07 - Tunggu Sampai Pulang?

483 117 29
                                    

                                         
•••••

Jangan pernah memaksa pergi sebelum dijemput.

•••••

Mendung sekali. Sama seperti aura gadis dengan pipi tembam itu. Senja termenung dibangkunya sejak pagi, tak ada secuil pun senyum, bahkan sepatah kata pun tidak. Siang nanti, ibunya akan benar-benar pergi.
Mereka sempat terlibat pertengkaran kecil tadi pagi. Semua juga karena Senja yang keukeuh agar ibunya tidak pergi. Hari ini harusnya dia tidak berangkat, tapi sulutan emosi membuat Senja tak mau semakin pusing dan memutuskan ke sekolah meski separuh jiwanya tertinggal dirumah.

Helaan nafas panjang lolos lagi dari bibirnya, dia menyenderkan tubuhnya ke dinding dengan kasar.

"Awhh! Kepala aman?" ringis Dila yang mendengar benturan kecil itu.

Senja masih diam. Membuat Dila meletakan pulpen yang tengah digenggam, "Ada masalah?" gadis itu menatap sahabatnya sekilas. "Selalu."

"Cerita? Gue dengerin," Dila mengambil posisi, menghadap Senja sepenuhnya dengan raut penasaran. "Males baca dongeng."

Dila memberengut kesal saat Senja malah menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan. "Idih, aneh!"

Ddrrttt...,

Ponsel Senja yang tergeletak diatas meja bergetar. Dila menatap sahabatnya, tidak ada pergerakan. Begitu sejak satu jam yang lalu. Siapa yang menelfon Senja sampai sebegitunya? Dila bertanya dalam hati, ada masalah apa lagi gadis satu ini.

Lagi, ponsel Senja kembali bergetar. "Lo denger nggak, sih?" Dila menyentak tubuhnya, "Itu daritadi ada yang telfon. Angkat dulu bisa 'kan?"

Merasa diabaikan lagi, Dila akhirnya melihat siapa yang begitu sibuk menganggu sahabatnya. Kedua matanya menyipit dengan kening yang berkerut dalam. Dilirik Senja sekilas sebelum tatapannya kembali lagi ke layar ponsel milik gadis itu. "Bu Afni, Ja." ucapnya kebingungan.

"Nyokap lo. Angkat! Siapa tau ada yang penting!" tukas Dila sambil menyerahkan benda pipih itu secara paksa kepada pemiliknya.

"Angkat, bego!" Senja berdecak, tapi akhirnya menurut saja.

Gadis itu diam, menunggu Afni bersuara. "Ibu pengen peluk dulu, bisa?"

•••••

Senja berlari. Menyingkirkan apapun yang menghalangi langkahnya, dia tak punya waktu. Bibir gadis itu tak berhenti merutuki dirinya sendiri dengan segala bentuk makian.

Tangannya bergetar tak karuan. Senja bahkan kesulitan menghidupkan motornya sekarang. "Ah! Bangsat!"

"Pak Jeje, tolong buka pagernya!" Senja memekik dari atas motor. Wajahnya pucat pasi berhasil membuat perhatian satpam sekolah itu teralihkan.

"Kamu sakit, Ja?"

"Buka, Pak! Tolong!" begitu desak Senja sambil menghentakan kakinya ke tanah tak sabaran. "Mendung, nanti kamu kehujanan---"

"Pak! Senja minta tolong. Buka pagernya!"

Meski setengah linglung, laki-laki paruh baya itu menuruti kemauanya. Senja melesat secepat yang dia bisa agar tak menyesal nantinya.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now