ENAM

42 3 0
                                    

Hi!!! Jumpa lagi~~ Udah lumayan lama ya nggak update, maklum lagi nggak mood. Hehehe...

Ya udah langsung aja ya, happy reading! ^^

------- -------

“Terapi kamu gimana?”

So far so good lah. Yang kemaren bahkan aku ketemu sama temen-temennya. Mereka dijadiin nara sumber dan sedikit banyak aku mulai dapet alasan lebih untuk mengubah pemikiran buruk aku tentang laki-laki.”

“Pemikiran buruk tentang laki-laki? Ah, jadi ini yang kamu maksud dengan mengganjal tempo hari?”

“Yap.”

“Cieee ada yang mojok nih ceritanya…,” seru seorang wanita yang langsung duduk di sebelah Elysia.

“Eh, katanya kamu makan siangnya di luar, Va?”

“Jadi ini alasan kenapa kamu nggak mau aku ajak makan bareng di luar? Ternyata maunya makan sama Pak Adrian, biar kata di kantin nggak masalah. Jadi gitu?”

Elysia jadi gelagapan sendiri, ia bingung harus menjawab apa. Sementara dirinya tengah bingung merangkai kata yang tepat, Adrian malah tertawa.

“Udah tahu begitu kamu masih aja gangguin kita, Va.”

“Iya deh Pak saya nggak gangguin. Ya udah aku makan di sana aja bareng yang lain ya, Lys. See you.”

“Kamu apaan sih, malah ngomong begitu sama Eva.”

“Loh? Kan emang bener? Kita kan lagi membahas masa depan.”

“Dasar gila kamu.”

Adrian kembali tertawa mendengar kata-kata Elysia. Saat ini hubungannya dengan Elysia semakin baik dari hari ke hari dan tentu saja hal itu membuatnya sangat bahagia.

“Trus, trus gimana terapinya?”

“Seru. Kapan-kapan kamu temenin aku aja gimana?”

“Yakin kamu mau aku temenin? Ntar malah nggak konsen gimana?”

Please deh, Iyan. Kamu ini pede banget sih?”

Adrian mengerjapkan matanya, tidak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia mendengar Elysia memanggilnya Iyan, selama ini hanya Mamanya yang memanggilnya demikian dan baru saja Elysia memanggilnya dengan panggilan tersebut.

“Kamu manggil aku apa barusan? Iyan?”

“Yap. Tiba-tiba aja keceplosan manggil gitu dan ternyata panggilan itu bagus juga.”

That’s how my Mom called me.”

“Oh ya? Kebetulan banget.”

“Itu bukan kebetulan, tapi pertanda.”

“Yeah, as you wish deh, Iyan.”

Adrian tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Elysia lalu mengacak rambut gadis itu lembut sambil tersenyum. Elysia mengerjapkan kedua matanya, belum siap dengan apa yang baru saja Adrian lakukan padanya. Ia mengusap dadanya pelan, diam-diam bersyukur karena dirinya tidak memiliki riwayat menderita sakit jantung. Berada di dekat Adrian ternyata berdampak buruk bagi kinerja jantungnya yang harus memompa darah lebih cepat daripada biasanya.

* * *

Elysia tengah menghabiskan sorenya dengan membaca novel di sofa ruang tamu. Beberapa bulan ini, semenjak ia dekat dengan Adrian hari-harinya terasa lebih berwarna dan menyenangkan. Setiap hari Adrian menjemputnya di rumah lalu sorenya Adrian akan mengantarnya pulang ke rumah. Nyaris setiap hari Adrian menyempatkan diri untuk kembali ke kantor, sekedar untuk makan siang bersamanya. Semua perlakuan Adrian yang menjadi lebih perhatian membuatnya merasa lebih berharga. Terapinya juga berjalan lancar, setiap hari Sabtu ia masih rutin mengunjungi tempat praktek Nathan. Hubungannya dengan Nathan pun semakin baik. Elysia juga kerap kali menghabiskan malam minggu bersama dengan Nathan, Jo dan juga Dilla.

LOVE, Cinta Takkan Pernah SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang