5. Memburu Begal

21 2 1
                                    

Berkat kejadian itu Dirgo mangkir kerja di hari itu juga dan memilih istirahat di kost an, ya iya lah nyampe di kost aja jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi.

Hari ini aku tidur sangat pulas seperti mayat saja, tidur jam 6 pagi bangun  jam 4 sore, suatu rekor yang patut di banggakan, bagaimana tidak aku adalah salah satu orang di antara beberapa manusia di  bumi ini yang memiliki kualitas tidur yang sangat buruk, yaitu paling lama 4 jam

Aku segera bangkit dari kasur usang ku menuju ke dapur, tanpa cuci muka terlebih dulu, tangan ku langsung meraih sebuah gelas dengan motif Bungan merah dan bertangkai hijau tua dan segera ku isi air putih dari dispenser yang tak bisa lagi memanaskan air.

Sambil meneguk air putih tersebut aku pun termenung dan kembali memikirkan mimpi yang ku alami saat aku pingsan setelah jatuh dari sepeda motor, " apakah semua itu mimpi ? Kenapa begitu nyata ya ?" Apa karena mata ini, sehingga jadi banyak berhalusinasi ?", Batinku pun mulai bertanya tanya, tapi yang pasti mata ini sungguh nyata , aku masih bisa mengingat persis bagaimana mata ini memberiku kekuatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya, untuk itu lah aku harus terus berusaha mengaktifkannya kembali.

Sudah puluhan kali saya mengetik di pencarian internet mengenai apa yang ku alami saat ini, tapi tak ada satu pun jawaban yang ku dapat, tanpa berlama - lama aku langsung mengambil posisi push up dan langsung eksekusi sebanyak 50 kali, saya yakin dengan melatih otot otot ku, aku pasti bisa mengaktifkannya, paling tidak hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini.

Setelah 2 Minggu rutin latihan di rumah, saya pun mulai mencari - cari preman atau komplotan geng motor yang meresahkan warga.

"ternyata pepatah itu ada benar juga, kalau tidak dicari pasti ada, bahkan selalu muncul, giliran butuh nyarinya setengah mati", gumam ku dalam hati.

Tiba tiba saja saya mengingat osven pernah cerita bahwa ada satu daerah di kota Medan ini yang kerap kali terjadi pembegalan, yaitu di KIM 4 ( kawasan industri Medan 4), tanpa pikir panjang saya pun melesat ke TKP.

Tanpa mengacuhkan suara nyamuk yang berdenging di sekujur kepala, aku tetap asyik berselancar di sosmed  dan duduk santai di atas motor sambil menunggu para begal tersebut.

Benar saja tempat ini sangat strategis untuk melancarkan aksi kejahatan, meski daerah industri tapi daerah sini lebih banyak gudang dari pabriknya, itu juga gudangnya kebanyakan yang kosong, lampu jalannya juga kebanyakan yang sudah mati, sehingga tempat ini jauh dari kata terang.

Tidak akan ada orang yang berani lewat dari sini di malam hari kecuali yang terpaksa, termasuk saya. ternyata daerah ini seperti ujung dari KIM tersebut, bersebelahan langsung dengan ladang penduduk yang di batasi dengan tembok besar, dan lagi ada sebuah lobang besar di tembok tersebut untuk akses jalan pintas karyawan yang rumahnya lebih dekat dari belakang di bandingkan gerbang utama.

Sudah 15 menit berlalu dan belum ada tanda tanda apa pun yang muncul kecuali nyamuk yang dari tadi asik menyanyi nyanyi di telingaku, dan sekali kali mencoba mencicipi darah mentah ku," apa sebaiknya aku mencari tempat lain saja ya, toh aku cuman santapan nyamuk aja disini", gumam ku sambil mengibas Ibas sekujur tubuh ku dari nyamuk sialan itu.

Belum sempat menghidupkan sepeda motor yang ku duduk i dari tadi, tiba - tiba saja terdengar suara sepeda motor dengan gas penuh menuju ke arah ku, dengan sigap aku pun menoleh ke belakang, benar saja ada dua buah sepeda motor yang melaju kearah ku dengan kecepatan penuh tanpa menghidupkan lampunya,

Satu orang boncengan sepeda motor yang lebih dekat dengan ku mencoba mengayunkan sesuatu kearah ku, tepat sebelum kaki ku mendarat di wajah sang joki. " Bruakkk" mereka pun tersungkur ke aspal bersamaan dengan sepeda motornya, " maju  kalian bangsat" gertak ku sambil menarik nafas dalam - dalam berharap bisa melawan rasa grogi ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Left EyeWhere stories live. Discover now