh, ngapain dikunci?" paniknya saat melihat Dila mengunci pintu rumah. "Gue serius, Ja. Jangan kemana-mana!"

Senja terdiam sebentar. Menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh. "Gimana ini?" dihentakan kakinya beberapa kali untuk melampiaskan kepanikannya. Gadis itu tergopoh masuk lagi ke dalam  kamar begitu mendengar ponselnya berdering.

"Jam berapa sekarang?  Kata anak-anak lo belum dateng. Bener?"

"Tenang dulu. Velix masih sama lo? Atau udah sama yang lain?"

Danum SenjaWhere stories live. Discover now