Good Liar Boy VS Bad Liar Girl

By Koo_Alla

87 31 25

[GAK ADA PAKSAAN BUAT BACA+VOTE+COMENT+FOLLOW] Bagaimana jadinya, jika ada seorang cewek yang tak bisa berboh... More

Cowok Berjaket Denim
Bertemu lagi

Join

13 3 0
By Koo_Alla

Malam minggu, malam yang biasa ditakuti oleh kaum jomblo. Baik jomblowa ataupun jomblowati. Mereka semakin galau karena tak bisa malam mingguan dengan si pacar. Jangankan pacar, dekat sama cowok lain pun jarang. Ya begitulah yang dirasakan oleh kaum jomblo.

Berbeda dengan lima sekawan. Saat ini mereka sedang berkumpul dirumahnya Alardo. Alasan klise jika kalian bertanya, mengapa dirumahnya Alardo? Ya karena Alardo adalah anak tunggal yang sering ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya. Rumah jadi sepi. Ditambah lagi, orangtua Alardo sangat kaya.

Jadi mereka senang menghabiskan bermacam-macam snack dan minuman. Mereka juga suka bermain playstation sampai konsol gamenya rusak. Tak apa jika konsol gamenya rusak. Bahkan jika televisinya rusak pun juga tak apa. Tak kan ada yang marah.

"Yes, I win!" seru Alardo sembari melempar konsol gamenya ke sembarang arah.

"Pake bot lo. Nggak asik," tandas Jovan kesal.

"Woy, gue nggak pake bot ya. Lo tuh yang nggak bisa main," sergah Alardo mengambil kaleng minuman bersoda.

Cio melepas headphone, kemudian dia tenggerkan di lehernya, "Al, bosen nih gue. Dari tadi sore ngegame mulu."

"Iya nih, gue juga. Bosen gue belajar mulu," usul Felix diujung ruangan sembari menutup buku pelajarannya.

Alardo menghembuskan napasnya, "Ya kalian mau ngapain?"

"Ya ngapain gitu. Yang menantang kek," balas Cio.

Alardo berpikir sejenak. Memikirkan apa yang menurutnya menantang jika dilakukan bersama-sama.

"Gimana kalo uji nyali aja. Di rumah paling ujung. Mumpung udah lama kosong tuh rumah," ungkap Alardo mengusulkan.

"Ya jangan dong, kaya nggak tahu aja gue kek gimana," sela Cio memelas.

Sedikit info untuk kalian semua, Cio sangat takut dengan tikus. Dan ada yang lebih ditakuti oleh Cio selain tikus, yaitu hantu.

"Ogah ah. Nggak menantang kalau itu mah." kali ini giliran Felix yang menolak.

"Terus maunya apa?" tanya Alardo sabar. Cio dan juga Felix hanya mengangkat kedua bahunya.

Alardo berpikir lagi. Tangan kananya mengelus dagunya yang runcing. Sejujurnya, dia butuh hiburan. Tapi, semua game di plastationnya sudah dia coba semua. Apalagi game online. Udah pasti Alardo pernah coba. Tiba-tiba sebuah ide cermelang terlintas di otak cerdasnya.

"Gue tahu apa yang menantang. Gue jamin lo semua nggak bakal nyesel," sahut Alardo akhirnya yang bisa membangkitkan semangat para kawannya.

"Emang apaan?" tanya Cio dengan wajah berbinar senang.

"Ada deh. Tapi nggak disini. Disuatu tempat."

"Jangan bilang kalau itu beneran uji nyali. Ogah gue. Mending gue maen game online sampai teler," pungkas Cio kemudian menarik ponselnya.

"Bukan. Seratus persen bukan uji nyali. Ini bener-bener menantang banget buat kalian," sela Alardo.

"Emang apaan?" tanya Felix yang penasaran.

Alardo tak menjawab. Kini dia malah melihat ke arah Jovan dengan penuh senyuman. Jovan yang sedang membalas sebuah chat dari seseorang, segera mendongakan kepalanya saat merasakan seseorang memperhatikannya.

Dan benar saja, saat mendongakkan kepalanya, saat itulah senyuman Alardo semakin berkembang.

"Kenapa liatin gue?" tanya Jovan yang merasakan firasat tak mengenakan.

"Gimana kalau kita ajak mereka join," usul Alardo kepada Jovan.

"Join apaan?" sahut Jovan yang semakin penasaran. Perasaan Jovan semakin tak enak. Mungkin sesuatu yang akan diucapkan oleh Alardo, seperti menyangkut dengan dirinya.

"Gimana kalau kita ajak mereka-" dengan sengaja Alardo memutuskan ucapannya. "Join ke dalam Eagler."

Boom!

Seperti terkena ledakan bom granat, Jovan terkejut dengan ucapannya Alardo. Benar soal firasatnya. Ajakan Alardo sangat berkaitan erat dengan dirinya. Dan itu bertanda tak bagus. Jika ketua Eagler mengetahui, jika Jovan dan Alardo membocorkan rahasianya, bakal tamat riwayat keduanya. Mereka berdua akan mendapat hukuman, karena sudah membocorkan rahasia soal Eagler. Dan parahnya lagi bisa didepak dari geng Eagler.

"Lo gila! Kita bisa ketahuan sama ketua!" seru Jovan kesal.

"Ya lo rayulah. Kan lo punya hubungan khusus sama ketua. Masa lo tega, ngerahasiain ini dari mereka," tukas Alardo sembari menunjuk ke arah Cio, Felix dan Eros secara bergantian.

"Oh jadi lo mau ajak kita join jadi anggotanya Eagler? Mau banget  gue," ungkap Cio senang.

"Gue juga deh. Nggak bakalan nyesel gue," ujar Felix ikutan senang.

"Kalau lo Ros, mau join?" tanya Alardo kepada Eros.

Eros hanya menganggukkan kepalanya sekali. Bagaimanapun juga, mereka akan selalu bersama.

"Nah, semua pada mau. Ayo ke markas Eagler," ajak Alardo.

"Heh, siapa yang nyuruh lo ajak mereka ke markas Eagler? Ketua pasti marah jika tahu lo ajak mereka join." Jovan melarang aksi Alardo yang akan membawa ketiga temannya join menjadi anggota Eagler.

"Dih, gitu amat sama temen sendiri," sindir Cio.

"Yoi, dah nggak seru tuh si Jovan. Join jadi anggota Eagler nggak ajak-ajak." Kali ini giliran Felix yang menyindir.

"Bukan gitu. Maksud gue, ketua Eagler tuh nggak mau yang join jadi anggotanya Eagler sembarang orang. Ketua cuma rekrut orang-orang yang kuat, tahan dengan cemooh orang-orang sekitar. Dan bisa nanggung sendiri akibat dari join jadi bagian dari Eagler," terang Jovan kepada teman-temannya.

Semua terdiam. Mencerna apa yang baru saja Jovan terangkan.

"Kalau itu tenang aja. Selagi kita lakuin bersama-sama, gue yakin kita semua pasti bisa," ujar Felix yang menyakinkan Jovan.

"Iya tuh bener. Setuju banget gue sama Felix," tungkas Cio.

"Okey fine, gue ajak kalian join jadi bagiannya Eagler. Tapi ingat, jangan nyesel kalau kalian sudah sampai dimarkas. Jangan ada yang minta pulang, sebelum ketua nyuruh kita balik," peringat Jovan.

"Siap deh siap!" seru Cio.

"Nggak bakal kita balik sebelum jadi bagiannya Eagler," tegas Felix.

"Okey, kalau itu yang kalian mau. Ayo!"

Mereka segera bergegas keluar dari rumahnya Alardo. Menaiki motornya masing-masing. Mulai menstater motor besarnya. Melajukan motornya menembus jalanan yang dingin. Hingga tak lama kemudian, mereka sampai disebuah gedung yang terlihat sudah tua dari luarnya.

"Ayo turun," ajak Jovan yang sudah turun paling awal.

Ketiga temannya terkagum, saat melihat bendera hitam dengan gambar kepala Elang Putih yang berkibar-kibar tertiup angin malam. Mereka berjalan mengikuti Jovan.

"Apa kabar bang, tumben mampir ke sini," sapa Jovan ke seorang penjaga pintu masuk.

"Hahaha iya nih. Lagi suntuk aja dirumah, nggak ada kerjaan," sahut si cowok yang lebih tua dari Jovan.

Jovan terkekeh menanggapi, "Ketua, ada kan bang?"

"Ada tuh. Lagi mabar. Eh itu mau join, temen lo?"

"Iya bang, terpaksa gua ajak join mereka. Mereka sohib gue bang," kata Jovan yang sedikit merasa kesal.

Sedangkan keempat temannya terharu saat Jovan menganggap mereka adalah sohibnya.

"Ya udah sana masuk. Moga-moga lo nggak di depak dari Eagler ya."

"Iya bang, moga aja," balas Jovan lesu.

Mereka melanjutkan perjalannya sampai disebuah ruang tengah. Disana banyak anggota Eagler yang sedang berkumpul bersama. Ada yang sedang bergurau, ada yang sedang tidur, bahkan ada yang sedang mabar game online.

"Bang, ada yang mau ngomong sama elo. Dan info, gue bawa bencana," lapor Jovan kepada sang ketua.

Seorang cowok sedang sibuk bermain game di ponselnya. Dia tak melirik ke arah Jovan ataupun ke teman-temannya. Cowok itu lebih tua dari Jovan dan teman-temannya. Mungkin lebih tua sekitar dua tahunan. Perawakannya tinggi, putih, dan terlihat tegas jika dilihat dari tatapan matanya.

"Kalau lo bawa bencana, langsung sikat aja. Bantai mereka semua," ujar si ketua yang seperti bisa membaca maksud dari perkataanya Jovan.

Seketika Cio, Felix dan juga Eros merasa ketakutan. Cuma Eros tidak terlalu memperlihatkan rasa takutnya. Sedangkan Jovan dan Alardo hanya menyaksikan ketakutan ketiga temannya sembari duduk nyaman disebuah sofa.

Sang ketua menyelesaikan gamemya. Dia mendongakan kepala ke arah Cio, Felix dan juga Eros. Mengernyit heran saat menemukan ketiganya memangdang dengan tatapan ketakutan.

"Lo ngapain ajak mereka kesini, Jo?" tanya ketua dengan nada tak suka.

"Tanya aja sendiri," balas Jovan tak acuh yang membuat ketiga temannya terheran. Mengapa Jovan berani berbicara seperti itu kepada sang ketua Eagler.

"Heh, lo pada ngapain kemari?" tanya ketua dengan intimidasi.

Mereka bertiga terdiam, tak berani menjawab pertanyaan dari ketua. Yang mereka lakukan adalah saling melirik ke arah Jovan dan Alardo. Sedangkan yang dilirik hanya mengacuhkannya.

"Gin-gini bang. Maksud kedatangan kita kesini mau join jadi bagiannya Eagler," terang Felix menyampaikan maksud kedatangan mereka.

"Bisa apa lo? Bunuh orang bisa? Jago pake samurai? Berani potong jari lo?" kata si ketua semakin mengintimidasi.

Cio, Felix dan Eros meneguk ludah mereka saat mendengar perkataan dari ketua Eagler. Memang benar, jika Eagler sangat mengerikan. Mau jadi anggota saja, harus ada persyaratan yang sangat mengerikan jika dilakukan.

"B-bisa bang," balas Cio takut-takut.

"Serius lo bisa?!"

Cio, Felix dan Eros mengangguk dengan ragu.

"Ya sudah, sekarang lo bertiga saling serang. Terserah jika mau pake senjata, gue nggak bakal ngelarang. Gue tunggu sampai setengah jam. Dan jika sebelum setengah jam, kalian sudah tepar, gue nyatain kalian gugur. Dan nggak akan gue rekrut kalian jadi bagian dari Eagler. Paham?!"

"Paham bang," sahut Cio, Felix, Eros.

"Sekarang, siap posisi!" perintah ketua.

Cio, Felix, dan juga Eros memposisikan dirinya masing-masing. Saling berhadapan, dan siap dengan kuda-kuda bertarung. Sejujurnya, mereka jarang berkelahi. Apalagi berkelahi dengan teman sendiri. Semua orang segera berkumpul, membentuk lingkaran. Menyaksikan pertarungan antara Cio, Felix, dan Eros. Merkea hanya diam saja, tak ada yang mengeluarkan suara. Suasana yang hening, malah membuat Cio, Felix, Eros gugup. Dan juga, sebenarnya mereka tak tega menyakiti teman sendiri.

"Gue hitung sampai tiga. Jika nggak ada yang mulai, gue nyatain kalian bertiga gugur. Satu," tegas sang ketua.

Cio, Felix, Eros masih saling melirik. Tak ada yang berani bergerak apalagi memulai perkelahian.

"Dua."

Masih sama, ketiganya masih diam ditempat.

"Tig-"

"Abang Diven! Abang!" teriak seorang cewek dari pintu masuk.

Dengan cepat sang ketua dan juga Jovan berlari keluar dari ruangan. Berlari menuju pintu masuk. Melihat sang ketua dan Jovan berlari panik secara bersama, malah mengundang tatapan heran dari Cio, Felix dan Eros. Tak lama kemudian, ketua dan Jovan datang. Mereka tak berdua, melainkan dengan seorang cewek yang tadi berteriak.

"Eh ada temennya bang Jovan. Hai kak Cio, kak Felix, kak Eros dan Kak Alardo," sapa Nika kepada empat cowok.

"Nika?" gumam Cio dan Felix bersamaan. Dan Nika mengangguk senang.

"Kok bisa disini?" tanya Felix penasaran.

"Kan ini markasnya bang Diven, jadi Nika boleh dong kesini," sahut Nika ceria.

"Bang Diven? Siapa dia?" tanya Cio.

"Lho, kalian nggak kenal sama bang Diven?" tanya Nika penasaran. Cio, Felix dan Eros hanya menggeleng.

"Kakak-kakak tuh gimana sih, bang Diven itu ketua disini."

"Hah. Ke-Ketua," kata Cio dan Felix terkjut.

"Bagus, niatnya mau join jadi bagiannya Eagler. Nama ketuanya aja nggak tahu. Lo nemu dimana sih, Jo, temen kek gitu," ujar si ketua Eagler, Diven.

"Nggak tahu tuh bang. Nggak ngerti gue," balas Jovan tak acuh.

"He he he. Bukan nggak kenal bang, cuma kita belom kenal aja. Sekarang kan udah kenal," ucap Cio mencairkan rasa takutnya.

Diven menganggukkan kepalanya, "Sekaranga, kalian kenal gue. Tapi gue nggak kenal kalian," kata Diven dingin.

"Kan kita bisa kenalan, iya nggak Lix," ujar Cio menyenggol bahunya Felix.

"I-iya. Kita bisa kenalan biar kita saling mengenal," ujar Felix gugup.

"Tapi sayangnya, gue ogah kenalan sama kalain," tandas Diven cepat yang membuat raut wajah Cio, Felix dan Eros langsung pucat pasi.

"Tapi, kita mau join jadi anggotanya Eagler." Untuk perkata kalinya, Eros berani protes kepada sang ketua.

Diven langsung menoleh ke adah Eros. Memandang ke arah Eros dengan pandangan yang menilai. Eros tak gentar. Dirinya giliran memandang Diven dengan pandangan yang menantang.

"Oke. Lanjutakan pertarungan kalian. Agar gue bisa rekrut, mana yang pantas jadi bagian dari Eagler, dan mana yang pantas untuk gugur. Cepat mulai!" teriak Diven murka. Murkanya Diven malah membuat Cio, Felix dan Eros tambah ketakutan.

"CEPAT SERA-!" teriaknya lagi.

"ABANG! UDAH NIKA BILANGIN BERAPA KALI SIH, NGGAK BAIK KALO ABANG TERIAK-TERIAK TERUS," seru Nika yang ada disampingnya Diven.

Diven membuang napasnya kesal, karena rencana dia yang ngeprank ketiga temannya Jovan gagal karena Nika. Jika kalain berpikir, jika mau join jadi bagiannya Eagler harus saling menyerang, maka kalian salah besar.

Geng Eagler, selalu terbuka untuk umum, hanya beberapa persyaratan yang wajib dimilik oleh semua calon anggota. Seperti rasa kepedulian yang tinggi, rasa kesetiakawanan, rasa saling peduli. Dan menjunjung tinggi solidaritas di atas segalanya.

"Adek lo tuh, Jo. Ganggu aja," bisik Diven kepada Jovan.

"Adek abang juga tuh, kalo lo lupa," balas Jovan kesal.

"Bang Div, bang Jo, Nika kesel," adu Nika degan suara yang imut. Tapi berbeda dengan tatapan matanya yang memancarkan kekesalan.

Jika sudah seperti ini, Diven maupun Jovan tak bisa membantah semua keinginan si adik tersayangnya.

"Adek abang kenapa kesel. Sini cerita sama abang," tanya Diven dengan suara lembutnya.

Perubahana nada suara yang digunakan antara saat berbicara dengan anggotanya dan saat berbicara dengan Nika, membuat Cio, Felix, dan Eros cengo seketika. Mereka tak menyangka, jika sang ketua beberapa menit yang lalu sangat menakutkan, kini malah berubah seratus delapan puluh derajat. Benar-benar perubahan yang mengagumkan.

"Tadi kan, Nika mau nonton di bioskop sam El. Tapi mama ngelarang Nika. Kan Nika jadi kesel," ujar Nika melipat kedua tangannya didepan dada.

Diven menarik Nika untuk mendekat ke arahnya. Setelah dekat, Diven mendudukan Nika disampingnya.

"Nggak usah kesel ya. Niat mama kan baik. Maksud mama ngelarang Nika, buat nggak jadi nonton di bioskop, biar nggak ada sesuatu yang nggak diingin terjadi. Misal sekarang Nika jadi nonton di bioskop. Terus tiba-tiba ada orang jahat yang mau nyelakai Nika, terus Nika mau minta tolong siapa? Nggak ada kan. Mending nurut aja apa kata mama," kata Diven memberi pengertian kepada adik tersayangnya.

"Tapi Nika mau nonton film."

"Besok ya, sama abang aja."

"Nika maunya sekarang," rajuk Nika membelakangi Diven.

"Gini Bernika, adek abang tersayang. Sekarang kan udah jam sepuluh, di bioskop kebanyakan udah tutup. Mending besok aja ya."

"Nika maunya sekarang. Titik," ujar Nika masih merajuk.

"Ya udah, nonton lewat proyektor aja ya," usul Jovan.

Seketika kedua mata Nika berbinar. Dengan cepat Nika mengangguk senang.

"Jo, cepat siapin proyektornya, perintah Diven kepada adik laki-lakinya.

"Siap bang."

"Oh iya, Nika mau nonton sama temen-temennya bang Diven sama temen-temennya bang Jovan juga, biar rame gitu. Mau ya?" tanya Nika demgan puppy eyes.

Diven menggaruk kepalanya ragu. Pasalnya, jika sudah merajuk seperti ini, selera filmnya Nika sangat jauh jika dibandingkan dengan selera filmnya kaum adam. Tapi bagaimanapun, dia harus bisa mengabulkan permintaan adiknya.

"Ehm, tapi. Abanng nggak yakin kalo mereka bakal-"

"Abang udah nggak sayang ya sama Nika? Abang nggak mau nuruti permintaannya Nika lagi? Abang kesel ya sama Nika?" dengan mata yang berkaca-kaca, sukses membuat Diven tak tega menolak permintaan adiknya.

"Fine," kata Diven akhirnya. "Semuanya yang ada disini, ikut nonton film!"

"Hah? Serius lo bos? Tapi filmnya-" protes Bara, si cowok penjaga pintu tadi.

"Lo mau gue depak dari Eagler?" tanya Diven menyorot kesal.

"Eh, enggak bos. Enggak," kekeh Bara canggung.

Jovan datang dengan mbawa proyektor. Dengan cepat dia memasang proyektor dengan laptop milik Diven. Setelah mensetting proyektornya, Jovan duduk disamping kirinya Nika. Sedangkan disamping kanannya Nika ada Diven.

Lampu dimatikan, beberapa menit lagi film akan berputar. Semua segera mencari posisinya masing-masing. Tiga detik lagi, film akan berputar. Semua memilih segera diam.

"Tiga. Dua. Satu," suara dari speaker. Dan tiba-tiba terdengar sebuah nyanyian dari film yang terputar.

"WHAT THE-" pekik semua orang disana kecuali Diven dan Jovan tentunya. Karena mereka berdua sudah menebak film apa yang akan mereka tonton.

"Yeay, Sofia The Firt," girang Nika sembari bertepuk tangan.

Continue Reading

You'll Also Like

889K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
1M 19.6K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
832K 23.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
394K 27.9K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...