Tamu Spesial Di Malam Natal

218 31 9
                                    

     "Kamu kok melamun, Lin?" tanya Samuel yang menyetir mobil.
     Mereka baru saja pulang dari gereja. Lini memutuskan untuk satu mobil bersama Sam. Malam itu, seperti biasa mereka akan berkumpul di rumah kakek Daniel. Di sana, seluruh keluarga besar akan berkumpul. Dari semua sepupunya, Lini lebih dekat dengan Samuel. Selain karena mereka berdua pernah sama-sama tinggal di Gorontalo, juga karena Samuel adalah temannya Nuca.
     "Nggak. Aku nggak apa-apa, kok." Lini berbohong.
     Dia masih kepikiran pembicaraan bersama Kak Della minggu kemarin waktu dia hadir di acara lamaran kakaknya Nuca itu. Bukan pembicaraan yang direncanakan. Della maupun Ibunya Nuca hanya bilang kalau nanti Lini punya pacar, wajib dikenalkan kepada mereka. Sebab kedekatan Lini dengan keluarganya Nuca itu membuat hubungan mereka terjalin begitu kuat.
     "Kamu masih mikirin Nuca?" tanya Samuel tanpa basa-basi.
     Lini menoleh sebentar, kemudian membuang pandangannya ke luar jendela. Pemandangan malam natal di kota manado selalu indah. Dia sudah pernah merayakan Natal di Manado, Jakarta, Surabaya bahkan pernah di luar negeri saat masih kuliah. Namun perayaan di manado selalu terasa jauh lebih istimewa.
     "Dia sudah meneleponmu?" Samuel bertanya lagi.
     Lini mengembuskan napas pelan. Dia lalu menggelengkan kepalanya.
     "Dia mungkin sibuk. Kamu sendiri yang bilang, Nuca sampai tidak datang ke acara lamaran kakaknya karena masih di Jepang. setelah itu dia pulang tapi masih harus ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Maklumi saja, dia masih sibuk. Nanti juga dia meneleponmu, kok. Aku kenal Nuca, Lin."
     Lini tersenyum samar. Memangnya dia siapa, berharap ditelepon oleh Nuca? Mereka hanya berteman, tak pernah lebih. Dan rasanya takkan pernah lebih.
     Setengah jam kemudian, mobil yang dikemudikan Sam tiba di parkiran rumah kakek. Rumah masa kecil mereka. Setiap akhir pekan, atau setiap kali orangtua mereka sibuk dengan urusan bisnis sampai harus ke luar negeri, maka Lini ataupun Samuel sering dititipkan ke rumah kakek.
     "Selamat Natal, kek." Lini meraih tubuh kakeknya dan memeluknya.
     Setelah itu Lini menghampiri sepupu yang lain. Mereka saling berjabatan tangan dan berpelukan. Sesekali mereka ikut berfoto bersama untuk dipublish di akun instagram.
     "Ayo. Kalian semua pasti lapar, kan? Kakek tadi sudah minta dibuatkan makanan istimewa untuk kita semua. Ayo!"
     Lini merasa tak bersemangat malam itu. Entah mengapa diapun tak mengerti. Dia hanya tahu, sejak pulang dari Gorontalo itu, dia selalu terbayang perkataan Della. Dia dan Nuca sudah berteman sangat lama. Itu tak normal bagi seorang lelaki dan seorang perempuan, apalagi keduanya sama-sama masih sendiri. Ada sesuatu yang sulit diungkapkan dalam hubungan mereka berdua.
     Selesai makan malam, ketika para sepupu berkumpul di taman belakang, Lini memutuskan mengungsi ke kamar. Kamar itu bukan miliknya tapi setiap kali dia di rumah itu, maka tak ada yang boleh mengambil kamar tersebut. Lini membuka jendela kamar lebar-lebar dan membiarkan udara malam masuk memeluknya yang kesepian.
     "Nuca dimana, ya?" gumamnya.
     Lini menatap layar ponselnya. Dia ragu-ragu ingin menelepon Nuca. Dia takut menganggu Nuca. Lini meletakan kembali ponsel itu lantas berbaring. Dia memejamkan mata, berusaha menghadirkan Nuca dalam hayalannya. Mengapa urusan ini makin rumit? mengapa semakin mereka dewasa segala sesuatu semakin sulit untuk dibicarakan?
     Lini mengembuskan napas panjang. Dia hanya ingin tidur malam itu dan sejenak melupakan bayangan Nuca. Lelaki itu tak punya kewajiban untuk menghubunginya meski hanya sekadar bertanya kabar atau basa-basi menanyakan bagaimana malam natalnya. Lini menyadari itu sepenuhnya.
     Namun, belum sempat dia tertidur, dia mendengar pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang. Terdengar samar-samar suara ibunya memanggil. Lini membuka mata dengan terpaksa lalu beranjak membukakan pintu untuk ibunya.
     "Kamu itu, ya? Semua orang sedang berkumpul di bawah, kamu malah tidur. kamu lagi ada masalah?"
     "Tidak kok, Mah. Lini hanya mengantuk saja."
     "Ehmm... Aduh, Lin? Tunda dulu kantukmu, ya? Di bawah ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Mama yakin, kamu pasti sangat ingin bertemu dengannya."
     "Siapa, Ma?" tanya Lini penasaran.
     "Nanti lihat saja langsung. Kalau mama bilang sekarang, takutnya bukan kejutan. Ya sudah, jangan buat dia menunggu lama ya?"
     Setelah itu ibunya langsung berbalik pergi.
     Lini termenung sebentar di ambang pintu kamar. Apakah Nuca sengaja datang untuk memberikan kejutan kepadanya? Seketika semangat yang sempat hilang itu kembali ke permukaan. Lini berlari ke depan cermin untuk merapikan rambutnya. Dia juga kembali menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Setelahnya dia berlari keluar dari kamar dan hampir menabrak Samuel di ujung bawah anak tangga.
     "Astaga! Demi tuhan! Kamu kenapa, Lin?"
     "Ada tamuku, kan? Dimana?"
     "Eh? Dia... ada di ruang tamu bersama kakek. Kok, kamu wangi banget?"
     "Thank you, Sam!" balasnya kemudian melangkah cepat menuju ruang tamu.
     Lini tak sabar bertemu Nuca. Jadi itu alasannya mengapa Nuca tak mengabarinya sejak pagi tadi. Itu semua pasti karena Nuca ingin datang dan memberikan kejutan secara langsung. Lini merasa jantungnya berdebar makin cepat ketika semakin dekat dengan ruang tamu. Dari jarak yang tak cukup jauh, dia bisa melihat potongan siluet seorang pemuda duduk di hadapan kakeknya.
     Namun saat dia tiba di sana, Lini terpekur di tempatnya berdiri. Tidak. Lelaki itu bukan Nuca. Lelaki yang seketika berdiri dari tempat duduknya waktu melihat kehadiran Lini itu bukan Nuca. Lelaki itu tersenyum lalu menyapanya dengan hangat.
     "Lini? kamu masih ingat dengannya? Itu loh, anaknya teman papamu yang dulu pernah satu SD sama kamu. Ingat, kan?"
     Mahalini mengernyitkan dahinya.
     "Mark?"

Bersambung

Jangan lupa follow akun instagram @Fahrulrizk_ dan @midnightuniverse untuk mendapatkan info update cerita ini.

Terima kasih dan semoga sehat selalu teman-teman semua.

Amin Kita BedaWhere stories live. Discover now