Cakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk bahagia justru merenggut kewarasannya. Ia sakit mental.
"Setelah sekian bulan saya mengamati peril...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Selama 17 tahun aku hidup, aku tidak pernah merasakan solat di imamin sama Ayah. Aku inginsolat bersama ayah, meskipun nanti aku sudah menjadi jenazah."
—CAKRAWALA—
Cakrawala berjalan seorang diri sambil memegang tali tasnya erat-erat. Langkahnya mendadak berhenti ketika melihat seorang anak kecil sedang bergandengan tangan dengan seorang pria dewasa yang merupakan sang ayah.
"Tadi waktu sekolah diajarin apa sama gurunya?" tanya sang ayah.
"Banyak banget sampe kepalaku pusing..." Anak itu memegangi kepalanya.
"Ayah... tadi waktu di sekolah aku main sama Zidan terus kakiku ditendang," lapornya. "Kakiku sakit banget nih, Yah. Nggak bisa jalan."
Ayahnya tertawa karena ia lihat kaki anaknya itu baik-baik saja dan beberapa menit lalu lari-larian.
"Bilang aja kalo kamu minta gendong sama ayah."
"Hehe..."
Ayahnya berjongkok, kemudian sang anak naik ke punggungnya.
"Ayah, aku pengen makan bakso."
"Ayah ajak kamu makan bakso di Pak Untung mau nggak? Pak Untung yang warungnya ada di deket lampu merah itu lho. Disana baksonya enak, ada pangsitnya juga."
"Mauuuu!"
Cakrawala tersenyum memerhatikan interaksi ayah dan anak itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana ya rasanya digandeng sama ayah?"
Cakrawala mengamati kedua telapak tangannya yang sudah tujuh belas tahun kosong, tanpa pernah digenggam oleh ayahnya. Ia tersenyum penuh harap.
"Cakra pengen digandeng sama ayah."
"Cakra pengen bisa makan bareng sama ayah."
"Cakra juga pengen cerita banyak sama ayah."
"Bunda... Cakra pengen banget."
Cakrawala kembali melanjutkan langkahnya dengan pelan. Coba saja sepedanya itu tidak rusak, pasti ia akan menaikinya.
