16. A Hug

30 4 0
                                    

Ditulis oleh: Awliyaslv_

“Rasanya, pelukan itu akan menjadi candu untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Rasanya, pelukan itu akan menjadi candu untukku.”

-Alder Jordan Brawijaya-

🌻🌻🌻

16. A HUG

Dentingan piring dan sendok mendominasi ruang makan keluarga Alder pagi ini. Keharmonisan begitu tampak di antara mereka. Arman berhasil menjadi sosok kakek sekaligus ayah untuk Alder.

Lahir tanpa sosok ayah harus Alder rasakan sejak kecil. Ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil, saat kandungan mamanya berusia empat bulan. Selama 17 tahun Alder hidup, ia hanya bisa melihat wajah ayahnya melalui foto saja.

Terkadang, Alder merasa iri pada teman-temannya yang masih bisa bersenda gurau dengan ayah masing-masing. Tapi, apa boleh buat? Tuhan lebih menyayangi ayahnya.

“Bagaimana kabar Sagara? Apa dia masih suka mengganggu kamu?” Pertanyaan Arman yang tiba-tiba itu, sukses mengalihkan atensi Alder dan juga Tsania.

“Tumben Kakek nanyain Sagara?” Alder malah balik melempar pertanyaan pada kakeknya.

“Kakek cuma ingin memastikan, kalau cucu kakek baik-baik saja. Apa itu salah?”

Sudut bibir Alder tertarik ke atas. “Alder baik-baik aja, Kek. Dan soal Sagara, Kakek gak perlu khawatir. Alder bisa atasin semuanya.”

Arman menganggukkan kepalanya.

“Kakek tau. Tapi kamu harus tetap hati-hati. Sagara dan keluarganya itu sangat licik.”

“Sagara gak kayak gitu, Kek. Dia cuma belum bisa menerima kepergian papanya aja,” tutur Alder.

“Jangan naif, Boy. Gak selamanya orang yang kamu anggap baik, akan selalu bersikap baik. Kamu hanya perlu waktu, untuk mengetahui siapa dia sebenarnya,” balas Arman membuat Alder terdiam.

Ia berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut kakeknya. Apakah, Sagara sungguh telah berubah? Jika benar demikian, kenapa seolah hati Alder menolak fakta itu?

Come on, kita lagi sarapan, loh. Bisa kali ngobrolin masalah itu nanti aja,” celetuk Tsania yang merasa terganggu akan pembicaraan antara kakek dan cucu itu.

Sorry, Bun,” ucap Alder sambil menatap Tsania.

Detik berikutnya, Alder berdiri. Sarapannya telah selesai.

DANDELION [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang