21.

20.5K 2.1K 158
                                    

Rasa paling aman bercerita itu kepada diri sendiri, menyemangati diri sendiri tidak juga mudah. Kadang emosi yang kita keluarkan juga dipandang biasa oleh orang sekitar, seakan merasa jika kita hanya mencari cari perhatian.

Melarikan diri dari masalah tidak baik, tapi meluapkan emosi saat ada masalah mungkin terdengar baik. Setidaknya tidak berlari dari masalah kan, mungkin alkohol, rokok atau bahkan sexs.

Tidak.

Lebih seru lagi menyakiti diri sendiri.

Self harm.

Self harm perilaku menyakiti diri sendiri untuk mengatasi rasa tertekan atau stres, kadang pelaku self harm melakukan saat dirinya sudah tidak cukup kuat lagi untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Tidak baik, namun bagi mereka ini adalah cara yang ampuh untuk melupakan masalh.

Hanya sebentar, karena sakit atau masalah yang diderita masih terasa dibandingkan dengan sakit  akibat luka self harm. Berhentinya saat kita merasa aman, disekitar keluarga teman teman dengan sedikit suasana hati yang senang.

Jika rasa aman dapat memberhentikan seseorang melakukan self harm, lantas bagaimana dengan Rangga bahkan keluarga yang ia percaya memberikan perasaan itu telah menyembunyikan fakta besar ? Kesenangan sudah ia relakan untuk sang mama. Keluarga ? Siapa, sekarang yang ia inginkan hari esok tidaklah ada lagi.sudah cukup sampai disini Rangga ingin berhenti dengan semua masalahnya.

Terkadang sekelebat untuk mengakhiri hidup ada dalam pikirannya, pembawaan masalah dalam pikiran sangat tidak menenangkan. Membuat Rangga takut akan menjalani kehidupannya sekarang.

Pelukan yang selama ia inginkan baru saja ia dapatkan, pelukan yang menenangkan. Walaupun dulu pernah, sebelum kedatangan, mereka. Keluarga baru yang datang dikehidupannya.

Jika saja Rangga menginginkan egois, Rangga akan melarang mama nya untuk menikah lagi. Ia akan memilih hidup bertiga dengan ayah Frans.

Tatapan mengintimidasi dari Papa dan ketiga kakaknya ia abaikan, dirinya sudah berakhir. Semua yang ia tutupi sudah mereka ketahui, lantas jika sudah begitu dirinya harus apa ? Panik, tidak.

Apapun yang akan dilakukan keluarganya, Rangga akan menerimanya. Memarahi atau bahkan memukulnya ? Rangga tidak akan peduli lagi tentang itu, nyatanya sekarang hidupnya terlalu rumit untuk dibenahi. Sekarang ia hanya pasrah, tidak peduli lagi dengan hidupnya.

Rangga hanya remaja yang sedang mencari jati dirinya, yang sekarang dirinya perlukan kehangatan keluarga. Untuk mereka yang sudah membohonginya bagaimana mungkin ia akan menyebutnya dengan keluarga ?.

Tidak hanya kehangatan, ia juga memerlukan dukungan.

"Rangga mau sendiri"

Setelah keheningan yang cukup lama, Rangga berujar membuat Jeyrlad sedikit geram karena putra bungsunya tidak menjelaskan sedikit apapun tentang perbuatannya. Ia tidak akan memaksa, mental putranya sedikit terguncang karena pernikahannya. Kevin menjelaskannya.

"Sayang.." Sahut Bunga yang dari tadi memeluk Rangga, memberikan perasaan nyaman untuk putranya setelah sekian lama ia abaikan.

Gagal menjadi ibu merupakan hal yang Bunga sesali, tidak dapat memberikan kasih sayang untuk putra kecilnya. Dibutakan oleh ketakutan, dan berakhir penyesalan. Takut jika Rangga akan semakin membencinya, walau sekarang putranya tengah membenci dirinya.

Rangga acuh, mengabaikan bahkan tidak membalas pelukan dari Mamanya, sungguh ia sendiri sudah lelah dengan hidupnya. Tidak ingin melakukan apapun selain diam.

"Bunga keluarlah, aku ingin berbicara dengan putraku." Jeyrald beralih tempat duduk disamping Rangga, mendekap tubuh ringkih putranya.

"Tidak, aku tidak akan keluar dari sini" Bantah Bunga saat pelukannya terlepas dari Rangga.

Assenlio RanggaWhere stories live. Discover now