1

1.3K 32 9
  • Dedicated to Ajiseno
                                    

ya danang
“lhooo…piye to? Kok nggak masuk dulu, istirahat dulu bentar…”
“makasih bu, kapan-kapan saya pasti kesini, saat ini saya sedang buru-buru”
“ohhh yo wis kalau gitu, makasih sekali ya mas udah mau nganter danang, jadi ngrepotin ya” “wahh nggak apa-apa bu…sama-sama saya juga seneng kok di jalan ada temen, ya udah nang sampe ketemu lagi ya?”
“iya mas, makasih ya m as, jangan kuatir tunggu saja aku pasti ke tempat mas aji”
Yo i…monggo bu, permisiii….” Ucapku sambil membungkuk masuk ke mobil

Mobil kembali bergerak meninggalkan rumah danang
Kali ini pak warno agak lebih cepat
Saat ini tempat dudukku pindah ke depan disamping pak warno yang sedang mengemudi
Mataku tak henti-henti pemandangan asing daerah yang sama sekali belum pernah kukunjungi

Sekitar setengah jam berjalan mobil pelan belok kiri
Kali ini jalan yang dilalui lebih sempit dan relatif sepi
“masih jauh pak perjalanannya?’ tanyaku pada pak warno
“sekitar tujuhbelas kilo mas”
“ohhh..jauh juga ya”
Pak warno Cuma mengangguk

“eh pak, rumah pak warno dimana?”
‘ya satu desa mas dengan desa yang akan kita tuju”
“ohhh gitu ya”

Selanjutnya perjalanan mulai menemukan jalan yang berliku
menanjak...
menurun ....
kemudian terus menanjak naik dan berkelok-kelok
Aku kadang agak miris juga jika melihat jurang disamping kanan kiri
Kami hanya melewati perkebunan kopi tak ada desa
kadang terlintas dalam benakku apa masih ada perkampungan ya?
Mengingat sejak tadi yang dilhat hanya perkebunan saja tanpa desa

Perjalanan terus berlanjut,,,,
terus menanjak berkelok-kelok dan terus naik......lsangat terjal naiknya
Tanganku kadang secara reflek memegang sisi jok mobil untuk menjaga keseimbangan jika jalan berputar dengan begitu cepatnya
Kuakui pak warno memang lincah dalam menyetir mobil

Dann….kali ini aku benar-benar terpana
Mobil sudah berada di puncak punggung gunung yang bentuknya seperti pematang
Dan…kali ini aku sudah sangat begitu dekat dengan gunung prau…sangat-sangat dekat hingga sangat terlihat begitu jelasnya lereng gunung yang menghijau tertutup hutan

Dari sini juga bisa kulihat panorama yang luar biasa….
Saya berada tepat di punggung gunung sehingga aku bisa melihat lereng yang sangat begitu dalamnya
Dan ketika tepat di sebuah jalan yang rata aku langsung berkata…”stop pak!”
Mobil langsung berhenti
“ada apa mas?” pak warno keheranan
“pak aku mau lihat pemandangan ini…hmmm luar biasa”
Langsung aku turun dari mobil
Udara yang begitu dingin menerpaku sejuk
tapi aku suka
Aku langsung menuju pinggir tebing

kulihat pak warno tergopoh-gopoh keluar mobil

mass ajii…jangan terlalu jauhhh” suara pak warno mengingatkanku
Aku cuman tersenyum simpul dan tak peduli
Aku berjalan pelan ke tepi tebing
aku mengambil nafas panjang
dalam hatiku berbisik “akhhh…pasti aku sudah meninggalkan dunia ini, ini bukan dunia…ini alam baka, ini surga ….”

Mataku tah berkedip memandang pemandangan di depanku
Tampak dari kejauhan ada sembilan gunung yang membentuk sebuah deret melingkar mulai dari gunung ungaran, gunung telomoyo, gunung merbabu, gunung merapi, gunung sumbing dan hmmm…gunung sindoro yang begitu cantik dan indah di depanku, gunung butak, gunung tlerep dan gunung prau dimana aku berdiri di punggungnya.

Dibawah deret lingkar Sembilan gunung tersebut kulihat lembah memanjang yang begitu indahnya…sawah bagai kotak-kotak papan catur yang menguning, hijau dan coklat dan disisi lain kerlap kerlip rumah penduduk yang terlihat begitu kecil dan putih terkena sinar mentari yang terik di siang ini tergambar dari lingkaran-lingkaran kecil berisi rumah-rumah kecil yang menunjukkan kota-kota kecil di kaki gunung.

Angin yang berhembus pelan menerpa seluruh tubuhku…
bukan dingin tapi sejuk,
jauh dari panas yang membuat gerah,
aku menghirup udaranya..udaranya begitu segar
Ini udara paling segar yang pernah kuhirup,
ketika masuk ke rongga paru-paru begitu menyejukkan,
ini udara murni yang terdiri dari oksigen tanpa polusi karbondioksida yang menyesakkan.

Negeri Dibalik AwanWhere stories live. Discover now