2/20

915 163 186
                                    

Thanks for 69 comments, gengs! Next chapter kalo udah rame, ya!

Di bioskop, Jeffrey duduk di tengah-tengah Jani dan Joanna. Persis seperti apa yang tadi dikatakan bahwa dia terlihat seperti memiliki dua istri sekarang. Jani dan Joanna. Karena dua perempuan itu memang selalu berada di sampingnya sejak tiga tahun ke belakang.

Jani sudah terlelap dan sedang memeluk bahu kiri Jeffrey. Sedangkan Joanna, dia masih menatap layar sembari memakan popcorn rasa vanilla yang dipesan Jeffrey sebelum masuk tadi.

"AAAAAA!!!"

Pekikan Joanna dan penonton yang lain membuat Jani terbangun kali ini. Hingga membuat Jeffrey kembali mengusap rambut Jani agar si pemilik tidur kembali.

Joanna tidak bergeming, kali ini dia masih fokus menatap layar yang menampilkan adegan menegangkan sekali. Hingga membuat kedua tangannya refleks menarik jaket Jeffrey.

"Mau dipeluk juga?"

Bisik Jeffrey setelah melepaskan tangan kanan dari kepala Jani, lalu meraih pundak Joanna dan didekatkan pada tubuhnya kali ini.

Joanna tidak bergeming dan fokus menonton kembali. Menatap setiap adegan dengan teliti hingga mengabaikan tangan Jeffrey yang sudah berada di pinggangnya saat ini. Oh, jangan lupakan dengan kepala Jeffrey yang sudah sengaja disandarkan pada pundaknya saat ini. Padahal, salah satu tangannya masih dipeluk oleh Jani.

"Berat, Jeffrey!"

Keluh Joanna karena merasa pegal pada pundaknya saat ini. Namun dia tidak menoleh karena masih fokus menatap setiap adegan yang hampir mencapai puncak setelah ini.

Jeffrey mulai memejamkan mata, menghadapkan wajah pada leher Joanna yang hari ini dibalut koas putih tulang bertuliskan, I Don't Need a Man.

Nafas Jeffrey terasa begitu hangat, bibirnya sesekali menempel pada kulit leher Joanna hingga membuat si pemilik refleks menolehkan kepala dan membuat kulit wajah mereka bersentuhan. Membuat atmosfer bioskop terasa panas meskipun AC ruangan terasa begitu menusuk tulang.

"Parfummu ganti?"

Bisik Jeffrey sembari mendongakkan wajah, lalu menatap Joanna yang tampak pucat karena menahan nafas sekarang.

Dengan sisa tenaga, Joanna mulai menjauhkan kepala Jeffrey dari pundaknya. Kemudian melepas rangkulan Jeffrey dari pinggangnya karena merasa bahwa sentuhan mereka terlalu intim sekarang.

Joanna langsung berdiri dari duduknya. Lalu bergegas menuju kamar mandi berada. Sebab, jantungnya sudah bertalu kencang karena ulah Jeffrey sebelumnya.

Munafik namanya kalau Joanna mengatakan tidak tertarik dengan Jeffrey si pacar sepupunya. Karena Jeffrey memang memiliki paras sempurna. Tinggi menjulang, hidung tinggi, alis dan bibir tebal. Ditambah, kepribadian hangat dan pengertian. Siapa juga yang tidak terpikat?

Tidak terkecuali Joanna yang saat ini sedang membasuh wajah kuat-kuat. Karena dia benar-benar merasa bersalah sebab telah membiarkan Jeffrey memeluk pinggangnya sebelumnya. Iya, dia sengaja tidak menyingkirkan tangan Jeffrey karena dia juga menikmatinya. Menikmati sensasi mendebarkan karena dirangkul oleh laki-laki yang disuka.

Ya, meskipun sebenarnya itu adalah hal yang sudah biasa. Karena tiga tahun bukan waktu yang singkat. Mereka sudah melewati banyak waktu bersama. Naik gunung, menyelami lautan dan berkemah di hutan. Sudah tidak terhitung begitu banyak tempat yang telah mereka lalui bersama, tentu saja dengan Jani di tengah-tengah mereka. Sentuhan seperti gandengan tangan, rangkulan dan elusan di kepala, tentu saja sudah sering mereka lakukan sebelumnya.

Bahkan, Jeffrey sering mengatar Joanna buang air kecil di tengah malam ketika Jani terlelap. Karena Joanna memang sangat suka minum dan selalu membuat penuh kantung kemihnya.

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Where stories live. Discover now