03 : Special Gift

3.7K 326 19
                                    

This story written by Aquarius17Girl

[ Angst, Major Character Death ]

• • •

“Jangan terlalu larut dengan kebencianmu terhadap takdir, sampai kamu lupa caranya bersyukur atas hal-hal kecil yang Tuhan berikan untukmu.”

 • • •

Bulan sabit dengan lengkungan yang cantik menggantung di tengah-tengah hamparan ribuan bintang, di atas kanvas hitam pekat milik Sang Pencipta.

Mungkin seluruh umat manusia yang melihatnya akan terkagum dengan indahnya malam natal saat ini. Namun, lain hal dengan seorang lelaki yang sedang duduk di atas kursi—tepatnya di sebuah balkon kamar.

Keelokan semesta hanya menjadi ejekan untuk ia yang tak dapat melihat indahnya langit malam.

Seorang lelaki yang telah lama kehilangan warna, direnggut oleh tangan-tangan takdir yang begitu kejam hingga membuatnya hanya dapat berteman dengan kegelapan.

Ia kehilangan segalanya, dunianya, seakan belum cukup penderitaan yang didapat—ia harus merasakan rasanya diasingkan.

Walau lisan kerap kali memaki atas segala hal yang terjadi, setidaknya ada satu bait lantunan syukur yang ia panjatkan untuk satu-satunya orang yang tidak pernah pergi meninggalkannya.

Selimut tebal tersampir di atas kedua bahunya, menghangatkan tubuh yang hanya dibalut oleh selembar kaus tipis.

“Wah, langitnya bagus banget malam ini,” decak kagum mengiringi sebaris kalimat yang terucap.

“Tidak turun salju?”

“Tidak, saljunya berubah menjadi titik-titik bintang di langit.”

“Apakah seindah itu?”

“Eum, sangat indah. Aku akan mengambil gambar langit saat ini. Jika nanti kau sudah bisa melihat lagi, kau bisa melihatnya di ponsel.”

Manik mata coklat dengan binar yang redup hanya menatap sayu ke depan—mendengar betapa riang nada suara dari seseorang di samping tubuhnya. Seulas senyum kecil terpatri di wajah tampannya.

Beberapa tahun lalu, ia pun merasakan hal yang sama. Malam natal menjadi momen terindah untuk ia dan keluarga.  Di mana ayah dan ibu akan meluangkan waktu untuk berkumpul, kakaknya yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri pun akan pulang ke rumah, tak tertinggal rengek sang adik setelah dijahili oleh ia dan kakaknya.

Terdengar indah memang, tetapi ...

Dulu.

Kenangan indah yang seharusnya menciptakan sebuah senyuman lebar saat dikenang, tak ayal menjadi luka paling dalam di relung hati lelaki ini.

“Kenapa menangis?” Tubuh dirundukkan, bertumpu pada kedua lutut, sedangkan jari-jemari tersebut bermain di pipi lelaki itu. Mengusap air mata yang tanpa sadar telah banyak menetes membasahi pipi.

“Taeyong, kau bahagia?” Tangan dinginnya menangkap jari-jemari tersebut, menggenggamnya dengan lembut—menciptakan sebuah kehangatan yang mereka butuhkan.

“Huh? Tentu saja. Mengapa bertanya seperti itu?”

“Di sini, bersama aku. Kau bahagia?”

“Iya Jaehyun, aku bahagia.”

“Aku tidak bisa menatap matamu, jadi aku tidak tahu apakah kau berbohong atau tidak. Aku harap kau tidak membohongiku soal ini. Aku tidak masalah kalau kau ingin pergi meninggalkanku karena ... selama ini aku sudah banyak menyusahkanmu.”

AMORIST《Jaeyong》Where stories live. Discover now