10/20

801 157 149
                                    

Tommy menatap Joanna lekat-lekat kali ini. Karena kepribadiannya mendadak berubah ketika bersama kakek dan neneknya saat ini. Lihat saja, sikapnya mendadak jadi baik. Kedua pahanya ditutup rapat-rapat, ponselnya diletakkan di atas meja dan kedua matanya tidak berhenti berbinar ketika nenek dan kakeknya bercerita.

"Iya, Nek. Benar sekali---"

Belum selesai Joanna berbicara, tiba-tiba saja ada laki-laki tinggi berlesung pipi yang langsung menarik Joanna dari tempat duduknya. Kemudian berbicara cukup kencang dan membuat orang-orang menatap mereka.

"Maaf, mengganggu. Tapi kalian salah orang, wanita ini bukan Jani Maharani. Dia sepupunya, Jani yang asli meminta wanita ini menggantikan karena enggan dijodohkan. Permisi."

Jeffrey langsung menarik Joanna pergi, membuat Tommy langsung berdiri guna mengikuti. Bukannya mau ikut campur, dia hanya takut Jani palsu ini dipukul. Mengingat laki-laki tadi tampak mengeraskan rahang dan menahan amarah saat itu.

"Lepas!!! Kamu apa-apaan, sih?? Ini bukan urusanmu!"

Setelah menarik tangan, Joanna berniat memasuki restoran kembali. Namun bergegas Jeffrey tahan saat ini.

"Jelas urusanku! Aku yang lebih dulu mengenalmu! Enak saja laki-laki itu mau merebutmu! Tadi keluarganya, kan? Kamu sudah diterima baik oleh mereka, kan? Aku tidak akan membiarkan itu semua!"

Plak...

Jeffrey mendapat tamparan untuk yang pertama kali. Air matanya langsung menggenang di pelupuk mata ketika melihat Joanna sudah beruarai air mata sekarang. Dia menangis, tepat di depannya. Membuatnya tidak tega dan ingin memeluknya sekarang.

"JAGA UCAPANMU! Kita hanya teman, itu yang kita bicarakan semalam! Jangan bertingkah seolah-olah kita memiliki hubungan spesial! Pergi! Jangan mengacaukan apa yang sudah aku dan Jani rencanakan saat ini!"

"AKU MENYUKAIMU! Aku memacari Jani lagi hanya untuk balas dendam! Dia kira dia siapa bisa membuatku malu dengan selingkuh dengan temanku?! Kau pikir aku bisa sebaik itu? Memaafkan kesalahan fatal setelah dia mencoreng namaku? Joanna, aku mencintaimu. Sejak lama, bahkan sejak pertama kali Jani mengenalkanmu padaku. Aku dan Jani sudah putus, ayo kita mulai dari awal! Sekarang kita bisa---"

Plak...

Tamparan kembali Joanna layangkan, hingga membuat Jeffrey bingung sendiri sekarang. Sebab, dia yakin bahwa Joanna juga menyukainya. Karena sangat terlihat dari caranya bersikap. Iya, Joanna ini anti laki-laki sebenarnya. Dia bahkan tidak pernah menanggapi teman-teman kampus yang ingin mendekati. Tetapi, dia justru mau menanggapi ocehannya setiap malam. Benar-benar setiap malam selama tiga tahun ke belakang, hingga sama-sama tertidur dan bangun besoknya.

"Menjijikkan! Kamu adalah orang paling menjijikkan yang pernah kukenal! Jani sangat menyukaimu! BRENGSEK! Aku tidak akan sudi berhubungan denganmu!"

Joanna langsung pergi, menghentikan taksi yang kebetulan baru saja lewat saat ini. Meninggalkan Jeffrey yang sudah menegang di tempat karena merasa sedang dikhianati. Iya, ini karena dia mengira bahwa Joanna benar-benar menyukainya dan sedang jual mahal saja. Tidak sungguhan mahal hingga berani mengatainya menjijikkan seperti sekarang.

8. 10 PM

Joanna baru saja tiba di depan rumah, setelah membayar dengan uang yang sengaja Jani siapkan di saku rok yang dikenakan. Namun dia lupa, lupa kalau belum bertukar pakaian dengan Jani sebelum pulang. Sehinggaq sudah pasti Ariana akan langsung mencecarnya.

"Tante---"

Belum selesai Joanna berbicara, Ariana langsung melayangkan tamparan cukup kuat. Hingga membuat Joanna tersungkur di teras rumah.

"Jani sudah menceritakan semuanya padaku! Kau benar-benar anak tidak tahu diuntung! Sudah merayu Jeffrey dan sekarang serakah dengan memaksa Jani untuk tidak bertemu laki-laki yang telah kujodohkan dengannya! Benar-benar menjijikkan! Aku menyesal karena telah memelihara bibit jalang di rumah! Semua barangmu sudah kukemas! Pergi dari sini! Aku tidak mau rumahku yang suci terkena najis!"

Brak...

Ariana melempar dua koper hitam tepat di depan Joanna. Membuat hidungnya langsung berdarah karena terkena roda koper yang baru saja dilempar asal.

Tidak ada yang bisa Joanna katakan sekarang. Dia hanya bisa menangis di tempat sembari melirik Jani yang ternyata sudah pulang dan sedang meliriknya dari kejauhan. Wajahnya tampak bengkak, sepertinya dia sedang menangis juga.

Sebab, dia juga ikut mendengar pengakuan Jeffrey di depan restoran. Hatinya sakit tentu saja. Apalagi Joanna adalah perempuan yang Jeffrey damba. Bukan dirinya. Semakin panas pula hatinya. Itu sebabnya dia bergegas pulang dan mengadu yang tidak-tidak pada ibunya ketika dalam perjalanan menuju rumah. Hingga terjadilah insiden sekarang. Joanna diusir dari rumah karena Ariana merasa terkhianati juga olehnya.

"Tante---"

Tangis Joanna semakin menjadi-jadi ketika melihat Ariana sedang merobek-robek berbagai sertifikat dan beberapa berkas penting yang ada di map putih. Map yang sudah dia siapkan beberapa tahun terakhir untuk persyaratan yudisium nanti. Dari ijazah SMA yang sudah dilegalisir sampai beberapa sertifikat penting yang menjadi persyaratan wajib untuk yudisium nanti.

"Kau kuliah dengan uang suamiku, bukan salahku juga kalau aku ingin menggugurkan itu!"

Setelah merobek seluruh berkas penting tadi, Ariana langsung memasuki rumah. Mengunci pintu dari dalam dan tidak membiarkan para pekerja mengizinkan masuk Joanna. Toh, Romi sedang dinas di luar kota. Sudah pasti tidak akan ada yang bisa menginterupsi titahnya.

Hujan tiba-tiba saja turun sekarang. Dengan hidung yang masih berdarah, Joanna langsung memunguti seluruh serpihan berkas penting yang ada di lantai teras. Hatinya sakit, sakit sekali. Dia tidak menyangka kalau Ariana bisa setega ini. Apalagi, seluruh sertifikat ini didapat dengan penuh perjuangan yang tidak main-main.

Ada sertifikat magang yang membuatnya harus tidur selama tiga jam saja selama tiga bulan, sertifikat seminar internasional yang membutuhkan biaya jutaan dan membuatnya harus menahan lapar, dan masih banyak yang lainnya. Joanna benar-benar merasa hancur sekarang, karena perjuangannya untuk menjadi sarjana selama tiga tahun sia-sia dalam satu malam.

Tidak lama kemudian mobil Jeffrey datang. Dia memang sengaja datang karena tahu bahwa Jani pasti akan menyalahkan Joanna jika tiba di rumah. Namun, dia tidak menyangka jika akan separah ini hasilnya. Diusir dari rumah dan beberapa berkas penting dirusak. Serta, menyakiti Joanna hingga mimisan seperti sekarang.

"PERGI! KAMU SENANG? INI YANG KAMU SEBUT BALAS DENDAM? SELAMAT, KAMU TIDAK HANYA BERHASIL MELUKAI JANI SAJA, TAPI AKU JUGA!"

Jeffrey yang tidak terima Joanna diperlakukan demikian, kini mulai menggedor pintu rumah sembari meneriaki nama Jani sekarang juga. Si pemilik nama yang memang belum beranjak dari tempat, tentu saja bergegas membuka pintu. Karena dia memang masih sangat mencintai Jeffrey meskipun sudah tahu kenyataannya seperti itu.

Tanpa pikir panjang, Jani langsung menarik Jeffrey memasuki rumah. Lalu menutup pintu kencang-kencang. Meninggalkan Joanna yang tampak begitu menyedihkan sekarang. Menangis sesenggukan sembari memunguti serpihan kertas dengan tangan kanan, sedangkan tangan yang satunya digunakan untuk menahan darah dari hidungnya.

Ada yang mau nolongin Joanna?

Tbc...

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Where stories live. Discover now