Fake Nerd Girl Squad (On Goin...

By cyxta07__

21.2K 948 381

|| Chris Story 1 || "Intinya, gue ga mau tau, selain tugas usulan Ayla, kita harus berusaha cari tau kasus it... More

SALAM DARI PENULIS
Cast
Cast
Prolog
Chap 1
Chap 2
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7

Chap 3

688 82 35
By cyxta07__

Haiii!!!

Absen dlu bundd,

[ASAL KOTA MANA NIH??]

°°°
YUK BANTU CRIS!
Tolong rekomendasiin cerita ini ke media sosial kalian ya (GC WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, Tik tok dll)
Biar cerita ini makin rame!

HAPPY READING!

°°°

03. Rumah Kedua

Biru mengalihkan pandangannya dari televisi saat melihat Ryn sudah bangun meski masih setengah sadar. Pandangan gadis itu terus mengikuti Ryn hingga terduduk di sofa tepatnya di samping Naya.

"Gimana tidur nya nyenyak?" Naya bertanya dulu.

Krek krek krek

Terdengar bunyi seperti itu saat Ryn meregangkan otot badannya. "Not bad." jawabnya. "Tumben sepi? Yang lain pada kemana? Cuman kita bertiga nih?" tanya Ryn.

"Ga. Mereka lagi kebersihan area lapangan. Paling bentar lagi masuk." jawab Biru.

"Lah, terus lo berdua? Ngapa disini? Sana bantu yang lain." ucap Ryn dengan sedikit nada mengusir.

"Eh Anabelle!! Kita disini juga buat jaga lo ya. Takut tiba-tiba ntar ngamuk lagi!" sahut Naya.

"Gue udah besar. Ga perlu dijaga jaga kayak anak kecil lagi." jawab Ryn malas.

"Badan doang yang besar. Pemikiran ga dewasa sama sekali. Ada masalah, langsung nyayat nadi sendiri." sindir Biru. Emang kalo soal me-roasthing Biru jagonya.

Raut wajah Ryn yang sebelumnya datar tambah datar sekarang. Gadis itu menatap tajam Biru yang dengan tampang tak berdosa masih menguyah keripik singkong sambil menonton acara boxing di televisi jumbo itu.

Naya yang menyadari atmosfer memanas, lantas melempar satu bantal sofa ke arah Biru. Syukur nya, bantal itu tepat sasaran.

Biru cengengesan. Gadis itu berpindah duduk ke samping Ryn setelah dari tadi selojoran saja di lantai. Gadis itu merangkul Ryn yang masih mempertahankan raut datarnya.

"Maaf kalo ada ucapan gue yang buat lo ga nyaman. Tapi emang gue ga tau apa yang lo alami akhir akhir ini, jadi ya... sorry kalo bibir gue seenaknya aja kalo ngomong." kata Biru.

"Lo ga tau apa yang gue alami."

"Justru itu Ryn, kenapa ga cerita? Apa terlalu privasi ya?" tanya Naya.

"Ga. Gue sebenernya pengen banget cerita. Pengen banget. Cuman..."

"Cuman apa?"

"Kalo gue cerita, nanti gue nangis lagi. Pusing kepala gue. Gue juga malu, nangis terus, disaat banyak anggota lain juga yang bahkan dari kecil ga dapat kasih sayang semestinya dari orang tua mereka. Banyak juga yang diusir terang terangan sama orang tuanya. Dan mereka semua be fine. Gue jarang liat mereka nangis." jelas Ryn.

"Ya bukan berarti mereka ga pernah nangis, ga pernah rapuh, ga pernah cerita ke orang lain. Gue rasa mereka juga pasti pernah ada di fase kayak lo sekarang. Ga perlu takut buat cerita sama kita kita. Ga cuman mendengarkan, kita juga siap ngapus air lo kok." kata Biru disusul anggukan Naya.

"So,  lo kenapa?"

"Bokap nyokap gue berantem, lagi."

"Lah? Katanya lo udah kebal sama begituan." kata Biru.

Ga bohong, beberapa bulan yang lalu, Ryn memang mengatakan dia tak akan terlalu fokus lagi dengan masalah orang tuanya. Dia akan membiarkan orang tuanya menyelesaikan masalah mereka sendiri. Dengan terlalu memikirkan hal itu, Ryn bisa gila sendiri.

"Tapi sekarang mereka udah bawa bawa kata cerai, gue bisa apa tampa mereka berdua. Mungkin di dunia ga ada yang namanya mantan anak, tapi rasanya beda kalau orang tua udah ga seatap lagi. Gue takut kalau salah satunya punya orang baru. Gue takut mereka sibuk dengan urusan masing-masing nantinya." lirih Ryn. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Tak sanggup membayangkan jika hal tersebut benar benar terjadi.

Biru menghela nafas. "Gue ga bisa tau persis apa yang lo rasain. Tapi pas orang tua gue juga berantem, hal yang sama terpikirkan juga sama gue. Tapi semakin gue dewasa, gue menyadari, kalau yang perlukan saat emosi itu, istirahat sejenak."

"Gue setuju! Sama kayak kita yang remaja ini. Kalau kita emosi, rasanya kita ga mau diganggu dulu. Kalau dipaksa untuk damai, susah Ry. Mungkin orang tua lo juga butuh istirahat." sambung Naya.

"Gitu ya?" tanya Ryn.

"Iya. Mungkin gitu."

"Jadi gue harus tinggal diluar? Ngebiarin mereka berdua dulu dirumah?"

"Mungkin."

"Tapi gue takut, bukannya damai. Bokap gue kasar sama Nyokap." kata Ryn.

"Selama ini Bokap lo pernah kasar sama Nyokap?" tanya Naya.

"Kalau sama Nyokap, ga pernah. Sama sekali. Tapi bentakannya bisa nusuk sampe empedu. Beda jauh kalo sama gue... Tapi gue emang pantes digituin." jawab Ryn.

"Gue ga suka lo ngomong gitu." sentak Biru.

"Nyatanya Bi." jawab Ryn dengan sedikit senyum pedih.

"Gue yakin, dengan cinta diantara mereka berdua, mereka bisa nyelesaiin masalah mereka. Kasih mereka waktu." kata Naya.

Ayla mengangguk dua kali.

"Soal Abang lo, dia ikutan ngasarin lo?" tanya Biru.

Ryn tersenyum kecil. "Gue yakin, dia sebenarnya sayang banget sama gue. Kemarin dia kasar, itu pasti karena dia khawatir. Abisnya gue pergi ga bilang bilang. Dia tuh perhatian cuman gengsi aja." jawab Ryn.

"Apalah daya gue terlahir jadi anak tunggal." sahut Ayla disusul Violet dibelakangnya.

"Eh eh, udah pada cuci kaki gak? Itu lantai udah gue pel ya!" sentak Naya.

"Udah tadi depan."

"Udah selesai bersih bersih nya Ay?" tanya Biru.

"Udah. Paling bentar lagi pada masuk."

"Bi, bantu cariin apart dong." kata Ryn.

"Apart? lo mau tinggal sendiri?" tanya Ayla.

Ryn mengangguk dua kali.

"Dia sama orang tuanya sama sama butuh fase buat nenangin diri masing-masing."

"Ohh. Mending tinggal bareng bareng aja ga si? Kita berlima, gimana?" usul Ayla.

"Gue sih ikut ikut aja. Tapi disini kan Ryn nya yang butuh waktu sendiri. Gimana Ry?"

"Gue pengen tinggal sama kalian. Pengen banget malahan, tapi emang kalian diizinin sama ortu masing-masing?" Ryn bertanya balik. "Apalagi Biru. Lo dikasih emang ga  tinggal sama ortu?"

"Soal izin gampang kok."

"Jadi gimana? Setuju ga nih? Kebetulan gue punya rumah lama yang ga ditempatin." kata Ayla.

"Boleh boleh."

"Oke deal ya. Kapan nih jadi pindahan nya?"

"Hari Sabtu besok?"

"Gimana Ry? Bisa?"

Ryn mengangguk semangat.

°°°

"Papa ga izinkan Biru!"

Biru berdiri dari duduknya. "Atas alasan apa sih Pa? Biru udah besar, Biru juga pengen bebas kayak yang lain."

"Papa cuman khawatir Biru. Papa ga mau hal buruk terulang kembali untuk kedua kali nya."

"Papa selalu berlindung dibalik kata khawatir. Apa dengan menguasai bela diri, kurang meyakinkan Papa?"

"Kita ga tau kapan bahaya datang. Papa cuman ngelindungi kamu."

"Tap__"

"Udah udah. Jangan ribut. Nanti Adrian ke bangun. Biru duduk." perintah sang Mama, Keyla.

"Pa, Biru minta tolong banget. Biru juga pengen tinggal bareng temen-temen, nenangin Ryn sama-sama. Papa izinkan ya?" mohon Biru.

"Papa tau maksud niat kalian, tapi Papa ga bisa pantau kamu lagi nanti." kata Kevin. "Dengan kamu mau ngusut tuntas kasus itu aja udah buat Papa khawatir setengah mati."

"Pa..." Biru tertunduk lesu.

"Udahlah Pa, kasih aja. Dia juga pengen nikmati masa mudanya. Dengan tinggal tanpa orang tua bisa bikin dia jadi pribadi yang mandiri lagi." Keyla membujuk Kevin, suaminya.

"Ma, terlalu beresiko."

"Jaraknya cuman 3 KM dari rumah kita kok Pa. Di daerah perumahan lagi. Izinin Biru ya Pa. Pleaseee." Biru memohon sekali lagi.

Kevin menghela nafas panjang. Sepertinya, anak bungsunya ini sudah sangat kekeuh.

"Oke___"

"YEY!! MAKASIH PA. BI__"

"Biru! Nanti Abang bangun!"

Biru sontak duduk kembali.

"Tapi ada peraturan yang harus kamu patuhi. Kalo kamu langgar, Papa ga segan-segan nyeret kamu balik ke rumah. Dan batalkan rencana kalian itu." Kevin memberi peringatan.

"Baik Pa. Siap!"

°°°

"Sini, Papa bantu." ucap Kevin lalu membantu anak gadisnya itu, mengangkat kopernya.

"Makasih Pa."

Biru duduk diantara teman temannya yang sudah stay di ruang tamunya. Ikut cemilin cookie buatan Keyla.

"Abang Adrian kemana Ma?"

"Main ke rumah kawannya." jawab Keyla.

"Oke. Om mau kasih warning sama kalian. Ini ga cuman berlaku buat Biru tapi buat kalian semua. Jadi, harap didengar."

Atensi lima sekawan langsung tertuju kepada Kevin.

"Yang pertama, kalian anak cewek jadi Om benar benar melarang kalian masih diluar lewat dari jam 11 malam. Paham kalian?"

"Paham Om."

"Paham Pa."

"Yang kedua, kalian cukup cari tau, jangan sekali kali kalian balas dendam duluan atau apalah. Om ga mau kalian kenapa napa."

"Baik Om."

"Oke Pa."

"Dan yang terakhir, kalian harus saling melindungi, saling menasehati kalau ada yang salah. Kalian juga harus akur, ga boleh berantem. Oke?"

"Oke Pa."

"Oke Om."

"Ayla, Om percaya kamu bisa jaga Biru ya. Nasehati dia kalo dia ada salah." kata Kevin.

"Siap Om." kata Ayla.

"Ya sudah. Hati hati dijalan. Jaga diri baik-baik ya." kata Kevin.

"Baik Om."

"Baik Pa."

Lima sekawan itu mulai beranjak dari duduknya dan berpamitan ke Kevin dan Keyla.

Setelah memastikan semuanya tak ada ketinggalan, mobil yang ditumpangi Biru dkk mulai berjalan meninggalkan pekarangan kediaman Gahendra.

Kevin terus melihat sampai mobil itu benar benar menghilang dari pandangan nya. Memang cukup berat bagi Kevin melepaskan anak gadisnya setelah kejadian dimana Biru kecil diculik dan hampir dibunuh karena dunia perbisnis-an yang ketat. Para penyaing tentu melakukan apapun untuk lebih unggul.

"Tenang aja Pa. Dia sudah dewasa. Dia sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Lagian, dia juga punya teman teman yang bisa kita percayai buat awasin Biru."

"Aku tau Keyla. Aku sendiri masih trauma."

"Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja."

°°°

"Nih. Kamar Biru, Naya sama Violet diatas. Gue sama Ryn dibawah. Ini kuncinya." Ayla memberi kunci kamar masing-masing ke teman-temannya.

"Kita istirahat dulu ya. Habis itu kita pergi ke mall, bahan makanan belum sempat kebeli, karena dadakan. Ada keperluan rumah tangga juga yang perlu. Jadi nanti jam 3 sore kita jalan ya." kata Ayla.

"Oke Ay, makasih ya."

Kelima nya memasuki kamar masing-masing untuk berkemas dan beristirahat.

Ryn menata baju di dalam lemari dan beberapa peralatan sekolahnya di meja belajar. Bagi Ryn, ini salah satu me time yang baik. Dengan begini, ia memiliki waktu sendiri yang berkualitas.

Tangan Ryn menyentuh frame foto yang ia bawa dari rumah. Didalam foto tersebut, ada Daffin sang Papa, Andin mamanya, Stefano abang pertamanya, dirinya, dan kembarannya Rayka. Kelimanya memasang senyum bahagia. Tapi itu sudah belasan tahun yang lalu.

Ryn tersenyum perih. "Aku sayang kalian semua."

Ryn menaruh frame itu di meja kecil di samping ranjangnya dan beristirahat.

°°°

"Nih, udah gue tulisin apa aja yang perlu. Biru sama Naya bagian makanan. Ryn sama Violet di bagian peralatan rumah tangga. Gue sendiri, bakal beli peralatan penyamaran kalian. Nanti kalo udah selesai, ketemu lagi disini."

"Oke."

Kelimanya mendorong troli dan mulai mencari barang yang tertulis di list Ayla.

"Oke, bagian bahan makanan yang basah, lo aja ya Nay, gue kurang teliti milih yang fresh. Gue bagian bahan makanan yang kering, sama snake." kata Biru.

"Oke."

Naya mulai sibuk memilih daging ayam yang fresh, sedangkan Biru pergi ke stand per-mie-an. Meskipun kelimanya dapat memasak yang lebih sehat daripada mie instan, tetap saja mie itu juaranya.

"Mie yang enak apa ya?" gumam gadis itu. "Goreng atau kari ya?"

"Mie goreng ayam geprek deh. Beli se-dus kali ya. Mana tau yang lain mau."

Biru melompat lompat guna meraih se-dus mie yang ia mau, namun setelah beberapa lompatan, ia belum juga berhasil meraih nya.

"Ini gue yang kependekan atau raknya yang ketinggian ya?"

"Sini gue bantu."

Biru tersentak. Tubuh gadis itu lantas sedikit menjauh, membiarkan orang tersebut yang mengambil mie itu untuknya.

"Nah."

Woy! Anak siape?! Ganteng bat heran gue! pekik Biru dalam hati.

"Eh, iya, makasih ya."  ucap Biru.

Cowok itu tersenyum sekilas dan mengangguk.

Ting

Biru merasakan handphone nya bergetar dalam saku celananya. Ia meng-cek pesan yang baru dikirimkan Ayla dengan satu tangannya.

Ayla syalala:
Pergi, dia Arka!

Biru kaget? Jangan tanyakan lagi. Jelas lah. Tapi tampa babibu lagi, Biru segera berlari kecil dan menjauh.

Cowok itu hanya menatap heran Biru yang ngibrit pergi.

Aneh tapi manis.

°°°

"Ay, seriusan itu Arka? Ga bercanda kan lo?" tanya Biru untuk kesekian kalinya.

"Lo nanya sekali lagi, ni teflon mendarat ke jidat paripurna lo itu!" ujar Ayla kesal.

Naya meletakan spatulanya sehabis membalikan cumi di penggorengan. "Kenapa emang Bi?" tanya gadis itu.

"Ganteng anjir!"

"Mampus! Hati hati, ntar jatuh hati beneran lo!" kata Violet.

"Jangan di doain!"

"Gue jadi ragu sekarang." sahut Ryn.

"Gak! Gue bisa fokus sama komitmen kok." elak Biru.

"Affah iyaa dek??" tanya Violet dengan muka meledek khasnya.

"Bisa!"

Ryn tertawa. "Kalo sampai lo jatuh cinta beneran. Gue orang pertama yang ketawa gede didepan muka lo!"

"Ga. Gue yakin gue bisa jaga perasaan. Lagian masih mendingan dia kok."

"Lo sama dia ga ada hubungan apa apa Bi."

JLEB!

Perkataan Violet tepat sasaran, membuat Biru seketika terdiam.

Ryn yang menyadarinya atmosfer nya berubah, segera mengalihkan topik pembicaraan.

"Eh, nanti rencana pindah sekolahnya gimana?"

"O-oh iya-iya, kita perlu bicarain itu. Kan kita udah bagi tugas. Gue, Andra dan Ryn bakalan jadi siswa biasa. Kalian bertiga yang bakal nyamar. Menurut gue, bakalan aneh kalau kalian semua pindah di satu hari yang sama. Jadi kita harus kasih jeda beberapa hari. Jadi siapa yang mau pindah duluan?" tanya Ayla.

"Gue sama Naya." sahut Ryn.

"Oke. Abis itu Violet. Dan terakhir Biru ya?"

"Gue ngikut aja. Gue mandi duluan, kalo udah selesai masak panggil gue aja." kata Biru dan berlalu menuju tangga.

Keempatnya hanya diam memandang Biru hingga benar benar tak terlihat lagi.

"Gue ada salah ngomong?" tanya Violet dengan nada tak bersalah.

"Pake nanya lagi lo bego! Salah lah!" kata Ayla nge gas.

"Lo buka luka lama, Vi. Patut wajah dia langsung berubah." sahut Naya setelah menarik kursi dan duduk disamping Violet.

"Kalo gitu, gue minta maaf dulu."

"Eh eh. Nanti aja. Tunggu mood dia balik baik lagi."

°°°

Biru menghidupkan hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Setelah rambutnya setengah kering, Biru mulai menyisir rambut sepunggung nya itu.

"Apa gue potong rambut ya? Supaya bang Yayan ga ngenalin gue." gumam gadis itu. Biru memang lebih sering memanggil Adrian dengan sebutan Yayan.

"Besok deh." finalnya.

Biru duduk termenung dikursi meja riasnya. Memandang wajahnya. Membayangkan bagaimana hari-harinya sebagai Biru yang fake.

Arka.

Nama itu tiba-tiba saja terlintas dibenaknya. Tak hanya namanya, kini wajah laki-laki itu juga mulai menghantui pikiran nya sekarang.

"Gue jadi makin penasaran."

Biru meraih handphonenya dan membuka aplikasi Instagram disana.

"Pasti Abang gue follow tu orang."

Dan benar saja. Tak sulit untuk menemukan akunnya karena yang dicari langsung memakai nama aslinya. Dan untungnya lagi, akunnya tidak diprivat.

Tangan Biru mulai menscroll postingan laki laki itu.

"Kayaknya emang gue harus pasang tembok tinggi mulai dari sekarang."
.
.
.
.
.
To be continue

Hayo lho Biru, harus ingat komitmen ya neng!

Kalau ada typo tandai ya pren, belum sempat revisi. Abis ngetik langsung di up. Jangan lupa vote dan ditunggu komen semangat nya.

Makasih ya pren!! 💗💗💗

See you in the next chapter! Byeee

2369 words
15 Oct 2022
Up: 15 Oct 2022


Continue Reading

You'll Also Like

977K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
3.3M 166K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
11.3K 556 42
cuma sekedar curhatan anak broken home. mau baca? Alhamdulillah ? apalagi mau kasih vote dan coment ? kalo enggak ya udah. ane tetap bersyukur kok ? ...
926 76 3
1. Alexandra Tyasha Fernando 2. Keira Zizarahma Herlambang 3. Lisandra Aureli Syarif 4. Anatasya Liana Kurnia 5. Jason William Winata 6. Bryan Anders...