TUJUH

40 1 0
                                    

Hi!!! Sebenernya males update sih, cuma nggak apa-apa lah sebelum besok malem berangkat ke Korea buat solo traveling. Doakan yah selama 9 hari di sana trus buat perjalanan pergi pulangnya juga. Makasih! ^^ Ntar kalo sempet aku share deh di sini tentang apa-apa selama traveling nanti.

Chapter ini lebih panjang dari yang sebelum-sebelumnya loh. Bonus berarti dong ya? :D

Lagi-lagi aku nggak edit chapter ini. Mohon maklum ya~

Happy reading! ^^

———- ———-

Elysia menatap sebuah gedung tua di hadapannya sendu. Dua puluh enam Juni, itu artinya sekitar sembilan puluh hari lagi Papanya akan bebas karena ia sendiri bahkan tidak tahu kapan pastinya Papanya itu akan bebas. Sosok yang selama ini selalu membuatnya dihantui oleh pikiran negatif mengenai kaumnya.

Selama ini Elysia sengaja tidak mengunjungi Papanya, bukan karena ia benci karena jujur saja seberapapun besar trauma yang disebabkan oleh Papanya tapi dia tetaplah seseorang yang membuatnya bisa ada di dunia saat ini. Elysia hanya merasa tidak memiliki alasan untuk menemui Papanya.

Hari telah beranjak malam saat ia memutuskan untuk sekedar mampir ke tempat itu. Ia sengaja meminta Adrian untuk mengantarnya ke tempat itu, berdalih ingin makan jagung bakar alun-alun yang letaknya tepat berseberangan dengan gedung penjara tersebut.

Elysia menatap Adrian yang tengah asik dengan jagungnya, membuatnya tersenyum.

"Ada apa, Lys. Mulut aku belepotan ya?"

"Nggak kok, tenang aja."

"Oh ya, Sabtu ini ke pasir putih yuk. Bareng sama anak-anak yang lain juga."

"Hm... Boleh sih, coba kamu ajak aja yang lain dulu."

"Beres."

* * *

Sore itu Adrian, Elysia dan rombongan yang sama dengan saat tahun baru kemarin itu berangkat bersama-sama menuju Pantai Pasir Putih di kota Situbondo yang berada di sebelah timur kota Probolinggo.

Elysia berharap hari Sabtu kali ini akan menyenangkan dan mampu membuat pikirannya mengenai Papanya sedikit teralihkan. Ia sudah memberi kabar pada Nathan jika hari ini dia tidak akan datang ke tempatnya yang hanya dijawab singkat oleh pria itu.

Elysia duduk di kursi depan, menemani Adrian yang menyetir sendiri mobilnya sementara teman-temannya yang lain duduk di bangku tengah dan belakang mobil Adrian.

Selama di mobil mereka terus-terusan bercanda membuat Elysia yang biasanya sanggup menahan diri akhirnya ikut tertawa terbahak menanggapi teman-temannya yang semakin tidak terkendali itu.

Sesampainya di pantai, semua langsung berhamburan. Ada yang langsung mengakrabkan diri dengan air dan langsung berenang, ada yang mendatangi penjual sate ayam di pinggir pantai dan makan dengan lahapnya, ada pula yang langsung bertandang ke stan-stan yang menjual bermacam souvenir bernuansa pantai.

Adrian mengajak Elysia untuk duduk di pinggir pantai. Membiarkan deburan ombak sesekali membasahi kaki mereka yang terjulur ke arah pantai.

"Aku nggak nyangka bisa ngajak kamu ke sini," ucap Adrian tanpa menatap Elysia, pandangannya tertuju pada matahari yang hendak kembali ke peraduannya.

"Aku juga nggak nyangka bisa diajak kamu ke sini," jawab Elysia membalikkan ucapan Adrian.

Adrian tertawa mendengar ucapan gadis di sebelahnya ini. "Aku jadi inget waktu aku pertama kali ngajak ngomong kamu."

Elysia tersenyum, mau tidak mau pikirannya ikut memutar kembali kejadian itu. Ia menoleh ke arah Adrian, mendapati pria itu yang masih asik memandang matahari terbenam, mengguratkan senja yang elok.

LOVE, Cinta Takkan Pernah SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang