19.

20.4K 1.9K 49
                                    

Rangga putra tunggal Franssio, laki laki yang dua tahun baru saja bercerai dengan Rovana Bunga. Remaja yang bisa dikatakan anak broken home, walau begitu setidaknya Rangga bisa merasakan kasih sayang keduanya.

Jika dia bisa meminta kepada Tuhan, Rangga akan meminta untuk menyatukan kembali kedua orangtuanya. Selain kebebasan, hal yang diinginkan dirinya dulu adalah rasa bahagia bersama kedua orangtuanya. Dua tahun tidak satu atap dengan sang ayah membuatnya sedikit menjadi remaja liar.

Apalagi dengan kesibukan Mamanya saat bekerja di kantor, jarang terurus tidak pernah bertemu. Mamanya akan berangkat saat dirinya sudah tidur, atau bahkan pulang dari mainnya. Memang, Bunga dulu sangat memberikan kebebasan kepadanya.

Tidak sepeti sekarang, ketika empat laki laki masuk kedalam hidupnya semuanya berubah. Hidupnya jauh dari kebebasan, waktu bermainnya, teman, aktifitasnya semua terpantau.

Dalam hal seperi ini membuat depresi muncul didalam dirinya. Menyakiti diri yang membuat Rangga senang ia lakukan, bekas sayatan ditangannya juga sudah perlahan hilang. Keluarganya tahu ? tentu tidak.

Ditambah dengan perbincangan Mama nya kemarin, siapa yang tidak kecewa?. Mau bertemu ayahnya saja dirinya dilarang.

Seperti saat ini ketika dirinya melempar vas yang berada di dalam kamarnya saat suara Kevin mengintruksi dirinya untuk keluar dari kamar untuk makan malam.

"Jangan sampai Abang dobrak pintunya"

"Buka pintunya, dari tadi siang kamu belum makan dek" Tambah Kevin, sepulang dari rumah sakit dirinya cepat pergi ke kamar adiknya. Dapat kabar dari Papa jika adiknya tau semuanya.

"PERGI KALIAN, GUA GA LAPAR"

"Baiklah jika itu pilihanmu"

"Dobrak pintunya" Titah Kevin kepada dua pengawal yang berjaga didepan pintu kamar adiknya.

Brak

Brak

Rangga melotot, Abang nya tidak pernah main main dengan ucapannya. Rangga hanya ingin menenangkan dirinya kelihatan kalau abangnya dokter, tapi tidak tau psikis adiknya.

Bahkan untuk menenangkan diri saja rasanya sangat sulit, ruang privasi ? Ada, keluarga ini memang memberi dirinya privasi sendiri. Kamar mandi contohnya, yang lain ? Jangan bermimpi.

Sudah Rangga katakan, ucapan semua keluarga ini tidak pernah main main sama sekali. Disana, arah pintu tepatnya. Kevin berjalan dengan sedikit terburu buru saat mendengar suara pecahan dari dalam.

Melirik kaca yang sudah pecah dilantai akibat ulah adiknya, Rangga remaja itu malah berinngsut mundur saat dirinya mendekat. Matanya bergerak seolah ingi kabur darinya, Rangga berlari ke arah kanan Kevin.

Dirinya malah tertangkap, air mata remaja itu tiba tiba turun. Kevin mengerti, Rangga hanya butuh penguat dan pendengar apalagi saat ini situasinya berantakan.

Remaja seperti Rangga mungkin belum memahami kondisinya, bahkan seharusnya mereka mencari jati dirinya bukan terjebak dengan masalah keluarga yang sangat rumit seperti ini.

"Ssst.. tenang dek, Abang disini"

Isakan yang keluar dari bibir Rangga membuat tangan Kevin terulur mengusap punggung adiknya. Jika saja dari awal keluarganya menceritakan lebih dahulu, mungkin tidak akan seperti ini jadinya.

"Nangis aja, jangan ditahan"

Tumpah sudah air mata Rangga, isakan yang tadi lirih kini terdengar. Pelukan erat Kevin rasakan, adiknya butuh sosok yang dapat dijadikan tumpuan.

"Mau.. ke-ketemu ayah" Ujar Rangga

Tidak, sekarang bukan waktunya untuk marah. Ya, Kevin tahu jika Frans ayah kandung Rangga. Tapi untuk mempertemukan, jangan harap. Sosok yang membuat keluarganya hampir diujung kehancuran, manusia brengsek yang dengan tidak punya hati berperilaku buruk terhadap Mamanya.

Siapa yang akan mau mempertemukan malaikat dengan iblis, ah tidak. Raja iblis jika pantas disebut. Dulu keluarganya memang belum sejaya sekarang, maka dari itu dengan mudahnya ayah kandung Rangga hampir membuat keluarganya hancur.

Sekarang ? Jangankan menghancurkan, menyentuh keluarga Jeyrlad saja tidak akan pernah bisa.

"Makan dulu, kamu belum makan dari tadi" Memilih abai dengan permintaan sang adik, Kevin menerima nampan yang berisi makanan dari pengawalnya tadi.

Rangga menggelengkan kepalanya, sesulit itukah dirinya bertemu dengan ayah kandungnya.

"Makan jangan membantah, hm"

"Mau ketemu ayah"

"Rangga mau ketemu sama ayah, Abang"
Lanjutnya

Kevin menghela nafas, sulit sekali membujuk adiknya untuk makan. Mau menuruti kemauan Rangga rasanya sangat mustahil ia lakukan. Haram.

"Mau abang aduin sama Papa?"

*

Sudah terjadi mau bagaimana lagi, fakta yang seharusnya tersampaikan lewat mulutnya malah terdengar begitu saja tidak mengenakkan. Apalagi putranya kini tengah mendiamkan dirinya.

Dari tadi Bunga uring uringan lantaran Rangga yang mendiaminya, ibu empat anak itu tengah mencemaskan bungsunya. Bungsu keluarga Jeyrlad. Siapa lagi jika bukan Rangga.

"Seharusnya kita lebih dulu memberitahu Rangga, mungkin ini tidak akan terjadi" Ujar seseorang yang tak lain adalah Jeyrald, kepada Bunga istrinya.

"Maafkan aku" Sesal Bunga.

"Aku tidak menyalahkanmu, ini sepenuhya juga bukan salah kamu sayang"

"Bagaimana dengan keadaan Rangga" Tanya Bunga tiba tiba.

"Kevin tadi pergi ke kamar Rangga, biarkan dia tenang dulu baru kita kesana" Ujar Jeyrald dengan mengusap surai panjang Bunga.

Bunga mengangguk saja, perasaannya sedikit lega karenaa putra sulungnya menemani putra kecilnya. Mungkin nanti ia akan kesana menjelaskan semuanya, ya semuanya.

Tanpa ada kebohongan sedikitpun.

Mungkin,

Semuanya akan lebih baik.

***

Hai hai haii, ada yang kangen ama cerita Rangga ?  Enggakan, makanya nisa buat ceritanya luamaa hehe. Kalau ada yang tunggu makasi ya..

Maaf kalau banyak typonya

Enjoy

Assenlio RanggaWhere stories live. Discover now