20/20

1.2K 156 69
                                    

Joanna langsung memasuki rumah sembari memungut ponselnya yang telah jatuh di tanah. Dia ingin menangis sekarang, namun enggan dilakukan di depan banyak orang. Karena dia tidak ingin dianggap lemah apalagi dikasihani oleh mereka.

Celine, selama ini Joanna sudah menganggap wanita itu sebagai kakaknya sendiri. Kakak yang baik dan dewasa sekali karena bisa mengajarinya banyak hal selama ini. Bahkan, dia juga yang mengajari bagaimana cara mengurus bayi hingga Tendra sebesar ini.

Namun, justru pengkhianatan yang didapat saat ini. Bahwa Celine dan Tommy telah bermain belakang selama ini. Padahal, Joanna sudah percaya 100% pada Celine. Sekalipun dia tidak cemburu meskipun Tommy sering mengantarnya pulang dari sini. Karena Joanna mengira bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman, tidak lebih.

Kalian tahu sebaik apa Tommy, kan? Mana ada setitik pikiran negatif tentang mereka jika kalian melihat yang baik-baik saja selama ini? Joanna, tentu saja dia sangat terpukul saat ini. Hingga membuatnya harus segera mengamankan diri kalau tidak mau anak-anak tahu jika dirinya meledak nanti.

Joanna sudah berada di kamar sekarang. Tangisnya sudah keluar begitu kencang. Hingga membuat suaranya berangsur-angsur hilang karena teriakan juga ikut keluar. Foto pernikahan yang dipasang di dinding kamar langsung Joanna pecahkan menggunakan gelas kaca yang ada di atas nakas. Cincin kawinnya juga sudah dilempar di balkon kamar dan masuk ke dalam tong sampah tanpa dia duga.

Tok... Tok... Tok...

Setengah jam kemudian suara pintu kamar diketuk dari luar. Joanna dapat mendengar suara Celine di sana. Dia tengah mencarinya, karena tahun baru akan segera tiba dan seharusnya mereka berkumpul di taman belakang rumah sembari berhitung mundur dan menghidupkan petasan.

"Joanna? Kamu di dalam? Jeffrey dan anak-anak mencarimu. Kamu kenapa? Sakit? Joanna?"

Karena tidak kunjung mendapat sahutan, Celine langsung meninggalkan kamar. Lalu bergegas menuju taman belakang guna menyusul Jeffrey dan anak-anak. Karena lima menit lagi hitung mundur akam dilakukan.

"Di mana Joanna?"

Tanya Jeffrey ketika Celine datang, membuat Cleo dan Tendra ikut menatapnya.

"Tidak tahu. Waktu kuketuk pintu kamarnya, dia tidak menyahut. Mungkin sakit perut. Kalian hitung mundur bertiga saja, ya? Aku mau membuat teh hangat."

Jeffrey, Cleo dan Tendra mengangguk cepat. Membiarkan Celine mengurus Joanna yang mungkin sedang sakit perut sungguhan. Karena ketika makan malam, Joanna sempat mengeluh pedas pada sup daging yang disajikan.

Celine masih mengaduk teh hangat sembari menatap petasan yang sudah dihidupkan oleh Cleo dan Tendra. Sedangkan Jeffrey sibuk merekam aksi anak-anak dengan ponselnya. Membuat Celine diam-diam tersenyum sekarang. Lalu bergegas menuju kamar Joanna setelah dirasa teh buatannya selesai dibuat.

"Joanna? Aku masuk, ya?"

Karena tidak kunjung mendapat balasan, Celine langsung membuka pintu kamar. Lalu mendapati Joanna yang sudah duduk di tepi ranjang dan menatap langit malam yang sudah penuh kilat petasan dari balkon kamar.

"Kamu sakit?"

Tanya Celine dengan nada pelan. Namun, detik berikutnya dia menegang setelah melihat kekacauan yang Joanna buat di kamar.

"Joanna, kamu kenapa?"

Celine langsung meletakkan teh hangat buatannya pada meja terdekat. Lalu berjalan cepat di depan Joanna. Menatap wajah bengkaknya yang sudah merah padam dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk mata.

Plak...

Tamparan kencang mendarat kencang di pipi kanan Celine. Membuat si pemilik langsung duduk tersungkur di depan Joanna yang masih duduk di tepi ranjang saat ini.

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Where stories live. Discover now