My Ex

By aikoterry

17.1K 2.5K 343

Meskipun telah berpisah denganmu, bukan berarti aku tidak merindukanmu. More

Bab 1: Mungkin Takdir Itu Memang Ada
Bab 2: Tidak Bisa Dihindari
Bab 3: Terlalu Memalukan Untuk Diakui
Bab 4: Kehangatan Itu Kembali Dia Rasakan
Bab 5: Ciuman Taehyun
Bab 6: Perasaan Cemburu yang Tersembunyi
Bab 7: Percakapan Manis Berbuah Tragis
Bab 8: Prasangka Buruk
Bab 9: Lagu Untukmu
Bab 10: Sudah, Cukup...
Bab 11: Masalah Lama Menguak
Bab 12: Sesuatu yang Manis itu Gula, Apalagi?

Bab 13: Akhir Dari Awal - 「SELESAI」

1.6K 169 40
By aikoterry

“Beomgyu, sekarang buka matamu pelan-pelan.”

Yeonjun mengulas senyum setelah selesai melepas perban yang membalut kedua mata Beomgyu. Dia  menoleh pada Taehyun lalu meyakinkan teman lamanya itu untuk tidak berpikiran buruk jika saja operasi Beomgyu gagal.

Beomgyu duduk di atas ranjangnya. Dia mengikuti perintah Yeonjun untuk membuka matanya secara perlahan-lahan. Semua anggota keluarga menantikannya dengan gugup dan tegang. Heyoung bahkan sudah terlihat siap untuk menangis.

“Bagaimana?” tanya Yeonjun. Dia melambaikan tangan di depan wajah Beomgyu. “Apa yang kau lihat?”

Taehyun meremas tangan Beomgyu. Menguatkan Beomgyu jika operasinya gagal. Meski pun Yeonjun sudah menjamin keberhasilannya, mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.

Beomgyu mengedipkan mata pelan, menggeleng, lalu air matanya turun perlahan-lahan.

Taehyun seketika menelan ludah pahit dan memejamkan mata. Dia tarik tubuh Beomgyu untuk didekapnya. “Tidak apa-apa.”

“Taehyun...”

“Tidak apa-apa. Meski pun kau tidak bisa melihat aku akan selalu ada untukmu. Tidak apa-apa. Kita akan berusaha lagi.”

Heyoung menangis. Harapannya pupus begitu saja. Dia sudah berdoa yang terbaik untuk keberhasilan operasi puteranya tetapi sepertinya Tuhan tidak mengizinkan Beomgyu untuk melihat untuk saat ini. Heyoung menangis dalam pelukan Woongyu.

Yeonjun terdiam. Dia kehilangan kata-kata.

“Sudah lama aku tidak melihat wajah tampanmu.” Beomgyu mendongak. Tersenyum manis hingga gigi-giginya terlihat menggemaskan. Kedua tangannya meremat jas pinggang Taehyun.

“Beomgyu?” Taehyun berkedip kebingungan.

Yeonjun sempat menahan napas karena prediksi dan keyakinannya ternyata tidak benar kini mendengus. Dia tertawa kemudian menjelaskan, “Putera Anda sudah bisa melihat, Nyonya, Tuan.” Dia melempar senyum lebar kepada keluarga Taehyun yang kini langsung bernapas lega.

“Ya Tuhan, kukira kau menangis karena masih tidak bisa melihat, sayang.” Heyoung mendekat. Menarik Beomgyu ke dalam pelukannya. “Ibu cemas.”

“Aku sudah bisa melihat ibu sekarang.”

“Ibu senang. Sangat senang.” Heyoung mencium rambut Beomgyu dengan pejaman mata syarat akan rasa lega yang luar biasa.

Keluarga mereka satu per satu mulai memeluk Beomgyu sambil mengucapkan selamat dan berbagai ungkapan rasa syukur dan bahagia yang lain.

Kini Beomgyu menoleh kembali pada Taehyun. Lelaki itu masih terpaku memerhatikannya.

“Kenapa wajahmu jadi bodoh begitu?”

“Hah? Apa?”

Beomgyu berdecak. Dia tarik satu tangan Taehyun dengan kasar. Dia rangkum kedua pipi laki-laki itu. “Bodoh!” makinya sebelum mencium bibir Taehyun.

“Ya Tuhan mataku!” pekik nyonya Kang. Beliau segera berbalik dan pergi keluar kamar disusul anggota keluarga yang lain beserta Yeonjun dengan tawa menemani mereka.

Beomgyu menarik wajahnya menjauh. Tangan Taehyun menggenggam tangan kirinya yang masih berada di atas kulit pipi lelaki itu. “Aku sudah bisa melihat sekarang,” kata Beomgyu dengan bahagia. “Dan semua ini juga karenamu. Kau selalu menemaniku. Kau ada untukku. Kau mendukungku, merawatku, bahkan kau juga rela begadang sepanjang malam untuk menjagaku.” Beomgyu menghimpit kedua belah bibirnya. Kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. “Kau yang selalu menguatkan aku. Terima kasih. Terima kasih banyak...,” suaranya parau dan gemetar.

Taehyun memerhatikan kedua retina Beomgyu. Air mata lelaki cantik itu mengalir menuruni pipi putihnya. Taehyun mengusapnya dengan ibu jarinya lembut. Dia merunduk, mencium dahi Beomgyu. Dalam  dan penuh cinta.

Kemudian tanpa kata, dia peluk erat si pemilik hatinya.

“Taehyun aku ingin mengucapkan cinta ribuan kali untukmu.” Beomgyu berujar di sela tangisnya.

Taehyun tidak menjawab apa-apa. Dia memejamkan mata. Terlalu bahagia. Wajahnya bersembunyi pada sisi kiri leher Beomgyu. Menghirup aroma pujaan hatinya. “Tidak perlu. Aku dan kau sudah tahu berapa besar rasa cinta di antara kita,” bisiknya.

*

*

*

Selama satu minggu beristirahat di rumah, akhirnya Beomgyu kini sudah bebas untuk melakukan aktifitas apa pun yang dia inginkan.

Setelah waktu sarapan selesai, Beomgyu meminta Taehyun untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Dia ingin mengunjungi temannya.

“Apa yang kau lihat? Fokus menyetir! Aku tidak mau kita mengalami kecelakaan lagi,” dengus Beomgyu. Sejak tadi Taehyun menoleh padanya. Bagaimana jika tiba-tiba laki-laki itu menabrak bagian belakang mobil orang lain yang berada di depan mereka?

“Wajahmu terlihat sangat cerah, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu.”

Beomgyu membuang muka. “Kalau begitu aku akan menghadap ke jendela supaya kau tidak bisa melihat sisi wajahku sedikit pun.”

“Merajuk?” goda Taehyun.

“Ayolah, Taehyun..., jangan membuatku malu di pagi hari!” keluh Beomgyu dengan kesal.

“Aku tidak akan memandangimu lagi.” Taehyun memberikan pengertiannya. “Sekarang duduklah yang nyaman kita akan segera sampai.”

“Kenapa tidak dari tadi?!” gerutu Beomgyu.

*

*

*

Mengunjungi penjara merupakan pengalaman pertama bagi Beomgyu dan Taehyun. Mereka terlihat sedikit tidak nyaman dengan suasana yang ada di sini. Duduk di belakang kaca dengan puluhan lubang kecil yang membentuk lingkaran berfungsi sebagai jalur suara dari lawan bicara yang ada di seberang jendela kaca.

“Hai, Jeongin.” Beomgyu tersenyum melihat teman lamanya mendekat dengan ragu-ragu.”

“Hai.” Jeongin menjawab dengan pelan.

“Maaf aku baru bisa berkunjung sekarang,” Beomgyu mengutarakan penyesalannya.

Jeongin menatap temannya dengan mata sembab.

“Jeongin, ada apa?” Beomgyu panik. Bahkan dia nyaris berdiri jika Taehyun tidak menenangkannya.

“Maafkan aku, Beomgyu...,” Jeongin menangis. “Aku benar-benar minta maaf telah berbuat buruk padamu.”

Beomgyu  menghela napas. “Jeongin, kau tidak perlu meminta maaf. Jangan menangis lagi.”

“Jika saja rasa cintaku tidak terlalu besar dan membuatku buta, aku tidak akan membantu Hyunjin melakukan kejahatan itu. Tolong maafkan aku. Aku minta maaf pada kalian...”

“Semuanya sudah terjadi. Kau tidak perlu menyesalinya, Jeongin. Aku dan Beomgyu sudah memaafkanmu.” Taehyun berucap tenang. “Aku berharap kau tidak akan mengulangi perbuatan itu pada siapa pun.”

Jeongin mengangguk lemah, masih menangis. “Terima kasih.”

Beomgyu melepaskan genggaman tangan Taehyun kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku mantelnya. “Jeongin, aku membawa sesuatu untukmu.”

Jeongin mendongak. “Beomgyu?” dia tercengang melihat gelang di tangan teman masa kecilnya.

“Aku masih menyimpan gelang ini. Aku sudah memakai yang satunya, sekarang aku memberikan yang satu lagi untukmu. Jika kau merasa sedih, kau bisa memandang gelang ini. Yakinkan dirimu bahwa aku dan Taehyun sedang menunggumu keluar dari tempat ini. Dan ketika saat itu tiba, aku ingin kita berlibur bersama lagi seperti saat kita masih di SMA.”

Taehyun mengangguki ucapan Beomgyu.

Jeongin tidak memiliki kata-kata lagi yang pantas untuk dia katakan. Dia memandang gelang di balik kaca itu dengan tetesan air mata menuruni pipinya. “Aku pasti akan memakainya dan yakin jika suatu saat kita akan berlibur bersama.”

“Bagus.” Beomgyu kembali memasukkan gelang itu ke dalam kotak. Dia memberikan kotak itu pada petugas kepolisian yang bertuga menjaga jam kunjung mereka. “Tolong berikan gelang ini pada temanku.”

“Baik.”

“Terima kasih.”

Beomgyu kembali duduk di samping Taehyun. Dia tersenyum. “Sekarang kami harus pergi, Jeongin.”

“Iya.”

“Kami senang bisa mengunjungimu.”

“Aku juga...”

Beomgyu menyentuh kaca di depannya. “Tetaplah sehat, aku dan Taehyun menunggumu.”

Jeongin mengangguk dengan senyum sedihnya.

“Kami titip salam untuk Hyunjin. Maaf, tapi kami belum bisa mengunjunginya untuk sementara waktu.” Taehyun menerangkan maksudnya.

“Aku mengerti, Taehyun. Aku akan menyampaikannya jika aku diberi kesempatan bertemu dengannya meski hanya di balik sel jeruji.”

“Kami pergi dulu.”

“Iya.”

Karena jam berkunjung mereka sudah berakhir, Taehyun dan Beomgyu pun harus pergi dari sana.

*

*

*

“Sekarang kau ingin kita pergi ke mana?”

“Kemana pun asal bukan tempat yang membosankan. Lagi pula kau kan yang mengatakan akan mengajakku ke suatu tempat?” Beomgyu beralih pada ponselnya, dia mengetik pesan untuk orang tuanya jika hari ini, dia akan menginap di suatu tempat bersama Taehyun. Dia memutuskannya seorang diri.

“Kalau begitu aku akan membawamu ke tempat itu.”

Taehyun mengemudikan mobilnya dengan aman. Dia sesekali tersenyum ketika melirik Beomgyu terantuk di atas duduknya. Laki-laki itu tidur dengan cara yang menggemaskan. Jika Taehyun sedang tidak mengemudi dia yakin seribu persen dia akan mencumbui wajah manis Beomgyu saat ini juga.

Taehyun menggeleng keras ketika menyadari pikirannya. “Sadar!” bentaknya.

“Uh ... kenapa kau membentakku?” Beomgyu terbangun dengan wajah kesal. “Kau kan bisa membangunkanku dengan cara yang lebih halus!” dia mulai cerewet dan menyemburkan kekesalannya.

“Tidak. Aku tidak berusaha membangunkanmu, maafkan aku. Sekarang tidurlah kembali aku akan membangunkanmu saat kita sampai.”

“Mengganggu saja. Aku kan sedang bermimpi jika kita—“

“Jika kita?” sela Taehyun.

Tiba-tiba wajah Beomgyu memerah. “Tidak.”

“Coba kutebak. Kau sedang bermimpi kita berciuman seperti yang tadi malam kan? Kau terus memberontak tapi pada akhirnya kau mengerang dan mendesah—AWW!”

Beomgyu memukul kepala Taehyun dengan keras. “Jangan keras-keras!”

“Tidak ada yang mendengar!” protes Taehyun. Dia mengemudi lebih pelan karena tiba pada jalur lampu merah sebelum pada akhirnya berhenti.

“Tapi aku yang malu!” teriak Beomgyu. Menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. “Sialan kau,” lirihnya.

“Ha ha. Menggemaskan sekali.”

“DIAM!”

“Mau kucium lagi?”

“Tidak.”

“Kita sedang berhenti.”

“Tidak pokoknya tidak ya tidak!”

“Baiklah...,” Taehyun menjulurkan tubuhnya ke arah Beomgyu. “Aku tidak akan menciummu lagi.”

“Tapi kau menciumku barusan!”

“Tidak sengaja, maaf.”

“Tidak sengaja bagaimana maksudmu?”

“Tidak lihat orang di sebelah jendelamu? Dia menatapmu seperti itu, mengesalkan.” Taehyun segera melajukan mobil saat lampu  hijau menyala.

Beomgyu mengedipkan matanya tiga kali. Bingung. Tidak lama dia mengatakan, “Oh.”

“Hanya ‘oh’? Aku kesal karena cemburu kau hanya menanggapinya ‘oh’?!”

“Ya mau bagaimana lagi? Aku terlalu menawan untuk dilewatkan.”

Taehyun mendengus.

*

*

*

“Wow...” Beomgyu kagum dengan ribuan bunga berwarna-warni di depan matanya. Taman bunga yang disewa Taehyun untuknya seorang. “Kau yakin harga sewanya murah?” tanyanya sambil berjalan menyusuri bunga-bunga itu.

“Iya.” Taehyun berada di belakangnya. “Jauh lebih murah daripada cintaku padamu.”

“Uhuk!”

“Kau baik-baik saja?”

“I-iya.”

Taehyun tersenyum. “Beomgyu,” panggilnya.

“Hmm?”

“Mana yang paling cantik menurutmu?”

Beomgyu berhenti. Dia menoleh melihat satu per satu warna bunga di sekitarnya. “Itu, yang berwarna biru muda, aku tidak tahu namanya. Kalau kau? Mana menurutmu yang paling cantik?” Beomgyu kembali berjalan membelakangi Taehyun.

“Ini.”

“Yang warna apa?”

“Yang ini.”

Beomgyu berbalik. “Man—?”

Taehyun menarik dagunya. Menciumnya singkat. “Ini yang paling cantik dan paling indah.”

Bulu mata panjang Beomgyu berkibar. Dia membeku ketika Taehyun menarik pinggangnya.

“Beomgyu adalah bunga yang paling indah menurut Taehyun. Kau tahu kenapa?”

Beomgyu menggeleng kaku.

Taehyun menatap Beomgyu dengan sangat dalam, seolah-olah pusat dunia ada di depan matanya. Dan Beomgyu tidak bisa untuk mengalihkan pandangan. Dia terpesona dengan wajah tampan Taehyun, untuk kesekian kalinya.

“Sebenarnya aku juga tidak tahu alasannya. Aku bingung harus berkata apa lagi untuk memujimu.”

Dan jawaban Taehyun mampu mengundang kembali kekuatan Beomgyu untuk memukul kepala laki-laki di depannya.

“Aww, sakit...,” ringis Taehyun. Pukulan Beomgyu tidak main-main.

“Dasar penggoda!” Beomgyu berbalik kasar. “Kalau aku tidak cinta,” jedanya. “Entahlah aku tidak tahu!” Beomgyu merusak tatanan rambutnya dengan kedua tangan dan berjalan menghentak kesal meninggalkan Taehyun. Sejujurnya, dia hanya terlalu malu untuk menatap wajah laki-laki yang saat ini tersenyum memerhatikannya dari belakang.

✭⇢ヾSELESAIゝ✫〃..

December 14, 2020.

Continue Reading

You'll Also Like

236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
63K 10.9K 34
Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari kisah-kisah Keluarga Pak Chanyeol di buku sebelumnya. RKPC hadir untuk menemani puasa kawan-kawan sekalian...
3.5K 343 36
Sebagian orang mungkin akan berbahagia saat dirinya d jadikan rebutan para raja dan pangeran tampan. Tapi tidak dengan Jeonghan. Kenapa, karena seti...
30.4K 1.9K 12
koleksi oneshot bg!/suho. bxb , modified canon life , warning inside. completed. ©shinaoi, nov 2019.