Pillow Talk

7.9K 1K 63
                                    

Sejak percintaan kami malam tadi, memang harus aku akuin suasana diantara aku dan mas Adit sedikit berbeda. Membawa kembali kenangan lama, ternyata memang cukup berpengaruh ya? kami sedikit mencair dan aku? mulai terbawa suasana.

Mendadak melewati starbucks lotus pond, gak semenyebalkan waktu pertama kali mas Adit mengungkitnya. Karena starbucks lotus pond ini adalah tempat kami sarapan selama bulan madu, karena kami selalu ketinggalan jam breakfast di villa.

Tahu kan sebabnya kenapa? dan kita selalu saling tertawa setiap sampai tempat itu, mengingat kelakuan kami waktu itu. bulan madu bersama mas Adit, adalah moment dimana aku melihat sisi asli mas Adit yang diluar dugaan.

Lembut, penyayang, manis, romantis dan penggoda. Iya, ternyata dia menyimpan semua itu hanya untuk istrinya.

Mas Adit juga sumringah terus dari tadi, dan semakin rajin merangkul, menggandeng bahkan memeluk waktu anak – anak lagi asik minta entah apa. Kami sendiri sekarang sedang dalam perjalanan menuju daerah berpantai untuk menginap di hotel yang punya akses private beach. Masih hotel bulan madu kami.

Aku melirik mas Adit dan dia tersenyum penuh arti sambil mengusap kepalaku "kita sudah sampaii..." sahutnya sambil membuka pintu dan bergegas turun dari mobil. Menyapa petugas yang langsung mendorong troli untuk mengangkut koper – koper kami.

"ayah sumringah banget pagi ini. ayah beneran jadi aneh deh sejak bunda pulang..." sahut Cika sambil merapihkan hp nya yang berserakan di jok mobil. Aku hanya tertawa sementara mas Adit sudah menggendong Aurel yang masih muka bantal.

Mas Adit mengurus di front desk sementara aku dan Cika menikmati welcome drink. Aurel tentu saja masih nempel kayak koala sama ayahnya. Jujur, aku paling suka lihat mas Adit gendong anak kayak gitu. Dari jamannya Cika. Rasanya auranya mas Adit memang meluber luar biasa kalau dia sedang menggendong anaknya dengan telaten gitu.

"bunda.." panggil Cika dan aku menoleh. Dia menyodorkan hpnya dan nyengir "kemarin pas di Campuhan ayah sama bunda kakak foto dong. Jiyeee... kayak drakor..." aku melihat layar hp Cika dan tertawa pelan.

Foto mas Adit memeluk pinggangku dan mencium keningku sambil memejamkan mata dan aku memeluk lengan mas Adit. "ayah benar, kakak bersyukur ayah sama bunda baik – baik aja. Kakak gak kebayang kalau harus kayak Nisa.." ucapnya menerawang dan membuat hatiku tercubit.

*****

"naaah ini kamar kita.." seru mas Adit ketika membuka kamar dan menampilkan view pantai yang indah. Anak – anak bersorak girang tapi begitu mereka hendak melompat keatas tempat tidur mereka dicegah ayahnya "eeeettsss... kamar kalian disebelah, ini kamar ayah sama bunda" mas Adit mendorong pundak Cika dan Aurel menuju kamar sebelah yang ternyata terkoneksi dengan connecting door.

Aku mengerutkan keningku sambil melihat mas Adit yang tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. "ini sih kakak disuruh jadi baby sitternya Olel terus, ayah bunda bilang aja mau bulan madu.." selorohnya sambil melempar tubuhnya ke atas ranjang yang empuk.

Mas Adit menyibak tirai dan menoleh kearah Cika "protes gak jadi shopping nih ya.." ancamnya sambil bertolak pinggang, yang aku tahu gak beneran. Mana pernah mas Adit marah sama anak – anaknya yang benar – benar marah. Lagian anak – anak ini selalu jadi anak manis.

Cika mengacungkan dua jarinya tanda damai sambil nyengir lebar "peace ayah... jangan ditarik dong perjanjian kita" ucapnya dan aku hanya menggeleng sambil berjalan kembali kekamar yang menurut mas Adit adalah kamar kami.

Aku sedang melepas cardiganku ingin menikmati dinginnya AC kamar karena diluar gerah. Mas Adit langsung memelukku dari belakang dan mencium pipiku "ayah sama bunda disini aja, jadi kalau malam bisa.." ucapnya sambil mengendusi leherku yang jujur membuatku aku merinding juga dan otomatis mencengkeram lengannya.

Her Real ValueWhere stories live. Discover now