Still Unfair

By keyralvia_

254K 23.6K 2.4K

[Part Lengkap] [demi kenyamanan di harapkan untuk Follow sebelum membaca] [Axender series] [Unfair Book II] ... More

kata sambutan
Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35 [Menuju Ending]
36 [Ini Endingnya?]
Exrta part|My Family My Team
Ekstra Part 2| Ini Tentang Libra
jadi ini ceritanya

24

4K 504 25
By keyralvia_


"Ish! Lo sebenernya ngajak gue kemana sih? Pake tarik-tarik segala! Sakit tau"

Thalassa menghempaskan tangan Sean membuat gandengan tangan antara keduanya terlepas. Sean berhenti berjalan dan netranya mengunci netra milik Thalassa sehingga gadis itu terdiam seketika.

Thalassa mendadak merinding ketika melihat tatapan Sean, entah kenapa Sean seperti berbeda dari sebelumnya. Wajah Sean terlihat begitu Serius membuat atmosfer diantara keduanya menjadi canggung.

Lalu Sean meraih tangan kanan Thalassa yang tadi ia tarik, ia mengusap pergelangan tangan Thalassa yang sedikit memerah akibat tarikannya. Usapan nya terasa begitu lembut membuat Thalassa mematung dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Maaf ya"

Bahkan suara Sean terdengar begitu dalam, beda dari biasanya.

Thalassa mengalihkan pandangannya, lalu menarik tangannya yang berada di tangan Sean.

"Apaan sih lo" jawabnya.

Sean menghela nafasnya."Gue tau lo cemburu kan liat Sherina sama Arkan?" Tebak Sean. "Maka dari itu gue ajak lo ke sini, dari pada lo kesel liat mereka" lanjutnya.

Thalassa lalu menatap Sean dengan tatapan yang sulit di artikan. "Peduli apa lo sama gue?" Tanya Thalassa dengan ketus. "Sean denger ya, gue sama lo itu baru kenal beberapa minggu yang lalu. Tapi elo seakan-akan udah tau kehidupan gue. Jangan karna lo udah tau masalah keluarga gue, termasuk penyakit gue, lo jadi terpaksa bertemen sama gue. lo kasian kan sama gue makanya lo mau jadi temen gue?"

Sean menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Gue gak pernah mikir kayak gitu. Gue bertemen sama lo karna emang kemauan gue sendiri. Lo harusnya seneng punya temen, emangnya lo mau selamanya hidup sendirian? Setidaknya lo butuh satu atau dua temen buat dengerin cerita lo, buat jadi sandaran lo, buat nenangin lo di saat emosi lo gak bisa di kontrol. Kayak sekarang"

Sean maju satu langkah, lalu kedua tangannya menyentuh kedua pundak sempit Thalassa. "Sa, gue beneran peduli sama lo. Gue beneran mau jadi temen lo" ucap Sean sungguh-sungguh.

Thalassa menepis tangan Sean. "Gak ada untungnya temenan sama orang yang penyakitan kayak gue" jawab Thalassa tanpa menatap mata Sean.

Buk!

"Kak lempar bolanya!!"

Thalassa dan Sean secara bersamaan menoleh ke asal suara, di mana ada sekumpulan anak kecil yang tengah melambaikan tangannya kepada Sean dan Thalassa.

Thalassa baru sadar kalau Sean membawanya ke taman kota yang tak jauh dari sekolah mereka. Thalassa mengusap kasar air matanya lalu ia mengambil bola karet berwarna merah itu. Lalu kaki jenjang gadis itu berjalan ke arah sekumpulan anak kecil tadi.

Kening Sean berkerut bingung, tapi ia memilih bungkam dan hanya memperhatikan gerak-gerik Thalassa.

"Kakak boleh ikut main sama kalian?" Tanya Thalassa dengan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepada siapapun sebelumnya.

Ke tujuh anak kecil itu lalu mengangguk antusias.

"Boleh kak, kakak masuk Tim aku yah!" Jawab anak perempuan berbaju hijau muda dengan antusias.

Thalassa mengangguk sambil tersenyum, lalu ia menatap Sean tanganya melambai dengan indah membuat Sean ikut tersenyum juga.

"Sean sini!!" Panggil Thalassa.

Sean dengan segera menghampiri Thalassa dengan senyuman yang mengembang.

Dan mereka semua berkumpul di tengah lapangan kecil yang berada di taman. Sean dan Thalassa berdiri di tengah-tengah antara ke tujuh anak kecil guna melakukan Suit untuk menentukan siapa yang akan menyerang duluan.

"Kertas gunting batu!"

Sean mengeluarkan batu

Thalassa mengeluarkan Kertas.

Otomatis Thalassa penenang nya, Thalassa tersenyum puas begitu juga anggota timnya.

"YUHU!! KITA MENANG!!" pekik Thalassa sambil berpelukan dengan ke empat anak kecil yang menjadi timnya.

"Kita harus menang ya! Kalau kita menang nanti kakak traktir kalian es krim!" Ucap Thalassa.

"SIAP!"

Thalassa tersenyum puas.

Dan mereka pun bermain sepak bola dengan asal-asalan, terserah mereka lah yang penting bahagia. Thalassa bahkan tidak bisa berhenti tersenyum ketika bermain sepak bola bersama anak kecil. Memang terlihat aneh, tapi percayalah Thalassa bahagia, Thalassa seperti kembali ke masa kecil dan menikmati indahnya masa-masa bermain.

Thalassa kecil tak pernah bermain ke luar rumah, ia hanya bermain di taman belakang rumahnya. Memang luas bahkan sangat luas, tapi tidak ada gunanya luas jika tidak ada teman untuk di ajak bermain. Thalassa kecil hanya bermain dengan boneka dan mainan lainya, Thalassa tidak pernah di biarkan keluar rumah dan bermain bebas. kalaupun ia harus keluar rumah, harus ada bodyguard dan Thalassa benci itu.

Tapi sekarang, detik ini juga Thalassa merasa bahagia. Tertawa di tengah-tengah mereka membuat hati Thalassa menghangat, tak peduli dengan baju mereka yang kotor karna jatuh berkali-kali, mereka tetap tertawa dan berusaha merebut bola untuk mencetak gol.

"Kak tendang yang kenceng!" Pekik salah satu tim Thalassa.

Thalassa mengangguk lalu kakinya menendang bola dengan kencang ke arah gawang.

Dan.

"GOLL!!! YEEEEE YUHUUU!!!"

Thalassa loncat-loncat ketika ia berhasil mencetak gol, tim nya juga tak kalan bahagianya dan memeluk Thalassa.

"Kakak hebat!" Puji salah satu anak kecil itu.

Thalassa semakin melebarkan senyumannya, Lalu matanya menatap Sean dengan tatapan mengejek.

"Cemen ah! Masa sama cewek kalah" ejek Thalassa pada Sean.

Sean mendengus kesal. "Gue tuh bukan kalah, cuma ngalah aja"

Thalassa memutar bola matanya malas. "Halah alasan!" Cibirnya.

"Kak ayo beli es krim!"

Thalassa mengangguk dan mengajak ke tujuh anak kecil itu untuk membeli es krim.

"KAJJA KITA BELI ES KRIM!"

•°•°•°•

"Performance lo keren banget, gak nyangka gue kalo ketua OSIS kita ternyata bisa nyanyi"

Arkan hanya tersenyum menanggapi pujian dari teman-temannya. Jujur Arkan sebenarnya salah tingkah karna sedari tadi teman-temannya terus memuji suaranya tanpa henti. Tapi Arkan bisa apa selain membalas mereka dengan senyuman?

"Sie Acara! Tolong cariin mic lagi dong!"

"Eh Arkan, gue cari mic dulu ya" ucapnya sambil menepuk pundak Arkan.

Arkan mengangguk dan membiarkan laki-laki itu pergi menjalankan tugasnya.

Kini Arkan tengah berada di back stage, melihat anggotanya bekerja dan memastikan kalau anggotanya bekerja sesuai job nya. Sejauh ini mereka melakukan tugasnya dengan sangat baik, anggotanya sangat cepat tanggap sehingga tidak ada masalah yang besar. Arkan memilih duduk sambil merekatkan badannya sejenak.

Ngomong-ngomong di mana Sean? Sejak turun dari Stage, Arkan tidak melihat Sean sama sekali?

Arkan merogoh sakunya lalu setelah menemukan ponselnya, pemuda itu segera menelpon Sean. Namun naas nya Sean tidak menjawab panggilan telpon nya.

"Ck! Kemana sih!" Gerutu Arkan.

Arkan menelpon Sean kembali namun hanya ada suara Operator yang menjawab. Sial! Bisa-bisanya Sean menghilang di saat-saat seperti ini.

"Arkan, tadi guru nanya, konsumsi udah boleh di bagiin belum?" Tanya salah seorang anggotanya yang batu saja masuk ke dalam back stage.

Arkan menoleh menatap perempuan dengan almamater khas OSIS itu. Laku matanya beralih menatap jam tangan hitam yang bertengger di tangan kirinya.

"Nanti setengah jam lagi" jawab Arkan.

"Oh oke" lalu anggota perempuan itu Kembali pergi meninggalkan Arkan.

•°•°•°•

"Trimakasih kakak cantik!"

Ketujuh anak kecil itu mengucapkan trimakasih pada Thalassa secara bersamaan membuat Thalassa tak sanggup menahan senyuman bahagianya.

Mereka kini tengah berada di kedai eskrim yang berada di taman. Thalassa meneraktir ke tujuh anak kecil itu es krim, dan mereka sangat bahagia, padahal kan cuma es krim tapi mereka sudah sangat bahagia.

"Sama-sama" jawabnya.

Sean yang melihat interaksi antara Thalassa dan anak-anak itu juga ikut tersenyum, Sean baru melihat Thalassa bersikap ramah dengan senyuman tulusnya, biasanya gadis itu hanya memasang wajah juteknya serta berbicara dengan kata-kata pedas, tapi sekarang Thalassa sangat berbeda. Bahkan benar-benar berbeda, sampai Sean tidak percaya kalau itu benar-benar Thalassa.

"Sa"

Thalassa menoleh menatap Sean dengan tatapan polosnya, Mulut nya belepotan penuh dengan es krim.

Sean terkekeh, lalu tanganya terulur untuk membersihkan noda di bibir Thalassa.

Plak!

Thalassa dengan cepat menepis tangan Sean yang ingin membersihkan wajahnya.

"Gak usah sok romantis deh, ini bukan novel remaja" ketus Thalassa dengan muka garangnya.

Sean cemberut, ternyata Thalassa kembali jutek seperti biasanya.

Sedangkan Thalassa acuh tak acuh, gadis itu malah asik memakan es krimnya sambil berbincang-bincang dengan ketujuh anak kecil tadi.

Sean yang merasa terabaikan pun berdecak kesal, padahal dirinya yang mengajak Thalassa ke taman, tapi Thalassa malah asik sendiri. Mata Sean menelusuri setiap sudut yang ada di taman ini, cukup ramai. Tapi tak seramai malam minggu. Lalu netranya menangkap sosok pengamen yang memang biasanya bernyanyi di taman.

Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepala Sean.

Pemuda tampan itu berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri si pengamen yang posisinya lumayan jauh dari posisi Sean sebelumnya.

"Mas permisi, boleh saya pinjem gitarnya?" Tanya Sean kepada si pengamen itu.

Si abang pengamen mengangguk. "Boleh mas" jawabnya sambil tersenyum laku memberikan gitar itu kepada Sean.

Sean tersenyum puas. "Makasih ya mas, saya pinjem sebentar aja kok" ucapnya.

"Iya mas, santai aja"

Lalu Sean berjalan kembali menuju ketempat sebelumnya di mana ia dan Thalassa menikmati es krim.

Thalassa masih asik berbincang dengan ke tujuh anak kecil itu sehingga Thalassa tak menyadari kedatangan Sean.

"Ekhem! Permisi mbak dan adik-adik sekalian, izin kan saya menyanyikan sebuah lagu untuk mbak dan adik-adik sekalian"

Ucapan Sean barusan mampu membuat atensi Thalassa beralih sepenuhnya kepada Sean. Sean tersenyum puas melihat itu.

Sedangkan Thalassa mengerenyitkan dahinya bingung, dari mana Sean mendapatkan gitar itu? Pikir Thalassa. Tapi Thalassa memilih abai, ia malah menunggu hal apa yang akan Sean lakukan setelah ini. Bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman kecil.

"Ekhem ekhem tes vokal dulu— Daaa~~ Daaa~~ oke suara gue udah Kece"


Sean mulai memetik gitarnya lalu ekspresi wajahnya pun berubah, menjadi lebih serius.

Thalassa akui Sean cukup tampan ketika sedang memetik gitar.

"Aku mengerti Perjalanan hidup yang kini kau lalui"

"Kuberharap Meski berat, kau tak merasa sendiri"

"Kau telah berjuang Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah"

"Biar kumenemanimu
Membasuh lelahmu"

Di tengah-tengah nyanyiannya, Sean menyempatkan diri untuk menatap Thalassa sambil melayangkan sebuah senyuman teduh, dan itu mampu membuat hati Thalassa menghangat, tanpa sadar gadis cantik itu pun ikut tersenyum seraya mendengarkan petikan gitar dari Sean. Ia cukup terkesan dengan suara Husky milik Sean yang terdengar sangat boyfriend material ia kira Sean tidak bisa bernyanyi karna suara Sean cukup berat alias deep voice. Tapi Thalassa salah, ternyata deep voice milik Sean mampu membuat nya terenyuh.

"Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana"

"Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa"

"Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang"

"Hingga kau bahagia"

Prokk...

Prok...

Suara tepukan tangan menggemuruh, ternyata itu suara tepukan dari ke tujuh anak kecil dan juga beberapa pengunjung taman. Saking serius nya bernyanyi Sean sampai tak sadar kalau banyak orang yang menontonnya bernyanyi.

Sean menunduk malu. Jujur ini pertama kalinya Sean bernyanyi di depan umum. Dan itu semua hanya untuk Thalassa. Selama ini Sean hanya bernyanyi di kamar mandi.

Prok..

Prok..

Itu tepukan tangan dari Thalassa, gadis itu berdiri di tengah-tengah antara penonton lainya, ia terlihat tersenyum bangga sambil mengusap air matanya

"Beautiful song Sean, hiks~ gue gak tau kenapa, tapi gue malah nangis dengernya" ucap Thalassa sambil membersihkan pipinya dari air mata.

Sean tersenyum lalu pemuda tampan itu menghampiri Thalassa, mengikis jarak di antara mereka sehingga aroma vanilla milik Thalassa bisa terhirup olehnya.

"Lo gak sendirian Thalassa, ada gue, Arkan, om lo. Mereka semua itu tulus sama lo, mereka mau lo bahagia, mereka mau lo sembuh Sa" ucap Sean setengah berbisik.

Bruk!

Thalassa memeluk Sean secara tiba-tiba, membuat Sean yang tak siap pun sedikit oleng namun ia tetap bisa berdiri tegak sambil mengukir senyumannya.

"Thanks Sean"




Tbc.




A.n

Sean juga bisa nyanyi huaaa mama..

Diriku tuh lagi kobam True beauty sampe lupa nulis huhuhu, key gak ngerti lagi sama hwang in yeop kenapa ganteng banget mama!!!

Kalian nonton juga gak?

Continue Reading

You'll Also Like

4M 331K 55
📍SUDAH TERBIT! ❝Luka tidak memiliki suara, sebab airmata jatuh tanpa bicara.❞ Keynara Zhivanna, gadis dengan kepribadian jutek dan dingin. Namun, s...
11.6K 3.3K 50
Ini adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kua...
10.4K 373 43
⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Judul awal: RainKa Kata 'Rainzer' diambil dari nama sang tokoh utama yaitu Raina Fazella Cleonar. Kata 'Rainzer' juga bera...
I'm Fine By -J

Teen Fiction

348K 20K 55
BELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya...