13. Sisa Rasa

18 4 0
                                    

Ditulis oleh: Azzarisma_16

“Dia yang meminta maaf pun seharusnya berkaca, kesalahan apa yang telah diperbuat sampai korbannya tak berkenan untuk menerimanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Dia yang meminta maaf pun seharusnya berkaca, kesalahan apa yang telah diperbuat sampai korbannya tak berkenan untuk menerimanya.”

🌻🌻🌻

13. SISA RASA

William melirik jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, tanpa memikirkan jam kuliahnya, William langsung pergi dari kampusnya begitu saja.

“Will, mau kemana? Bentar lagi ada dosen,” panggil salah satu teman kuliah William saat melihat William meninggalkan kelas.

“Gue ada urusan. Gue titip absen aja,” teriak William.

“Ini dosen killer, Will. Lo bisa kena masalah nanti,” teriak temannya.

“GUE URUS NANTI.”

William mengambil mobilnya yang berwarna putih di tempat parkiran khusus. Setelah menyogok satpam gerbang dengan dua bungkus rokok dan uang dua ratus ribu, barulah William boleh keluar tanpa diketahui oleh pihak kampus.

“Semoga hari ini gue beruntung,” gumam William menjalankan mobilnya.

William menghentikan mobilnya di depan SMA OLEANDER dan tanpa basa-basi, William langsung memanjangkan lehernya untuk mencari Azalea. Ya, William sengaja datang ke SMA OLEANDER hanya untuk bertemu dengan Azalea.

William terdiam sejenak di dalam mobil sebenarnya ia tidak yakin Azalea akan menemui dirinya. Kemarin saja Azalea sampai ketakutan saat melihatnya.

Sudah satu jam, William menunggu Azalea, tapi Azalea sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya. William menghela napas kasar dan memutuskan untuk kembali ke kampusnya, tapi tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.

“Bang Willi?”

“Alder?” ucap William saat melihat ternyata Alder-lah yang menepuk bahunya.

“Apa kabar, Bang? Kok jarang kumpul sekarang?” tanya Alder sambil melakukan tos ala laki-laki.

“Iya, akhir-akhir ini gue banyak tugas makanya jarang kumpul,” alibi William.

“Oh gitu. Btw, ada apa lo mampir ke sini?” tanya Alder.

William menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Gak ada apa-apa, Der. Gue cuma pengen liat sekolah aja, udah lama gak nengok sekolah.”

“Kangen sama sekolah ya, Bang,” ucap Alder sambil tertawa.

“Iya, gue kangen pas masa SMA dulu,” ucap William menanggapi ucapan Alder.

“Sekarang sibuk ya, Bang? Apalagi lo kuliah sambil bantu perusahaan bokap lo, pasti lo jarang punya waktu santai.”

DANDELION [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now