| CHAPTER 55 | JANGAN TINGGALIN CAKRA

126K 21.4K 7.1K
                                    

———

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

———

Moa melangkah masuk ke dalam rumahnya. Semalam ia benar-benar tidur di rumah Cakrawala, ia tidur di atas kasur Cakrawala yang hampir tidak pernah terjamah, sementara Cakrawala tidur di dalam lemari.

Moa menemani Cakrawala, mempuk-puk punggung Cakrawala dan meninabobokan cowok itu hingga terlelap.

Di depan rumah tadi, Moa melihat ada sebuah mobil sedan putih terparkir di garasi. Mobil itu bukan milik Papa ataupun milik Mamanya,  ia bahkan tidak pernah melihat mobil itu sebelumnya. Hal tersebut membuat rasa penasaran Moa tersulut.

Saat menaiki anak tangga, ia mendengar suara percakapan seorang wanita bersama dengan Papanya. Ini masih pagi, siapa yang bertandang ke rumahnya sepagi ini? Apa Mamanya? Jika Mamanya yang datang, Mamanya pasti akan langsung mencari dirinya.

"Aaakkkh! Mas..." Wanita itu mendesah ketika jari jemari Septian dengan nakal menggerayangi tubuh telanjangnya yang ada dalam balutan selimut.

Septian terkekeh.

"Kamu sama istrimu udah cerai, terus kapan kamu mau nikahin aku?"

Wanita itu menoleh, menatap Septian dan menuntut sebuah penjelasan.

"Iya, nanti... Jangan terburu-buru. Nunggu Moa supaya bisa nerima kamu dulu. Kamu tahu sendiri kan sifat anakku itu kayak gimana? Hem?"

Wanita tersebut berdecak, raut wajahnya seketika menjadi kesal.  "Aku udah nunggu kamu lama, lho Mas..."

"Iya aku tau... Anak kamu sendiri gimana? Kamu udah bicara tentang hubungan kita sama dia?"

Dari sela-sela pintu kamar yang tidak tertutup dengan sempurna, Moa bisa melihat dan mendengar segalanya. Ia berdecih. Menjijikan!

Alih-alih merapatkan pintu kamar Papanya dan pergi, ia justru dengan berani membuka pintu kamar itu lebar-lebar.

Prok! Prok! Prok!

Moa bertepuk tangan ketika melihat Papanya sedang tidur bersama dengan wanita lain selain mamanya. Moa yakin, dibalik selimut tebal itu ada tubuh telanjang Papanya serta wanita tersebut.

"Moa," ujar Septian. Ia terkejut melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba.

Moa terkekeh dengan mata memerah menahan tangis. Ia benar-benar telah kecewa.

"Jadi selama ini, ini yang Papa lakuin di belakang Moa? Ha?!"

"Moa dengerin Papa, Moa..." Septian keluar dari gelungan selimut dengan kondisi kaki terbalut celana pendek selutut dan dada telanjang.

Ia meraih kaos yang tercecer di samping tempat tidur. Melihat hal tersebut membuat perut Moa bergejolak ingin muntah.

"Moa pikir, Mama yang salah, Mama yang egois. Tapi ternyata..." Moa tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

2. NOT ME ✔️ Kde žijí příběhy. Začni objevovat