Syuh.. Pil Kecil Pergilah!

9.6K 840 59
                                    

Be grateful to what you have. Semenjak membaca tulisan itu, aku jadi semakin bersemangat untuk merawat ikatan cinta (bukan sinetron) di antara aku dan Shella ( bukan Andin karena aku bukan Arya Saloka, yang ramai di perbincangkan ibu – ibu di kantor).

Banyak perenungan yang bisa di ambil dari tulisan yang gak sengaja aku temukan itu. Kadang memang hidup itu suka gitu, bisa dapat inspirasi, perenungan bahkan pelajaran, dari sesuatu yang gak kita duga – duga.

Tadinya mana aku kepikir, move on ternyata kalau di terapkan dengan gegabah, justru berakibat kita malah jadi salah mengatasi masalah dalam hubungan utamanya pernikahan.

Move on yang sering di bilang orang – orang 'hidup itu moving forward, kalau maunya di tinggal di belakang ya tinggalin aja' ternyata gak bisa juga mutlak di praktikan begitu aja.

Contohnya aku dan Marshella. Kemarin bisa saja aku memutuskan move on karena Shella sulit banget aku raih tangannya dan aku ajak melangkah maju. Meninggalkan Shella yang enggan membuat kemajuan dalam menyelesaikan masalah kami? ya bisa saja.

Waktu itu bisa, tapi mungkin end up nya bisa gila jadinya.

Gimana kalau aku waktu itu keburu – buru move on? Terus pas udah jalan terlalu jauh, aku baru kepikiran. Harusnya aku lebih berusaha dan bersabar, semuanya bisa di atasin. Terus udah terlambat? Banyak kan yang begitu.

Berlagak gagak berani, yaudah kalau gak mau di ajak bener, gue tinggal lo. Setelah ninggalin, yang nyesel bukan yang di tinggalin. Tapi yang ninggalin.

Semua karena, enggan mencari solusi. Padahal nyari solusi itu kan juga gak sekali jadi.

Makanya dalam hidup itu ada TRIAL&ERROR.

Masalah gak bisa di selesaikan dengan SEMUA SERBA KILAT.

THE UNEXPECTED things might happens, jadi jelas kita gak mungkin langsung sigap nemu solusi yang tepat saat itu juga. Coba satu gagal, coba lagi yang lain. Bukan coba satu gagal terus main move on aja.

Terlebih, aku yang membuat kekacauan, ya aku yang harus membereskan.

Move on memang perlu, tapi hanya kalau memang jalan sudah benar – benar mentok. Dan jangan buru – buru merasa sudah mentok, terutama dalam pernikahan.

Keyakinan walau hanya secercah kecil aja, harus kita pegang, jadikan modal, untuk tetap berjuang sampai akhir. Pernikahan gak untuk di relain lepas gitu aja.

Mungkin aku dan Shella terlihat bodoh di mata orang – orang. Kenapa?

Karena Shella mempertahankan laki – laki yang pernah berkhianat sepertiku.

Dan aku?

Karena bersedia bertahan mengikuti segala alur naik dan turunnya emosi Shella yang bahkan lebih mengerikan dari roller coaster.

Dan kenapa kami begitu? Ya itu tadi, kami pada akhirnya memutuskan untuk fokus ke solving the problem, bukan moving on. Di cari sampai kemungkinan terakhir gimana masalah ini harus di selesaikan. Kalau moving on dengan maksud untuk meninggalkan masalah di belakang, itu namanya pengecut.

Moving on boleh di lakukan, setelah masalah di selesaikan dulu.

Moving on seperti aku dan Shella adalah berusaha melanjutkan rumah tangga kami, setelah kami sepakat untuk menutup rapat masalah kemarin.

Atau moving on bagi pasangan lain, bisa setelah mereka berusaha duduk bersama dan berbicara panjang lebar. Lalu mereka berdua sepakat berpisah, berjabat tangan, saling memaafkan. Lalu berjalan dengan jalan mereka masing – masing.

Her Real ValueWhere stories live. Discover now