AMOUR

By hwepiy

4.1K 1.4K 5.8K

Terlahir sebagai anak kembar identik, bagaimana perasaanmu? Pasti bahagia karena bisa saling tukaran pakaian... More

1. Yang bertopeng
2. Shaka dan Dunianya
3. Hitam Putih
4. Peringatan Pertama
5. Sisi Yang Berbeda
6. Milik Azka
7. Bukan Sembarang Kejutan
8. Baper? Ya kali!
10. Closer
11. Oh shit!
12. Icha vs Keysha
13. Pertandingan Sengit
14. Selimut Bernyawa
15. Prioritas
16. Belajar Bareng
17. Gara-gara Foto
18. He's annoying!
19. Jealousy
20. Esedensies
21. (Not) Strong Enough
22. Sibling Rivalry
23. One Fine Day
24. (Bukan) Shaka
25. Bak Kaset Rusak
26. Terjebak Dalam Labirin
27. Favourite Man
HAI EVERYONE!

9. Mascrush

174 82 269
By hwepiy

Hai semua! apa kabarnya?
Sebelum baca, votenya dulu ya!

Maaf ya up lama, abis hibernasi setahun😔🖐🏾

•--- Happy Reading ---•

❄️❄️❄️

"Aku gak akan cari orang yang lebih baik dari kamu. Karena yang aku mau, kamu yang berubah jadi lebih baik buat aku." -Azka Baskara Ananta.

Akhir-akhir ini langit tampak mendung tak bersahabat. Bukan saja para ibu yang khawatir akan cucian yang gak kering, tapi para siswa juga sama khawatirnya. Takut tiba-tiba dijalan hujan turun dan membasahi seragam yang di pakai.

Hari ini Azka pergi ke rumah sakit, seperti biasa untuk melihat kabar ceweknya. Meskipun keadaan gadis itu sudah membaik, tapi dokter Gadis belum membolehkannya pulang. Bau obat-obatan sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Cowok berbadan tegap, bercelana abu-abu dan memakai hoodie hitam itu membuka pintu kamar rawat Diva. Tampak seorang wanita berjas putih dan bercelana hitam kain sedang mengobrol dengan ceweknya.

"Pagi Azka," sapa dokter Gadis hangat.

"Azka, aku bosen disini. Dokter Gadis selalu larang aku pulang," keluh gadis bernama Diva.

Dokter Gadis mengusap kaki pasiennya itu yang tertutup selimut, "Besok pulang, sayang. Dokter janji sehari lagi aja disini."

Azka ikut senang ketika tau kabar baik itu, "Terima kasih dok."

Setelah berbicara mengenai kondisi Diva sebentar, dokter itu pergi. Azka meletakkan buket bunga margot di atas nakas, dan duduk di pinggir brankar.

"Kamu bolos lagi ya?" Diva cemberut, ia senang kalau Azka selalu memberinya perhatian lebih, tapi kalau sampai bikin cowok itu jadi gak sekolah, ia akan merasa tidak enak hati.

"Iya."

"Sekolah, Azka! aku gak mau kamu jadi bolos terus-menerus cuma karena aku."

"Kamu gak suka?" Diva geleng.

"Apa kata orang-orang nanti kalau tau kamu suka bolos alasannya karena aku si cewek lemah gak tau diri?"

"Ngomong apa sih? apa itu cewek lemah? siapa?"

Diva menunjuk dirinya sendiri, "Aku."

Azka diam memperhatikan jendela yang viewnya gedung-gedung Jakarta yang menjulang tinggi. Masih pagi saja, kendaraan di Ibukota sudah memadati jalanan menyebabkan kemacetan.

"Aku gak pantes dapet perhatian kamu. Mental aku down, keluarga aku hancur. Hidup aku berantakan. Di luar sana banyak cewek yang mau sama kamu, yang lebih dari aku, Azka. Kenapa kamu masih stuck sama aku?"

"Tuh kan mulai insecure nya. Kamu itu beda, Diva. Kamu punya apa yang orang lain gak punya. Jangan begitu lagi, aku gak suka!"

Diva tertegun, cowok di depannya selalu saja bisa memenangkan hatinya, meluluhkannya. Dari awal jadian, Azka emang gak pernah banding-bandingin Diva dengan cewek di luaran sana. Ia cuma mau cewek itu jadi dirinya sendiri.

"Gak boleh jelek-jelekin diri sendiri! Tuhan udah nyiptain kamu dengan senang hati, tapi kamu malah hina-hina apa yang Tuhan ciptain." Azka mengambil tangan Diva dan mengecupnya singkat.

Cowok itu mengusap puncak kepala Diva, wangi stroberi dari rambut gadis di ruangan itu menyeruak ke indra penciuman Azka.

"Kalau kamu gak suka aku insecure, aku juga gak suka kamu bolos karena aku. Emang mau ketinggalan pelajaran terus?"

"Aku udah pintar, sayang."

"Sombong kamu."

"Sesekali gak dosa kan? hehe."

Karena bosan di dalam ruangan terus, maka Azka mengajak Diva ke taman belakang Rumah Sakit. Mencari udara segar meskipun di kota ini udara sudah tercemar oleh polusi. Laki-laki itu meminjam kursi roda pada perawat untuk di duduki Diva.

Azka mendorong kursi roda tersebut dengan hati-hati ketika gadis yang ia sayangi itu sudah berada di atas kursi itu. Di pangkuan Diva ada boneka dinosaurus kecil yang ia beri nama Dino.

Kondisi di taman tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pasien Rumah Sakit yang berada di sana. Azka mencari bangku taman yang kosong.

Setelah mendapat tempat, ia memetik bunga kecil yang berada di samping bangku itu dan menyelipkannya di antara daun telinga dan rambut Diva.

"Azka, andai aja kita gak pernah ketemu, kamu lagi apa sekarang?" Azka berjongkok di depan Diva.

"Nyari kamu."

Kening Diva mengernyit, "Nyari aku?"

"Iya, mau aku ajak pacaran." Diva tertawa, meskipun tidak lepas tapi ia cukup bahagia dengan kehadiran dan obrolannya bersama Azka.

"Kalau aku pulang, kamu janji ya gak ke rumah aku pas jam sekolah!" kedua tangan Diva menangkup wajah tampan cowok di depannya.

Azka tidak bisa menjawabnya, ia terlalu khawatir tidak akan menepati janjinya. Cowok itu tidak bisa meninggalkan seorang Diva tanpa ada yang menemaninya. Di rumah, Diva hanya berdua dengan pembantu. Mamanya sibuk bekerja.

Cowok itu meraih pergelangan tangan Diva yang masih berada di wajahnya untuk di usap, "Gimana aku mau janji kalau kamu aja masih suka nyakitin diri kamu sendiri?!"

❄️❄️❄️

"Bu Ida, Shaka tuh bu, bajunya dikeluarin."

"Bu, Shaka gak pakai dasi."

"Bu, Shaka mau mabal sama cewek lagi tuh bu."

Kelas Shaka saat ini gurunya belum datang, jadi para cowok kelas itu berkeliaran keluar kelas. Bulak-balik di sekitar lorong lantai dua, membuat keributan.

"Bacot ya, sayang."

Karena sebentar lagi ia dengan Sekar akan mengikuti lomba, maka hari ini mereka mendapatkan dispensasi tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dan di ganti dengan persiapan mengikuti lomba.

Saat hendak turun ke lantai bawah, bu Ida guru kedisiplinan datang. Shaka juga teman-temannya berhenti untuk bersalaman.

Beliau meneliti pakaian Shaka dari bawah sampai atas, "Mau kemana, Shaka? gurunya belum datang?"

"Hehe, iya Bu belum."

Guru yang membawa tongkat kecil itu menunjuk seragam cowok itu dengan tongkatnya, "Hayo, ini baju kenapa ini? Kayak anak begajulan aja kamu. Masukin dulu!"

"Bu, dia tuh mau bolos. Makanya pakaiannya gak rapih," celetuk Sadam, menahan tawanya.

Shaka membantahnya, "Bohong Bu. Dosa nih dia bohongin Ibu, saya mau dispen Bu. Kan mau lomba."

"Tapi ini masih daerah sekolah, Shaka."

"Iya Bu, nanti saya benerin. Pamit dulu Bu, hehe." Shaka langsung menuruni anak tangga dengan cepat dan berjalan ke tempat perpustakaan.

Di jam-jam sekarang tempat itu pasti sepi. Hanya ada beberapa guru dan tentunya penjaga perpustakaan, juga siswa siswi yang mendapatkan dispensasi dan itupun hanya sedikit.

Shaka memasuki ruang penuh buku yang tersimpan di dalamnya, kemudian ia mencari sosok wanita yang pasti sudah menunggunya dari tadi.

"Dor!"

Sekar geleng. "Gak kaget." Cewek itu kembali membuka lembaran buku yang sedang dibacanya sambil menopang dagu di tangan kanannya.

"Shak, gue mau pindah jurusan bisa gak ya?"

"Bisa pasti bisa."

"Kalau pindah ke kelas lo, bisa?"

Shaka geleng. "Gak bisa, nanti gue ketauan gibahin lo sama temen-temen."

Sekar jadi ingat waktu Shaka nganterin tasnya. Ah sebenarnya sih mau nanya gimana bisa cowok itu tau rumahnya? Tapi ia terlalu gengsi menanyakannya.

"Sekar, nanti malam makan sate Taichan yuk." ajak cowok itu antusias.

"Gak ah."

"Gue antar jemput lo."

"Gak mau."

"Traktir deh."

"Oke, jam tujuh-an aja ya."

Shaka mengangguk kemudian kembali berkutat dengan soal-soal fisika di hadapannya. Jari-jarinya tidak bisa diam untuk menghitung nilai yang tertera pada soal. Berulang kali ia membolak-balik kertas untuk mencari rumus serta jawaban yang benar.

Gadis di depannya itu jadi hilang fokus, Sekar bukannya mempelajari materi debat malah asyik memerhatikan Shaka yang sibuk menghitung.

Sekar bergidik. "Bahagia banget ketemu pacar."

Sontak Shaka berhenti menulis. "Pacar? Siapa?"

Cewek itu gelagapan dengan kalimat tadi yang terasa ambigu, "Maksud gue, anu, pacar lo itu fisika 'kan? 'kan lo sendiri yang bilang waktu di kafe, ya kan?"

Shaka manggut-manggut dan mengambil ponsel yang berada tak jauh darinya, membuka kamera dan mengarahkannya ke wajah Sekar yang tengah merutuki dirinya atas kalimat ambigu tadi.

Cekrek!

"Kalau yang lo maksud itu gue juga gak apa-apa. Sans."

"Ih! Shaka, lo motoin gue?" Sekar berusaha merebut ponsel cowok yang sekarang sedang cekikikan.

Tersadar ini masih di perpustakaan, maka Sekar mengecilkan volume bicaranya, "Shaka."

"Yah, ke upload ke instastory gue." cowok itu menunjukkan layar yang menampilkan aplikasi Instagram kepada Sekar.

"Bazengan."

"Ih, kasar."

"Eh, maaf ya Allah. Gak sengaja, lagian lo ih."

Sekar buru-buru membuka ponselnya dan mencari akun Shaka, tapi baru ingat kalau dia tidak mengikuti akun cowok yang dikenal banyak cewek di sekolah itu.

"Wle. Gak follow akun gue, wle." akunnya juga di private.

Kemudian Sekar mengklik kata follow dan berubah menjadi request pada akun Shaka. Sebuah pesan dari grup yang berisi Sekar dan dua sahabatnya itu masuk.

Naya mengirim screenshot instastory Shaka ke grup mereka bertiga. Di foto itu tertera tulisan kecil namun masih bisa di baca.

"Pacar kedua setelah fisika😎"

- Grup Sekar cantik punya Shaka -

Naya: Akhirnya kapal gue berlayar juga.

Icha: Bilangnya sih dispen, tapi kayaknya malah pacaran tuh.

Naya: Alhamdulilah uang jajan gue aman, siap-siap pj dari Sekar.

Sekar mau teriak geram tapi ia masih ingat ini bukan di hutan, melainkan di perpustakaan.

Pasokan udara rasanya berkurang, hawa yang tadinya dingin tiba-tiba panas. Cewek berambut di kucir dengan pita warna putih motif polkadot oranye itu mengibas-ngibas tangan sebagai pengganti kipas. Padahal di ruangan itu terdapat AC yang menyala.

"Gerah ya, Yang." Shaka menutup bukunya dan mengipaskannya ke depan muka Sekar yang tampak memerah.

"Pala lu peyang."

"Udah gak usah mikirin instastory gue, nanti juga hilang dalam waktu dua puluh empat jam."

Sialan, gumam Sekar dalam hati.

❄️❄️❄️

Bel istirahat berbunyi mengisi seantero sekolah, para pengajar segera keluar dari kelas menuju kantor guru, dan para siswa pun berhamburan mengisi kantin sekolah.

Berbeda dengan Icha dan Naya, mereka berdua segera berlari menuju perpustakaan untuk menemui Sekar. Seperti biasa, mengolok-olok perempuan itu karena postingan Shaka.

Tepat sekali ketika baru sampai di depan pintu ruang tempat buku-buku disimpan, cowok dengan seragam dikeluarkan serta celana yang dibeggy itu keluar.

"Ngapain lo?" sambut Shaka pura-pura judes.

"Gak asyik banget ah, masa jadiannya di perpus," celetuk Icha seraya melepas sepatunya.

Shaka menoyor kening Icha, "Suuut, ah! Berisik." kemudian langsung pergi.

"Ihh, Shaka! Awas aja lo, gue teror," ancam Icha membuat Shaka cengengesan.

Langkah kaki cowok itu membawanya ke kelas Keysha. Ia tau kemarin Keysha badmood karena dirinya. Ia juga tau kemarin Keysha di ganggu cowok yang gadis itu sendiri tidak kenal. Azka yang kasih tau, karena kemarin cowok itulah yang mengantar Keysha pulang dari kafe.

Sebagai permintaan maaf, hari ini Shaka ingin mengajak gadis itu ngantin bareng.

Tepat saat Shaka sedikit lagi sampai di kelas Keysha, gadis itu keluar dari kelasnya dan menyapa hangat Shaka.

"Hayuk, kantin bareng," ajak Shaka, disetujui Keysha.

Keduanya berjalan bersama menuju kantin. "Kamu udah jadian sama Sekar?"

"Nggak. Yang di status gua itu iseng doang," jawabnya lugas. Keysha ber-oh ria sambil manggut-manggut.

"Beneran juga gak apa. Kalau udah jadian, kasih tau aku ya! aku mau ikut senang," kata Keysha antusias, ralat pura-pura antusias.

Sampai detik ini, bahkan Keysha sendiri belum bisa merelakan sahabatnya itu memberikan hatinya kepada gadis yang akan jadi pasangannya nanti. Dari dulu, setiap harinya selalu bersama Shaka. Maka bisa dipastikan, tanpa Shaka, hampa.

Shaka menunjukkan dua jari jempolnya di depan Keysha, "Sip."

Dari arah berlawanan, Gavin datang bersama Ala si ketua kelas Sekar. Keysha memelankan langkahnya malas karna harus bertemu cowok itu lagi.

Shaka memutar badannya ketika menyadari gadis yang bersamanya tertinggal di belakang, "Aih, kamu tèh kenapa tiba-tiba berhenti gitu?"

Gavin dan Ala semakin dekat. "Eh, Shaka, Keysha!" sapa Ala, mengangkat tangannya untuk tos-an dengan Shaka.

"Oit!"

"Dih, lu lagi." Gavin angkat bicara.

"Baru juga ketemu sekali, udah kayak berkali-kali aja." sahut Shaka di akhiri dengan smirk kiri di ujung bibirnya.

"Kemarin kita ketemu 'kan?! Tuh sama cewek itu juga."

Shaka tau yang di maksud Gavin itu pasti Azka. Jelas bukan dia lah, kemarin 'kan Shaka di rumah.

"Kita? Lo aja kali," balas Keysha, ia jalan duluan melewati tiga cowok itu.

Gavin menarik tangan Keysha, membuat gadis dengan rambut panjang di gerai itu berhenti, "Heh! heh! tunggu dulu!"

Ala yang tidak tau masalahnya apa, mengacak-acak rambutnya pusing. Untuk menyelesaikannya, maka Ala merangkul pundak Gavin. "Ayo ah, ke ruang guru! Udah ditunggu sama wali kelas dari tadi." Ala memaksa Gavin ikut dengannya.

Ala dengan rambut ikalnya itu mengedipkan sebelah matanya ke Shaka. "Duluan, yak!"

"Oke."

"Kenapa, sih?" tanya Shaka pada Keysha.

"Kemarin aku ketemu dia, ngeselin banget. Sok kenal sok dekat. Udah ah, lupain!"

"Oke."

"Dari tadi oke oke aja, kamu baik-baik aja 'kan?" Keysha meraih kening Shaka untuk menempelkan punggung tangannya, mengecek suhu tubuh Shaka.

"Mumet! Abis pacaran sama fisika."

"Bukannya sama Sekar?" ledek gadis itu, sedikit ada rasa sesak dalam dada.

Shaka hanya mengangkat kedua bahunya, kemudian meneruskan langkahnya bersama Keysha ke kantin.

❄️❄️❄️

‼️ To Be Continued ‼️

Kasih tau aku, kalian ada di tim mana?

#ShakaSekar

#ShakaKeysha

#AzkaKeysha

See you di part selanjutnya 😄

Continue Reading

You'll Also Like

748K 76.2K 44
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 222K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
327K 18.3K 66
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

630K 28.9K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...