Oh My Marriage (JaeDo)

By urYoru

167K 9.4K 1.3K

kehidupan pernikahan doyoung yang kalem dan suaminya yang dipenuhi gairah. Just a story about Kim Doyoung and... More

1 - The Unpredictable Wedding for her
2 - He is so scary
3 - HoneyMoon
4 - Something Just Happens with her feeling
4.5 - Haechan's story
5 - A Story about Kim Doyoung
6 - DDD
7 - Baby Boy
8 - Old'Friend'
9 - Feeling sick
10 - Thank You
11 - Going to the doctor
12 - Confession
13 - Why so sudden!?
14 - Distance
15 - Homesick
16 - Her man
17 - Marriage Affair
18 - Be my baby
19 - Resolution

20 - Resolution pt. II

7.6K 403 135
By urYoru

Kim Doyoung (NCT)
X
Jung Jaehyun (NCT)

Disclaimer : They belong to themselves.

Let me say thank you for reading my story first



Doyoung menelan ludahnya kasar.

Ia tidak tahu kemana Jaehyun membawanya tapi yang pasti ini bukanlah rumah orang tuanya ataupun rumah orang tua Jaehyun.

Ini adalah area apartemen mewah yang Doyoung yakin, uang jajannya sendiri saja belum cukup untuk membeli satu kondominium di sini jika tidak di bantu dengan uang dari ayahnya.

Doyoung menciut, Jaehyun sudah turun dari mobil dan membanting pintunya, lalu membukakan pintu untuknya.

Ia tidak ingin turun karena tahu bahwa ini tidak akan berakhir baik untuk mereka, tapi Jaehyun sedang badmood dan Doyoung yakin pria itu akan memaksanya bagaimanapun caranya.

Jadi wanita itu menurutinya dan berjalan membuntuti Jaehyun yang menariknya.

Mereka berhenti di depan salah satu dari empat pintu yang ada di situ yang kemudian Jaehyun memasukkan kode dan sidik jarinya.

Apa ini milik Jaehyun? Doyoung tidak tahu.

Pria itu menyuruhnya untuk masuk terlebih dahulu.

"Jaehyun," panggil Doyoung.

Tapi suaminya itu hanya mengabaikannya dan berjalan lebih dulu.

Doyoung mengikuti Jaehyun yang masuk ke sebuah kamar.

Bagus sekali kamar, batin Doyoung khawatir.

Matanya melirik ke sekitar, ia asing dengan tempat ini tapi tidak dengan Jaehyun.

Selagi Doyoung memperhatikan sekitarnya pria itu justru mendorongnya hingga terjatuh di ranjang.

"Jaehyun apa yang kau lakukan," marah Doyoung.

Apa suaminya sudah kehilangan akal, sekalipun kasur ini empuk, tetap saja berbahaya untuknya yang sedang hamil.

"Menurutmu?" Tanya Jaehyun yang melepas dasinya.

Pria itu merangkak naik dan menarik cardigan Doyoung dan menyingkap rok dressnya.

"Jaehyun hentikan," tolak Doyoung menahan Jaehyun yang menciumi lehernya.

Tangan Doyoung menahan dada bidang suaminya yang terus mencumbunya.

Sungguh ia tidak menginginkan ini, Doyoung tidak menyukai Jaehyun yang memaksanya seperti ini.

Doyoung memalingkan wajahnya ketika Jaehyun akan meraih bibirnya.

Pria itu menghembuskan nafasnya kasar.

Jaehyun paling benci diabaikan, tapi Doyoung justru melakukannya dengan sangat baik.

"Sayang hentikan yah," pinta Doyoung menarik wajah Jaehyun agar menjauh dari tubuhnya.

Tapi suaminya itu malah mengabaikannya balik.

Jaehyun melepas paksa dress Doyoung hingga meninggalkan luka goresan yang cukup panjang di bahu sang istri.

Doyoung menggelengkan kepalanya, ia tidak mau melakukannya selagi Jaehyun marah, tidak marah saja suaminya ini sangat kasar apalagi seperti ini kondisinya.

Wanita hamil itu menyikuti perut Jaehyun agar berhenti memaksanya, sementara tangan lainnya menutupi dadanya yang terlihat dengan bebas.

Jaehyun melepas gesper ikat pinggangnya cukup untuk membuat wanita itu tahu kemana mereka akan berakhir.

"Jaehyun ayo bicara, bukankah kita harus membicarakan sesuatu," pinta Doyoung gemetar.

Jaehyun tersenyum manis kearah istrinya.

"Kupikir sudah tidak perlu, aku sudah dari lama mengajakmu untuk berbicara tapi kau malah menolakku dan memilih menghabiskan waktu dengan pria lain, bukankah aku terlihat sangat menyedihkan," jawab Jaehyun menyindir dan langsung memanggut bibir ranum wanitanya penuh nafsu agar wanita itu berhenti memprotes.

Jaehyun merindukannya melebihi apapun. Tangannya bergerak untuk menarik sebuah bantal dan meletakkannya di bawah pinggang Doyoung.

Jaehyun lalu menarik kaki Doyoung agar memberi ruang untuk tubuhnya di antara kedua paha wanitanya ini.

Sementara Doyoung menjambak rambut Jaehyun agar melepas tautan bibir mereka.

Ia bisa merasakan bagaimana milik Jaehyun menyentuhnya.

Ini buruk, Doyoung memang sudah basah karena sentuhan Jaehyun sebelumnya tapi ia belum siap.

Dan Jaehyun yang sudah tidak bisa menahan nafsunya, memaksakan dirinya.

"Ngghh," Desah Doyoung tertahan, tubuhnya terhentak keras karena penetrasi kasar yang Jaehyun lakukan.

Wanita itu bisa merasakan perih di areanya yang paling sensitif dengan milik suaminya yang berkedut di dalamnya.

Doyoung hanya menangis kesakitan.

Hancur sudah harapan Jaehyun, dengan Doyoung menangis di bawahnya tidak mungkin istrinya ini akan memaafkan dirinya.

Tapi hal itu tidak menghentikannya dan tetap berfokus pada aktifitasnya.

"Maafkan aku," bisik Jaehyun pelan sebelum menggerakkan pinggulnya.

Doyoung sudah tidak peduli jika kuku-kukunya melukai Jaehyun, ia butuh menyalurkan rasa perihnya.

Ia bahkan mencengkram tangan putih milik suaminya hingga memerah.

Jaehyun menggeram nikmat tapi tidak dengannya, Doyoung hanya merasakan perih dan sakit.

Belum lagi gerakan kasar dari milik Jaehyun yang menyentuh titik nikmatnya membuat kepalanya pusing dengan apa yang ia rasakan.

Ia menolak untuk mengeluarkan desahannya dan memilih untuk membungkam mulutnya sendiri.

Doyoung menggelengkan kepalanya begitu merasakan kedutan dari kewanitaannya yang bergesekan dengan kejantanan suaminya yang semakin membesar di dalamnya.

Sementara Jaehyun menggerakkan tubuhnya semakin liar dan menekan miliknya agar menyentuh istrinya lebih dalam begitu dirasa dirinya akan mencapai puncaknya yang kemudian diselingi dengan semburan cairan hangat miliknya yang mulai mengalir kedalam rahim istrinya.

Membuat Doyoung tersentak begitu ia merasakan perutnya yang terasa sakit setelah klimaksnya. Dan Jaehyun yang tidak tahu hanya memeluk Doyoung erat sembari menghapus air mata yang membasahi pipi sang istri.

Doyoung yang kesakitan mendorong Jaehyun agar menjauh dan berkata, "Apa yang kau lakukan Jaehyun, perutku sakit sekali hiks," diiringi tangisannya yang semakin kencang.

Jaehyun panik mendengarnya segera melepas kontak tubuh mereka lalu beralih meraih ponselnya.

"Sayang maafkan aku, biar aku telfon kan Taeil sunbae," sesal Jaehyun yang baru menyadari perbuatannya sembari menelfon Taeil.

Doyoung menepis tangan Jaehyun yang menyentuhnya dan merebut ponsel Jaehyun ketika pria itu menyapa sunbaenya itu.

"Eonni, perutku sakit," tangis Doyoung mengadu.

Di seberang sana Taeil yang mendengarkannya mengerutkan dahinya bingung dan bertanya apa yang terjadi.

"Jae–hiks–jaehyun memaksaku untuk melakukannya, aku sudah menolaknya eonni dan setelahnya perutku sangat sakit",

"Apa sialan itu melakukannya dengan kasar?"

"Huuh"

"Hah, dasar! sudah tidak apa Doyoung, janinmu sangat sehat jadi tidak akan terjadi apa-apa,  kau hanya syok saja karena penetrasi kasar dari suamimu yang tidak tahu diri itu"

"Be-benarkah?" Tanya Doyoung yang terdengar imut bagi Taeil.

" Iyaa Doyoung, kalian pasti sudah lama kan tidak melakukannya?"

"I–iya" jawab Doyoung malu-malu.

"Nah! karena kalian sudah agak lama tidak melakukannya, maka akan terasa seperti sangat sakit jika dilakukan dengan kasar tapi itu hanya kontraksi biasa, malah seks saat sedang hamil besar itu bagus untuk persalinanmu nanti tapi jika kau tidak mau melakukannya, tidak apa jangan dipaksakan",

jelas Taeil panjang lebar mencoba menenangkan Doyoung yang sesenggukan.

"Jadi ini normal ya? aku tidak harus menemui sunbae ?"

"Tentu saja, aku yakin itu tapi jika kau masih ragu atau masih sakit maka temui saja aku besok tapi kalau tidak sebaiknya kau istirahat saja, mengerti?"

"Baiklah, aku mengerti"

"Kalau begitu mana Jaehyun? Biar aku bicara padanya"

Pinta Taeil dari telfon dan Doyoung menurutinya, ia menyerahkan ponsel tersebut pada Jaehyun yang hanya diam dari tadi.

"Hal–"

"Apa yang kau pikirkan bodoh! sampai-sampai memaksanya seperti itu? Apa ini karena Johnny? Kau tahu Johnny datang bersamaku sedangkan Doyoung datang bersama Jisoo, kau hanya salah paham Jaehyun astaga!! kau harus lihat bagaimana paniknya asistenmu tadi mengadu padaku dan Jisoo yang kebingungan mencari Doyoung,"

Marah Taeil panjang lebar pada temannya ini.

"Maafkan aku sunbae,"

"Simpan saja maafmu itu! Jika besok Doyoung masih kesakitan kau harus membawanya menemuiku,"

"Iya, aku mengerti, tapi sekarang apa bayi kami baik saja?"

"Tanyakan itu sebelum berbuat dasar Jung Jaehyun!"

Kesal Taeil dan langsung memutuskan sambungan telfonnya.

Doyoung yang masih sesenggukkan memeluk dirinya sembari mengusap perut hamilnya itu.

Jaehyun meletakkan ponselnya dan mendekat pada Doyoung yang mengabaikannya.

Pria itu meringis melihat bahu Doyoung yang terluka dengan tangan dan pahanya yang memerah mengabaikan dirinya yang berkondisi sama.

Dirinya pasti sudah gila memaksa Doyoung yang sedang hamil besar.

"Sayang aku minta maaf," sesal Jaehyun.

Doyoung masih mengabaikannya dan menangisi dirinya.

Jaehyun baru menyentuh bahu Doyoung tapi wanita itu langsung menepisnya.

"Jangan menyentuhku Jaehyun!" Bentak Doyoung marah.

Jaehyun menghela nafas panjang, tapi ia memaksakan diri untuk memeluk Doyoung walaupun istrinya itu meronta di dalam pelukannya.

"Aku minta maaf yah, aku sudah sangat keterlaluan," ucapnya sembari menciumi pucuk kepala Doyoung.

Jaehyun hanya membiarkan Doyoung menangis hingga puas dan tetap setia untuk  mencoba menenangkan sang istri walaupun selalu berakhir sia-sia hingga Doyoung akhirnya tidur karena kelelahan di dalam pelukannya.

Jari-jari panjang Jaehyun menyampingkan rambut Doyoung yang berantakan, sembari menatap wajah istrinya yang sembab karena menangis sepanjangan.

Memang dasar brengsek, apa yang kau lakukan, marahnya pada diri sendiri.

Jaehyun menatap tubuh berisi istrinya yang hamil, ia sedikit tertawa kecil dengan Doyoung yang tertidur pulas dipelukannya tampak lucu seperti biasa, walaupun mereka belum berbaikan setidaknya Jaehyun sudah mendapatkan Doyoung kembali.

Sekarang ia cukup memikirkan bagaimana caranya membujuk Doyoung agar memaafkannya.

"Jagoan, apa kau terluka? Maafkan appa yah," sesal Jaehyun berbicara pada perut besar Doyoung.

Dan mengusapnya lembut seperti biasa ia lakukan setiap saat bersama Doyoung.

..

Waktu menunjukkan, bahwa hari telah berganti menjadi cahaya senjanya dari balik gorden kamar yang sedikit terbuka itu.

Jaehyun yang daritadi tidak tidur karena posisinya yang kurang mengenakkan panik ketika Doyoung mulai menggeliat di dalam pelukannya.

Pria itu menelan ludahnya kasar.

Doyoung yang baru saja bangun dari tidur nyenyaknya meringis pelan.

"Ada apa?"tanya Jaehyun takut-takut.

Wanita itu menatap kaget kearah Jaehyun yang masih memeluknya.

"Apa perutmu masih sakit?" Tanya Jaehyun lagi yang kembali mengelus perut buncit istrinya seperti tadi.

Doyoung menggeleng lemah, ia masih mengumpulkan nyawanya kembali jadi ia belum memiliki tenaga untuk menolak Jaehyun ataupun marah-marah seperti tadi walaupun ia tidak berencana melakukan itu.

Wanita cantik itu menatap ke arah Jaehyun yang memejamkan matanya, pria itu mengantuk tapi ia tidak bisa tidur karena khawatir dengan istrinya.

Tapi setelah melihat Doyoung bangun dengan baik, Jaehyun rasa ia tidak perlu se-khawatir tadi.

Sedangkan Doyoung yang melihat cekungan di bawah mata dan rahang Jaehyun yang mengurus, mengusap kepala Jaehyun perlahan.

Suaminya ini pasti sama tersiksanya seperti dirinya melihat Jaehyun yang terlihat tidak baik saja seperti biasanya kecuali tampannya yang tetap menyilaukan.

Doyoung lalu membalas pelukan Jaehyun dan menempelkan tubuh telanjangnya pada Jaehyun yang sama telanjangnya di balik selimut.

"Maafkan aku Jaehyun," ucap Doyoung pelan.

Jaehyun yang mendengarnya langsung membuka matanya kembali dan menatap Doyoung tidak percaya.

"Apa kau masih belum sadar? Apa kau masih bermimpi?" Tanya Jaehyun panik.

Doyoung menggeleng pelan.

Wanita itu merubah posisinya menjadi menyamping menghadap ke arah Jaehyun.

Doyoung lalu menarik Jaehyun kedalam pelukannya dan mengelus kepala Jaehyun lembut.

"Sayang kau kenapa?" Tanya Jaehyun cemas dari sela payudara istrinya.

Apa Doyoung akan meminta cerai darinya? Oh tuhan! Jangan sampai.

"Sayang aku benar-benar minta maaf, kau benar! aku salah tapi kumohon jangan seperti ini," panik Jaehyun takut.

Pria itu mencoba menjauhkan wajahnya dari dada sintal sang istri tapi Doyoung menahannya.

Apa Doyoung ingin membunuhnya dengan menggunakan bongkahan kenyal ini?

"Tepat! Kau sangat dan memang salah Jaehyun," ucap Doyoung justru membuat Jaehyun semakin cemas.

"Karena itu aku benar-benar minta maaf, maaf karena memaksamu dan tidak merubah diriku tapi kumohon jangan minta cerai dariku yah, aku akan melakukan apa saja yang kau pinta," Mohon Jaehyun yang berusaha keras mendongkakkan kepalanya untuk menatap Doyoung.

"Jaehyun kau ini kenapa sih! Kalau tidak mau kupeluk yasudah!" Kesal Doyoung menjauhkan wajah Jaehyun darinya.

Jaehyun dengan sigap menempelkan kembali kepalanya di dada sang istri seperti sebelumnya.

"Kalau begitu maafkan aku," pinta Jaehyun memohon.

Doyoung yang sudah bosan dengan maaf Jaehyun hanya diam dan mendecak kesal.

"Apa kau memaafkan ku?" Tanya Jaehyun lagi membuat Doyoung semakin jengah.

"Ya kau pikir saja sendiri! Jika aku sudah seperti ini artinya apa!" Marah Doyoung pada Jaehyun.

"Aku kan tidak tahu jika kau tidak mengatakannya, bisa saja ini sebagai salam perpisahan mu untukku," gumam Jaehyun.

"Jadi kau ingin pisah dariku?" Tanya Doyoung sedih dan Jaehyun segera menggelengkan kepalanya cepat dengan wajah memelasnya layaknya anak anjing kecil.

"Kalau begitu apa yang harusnya kau katakan padaku?"

"Aku mencintaimu?" Jawab Jaehyun menebak.

Doyoung tersenyum lalu menjawab, "Aku juga mencintaimu Jaehyun," dengan suara Doyoung yang terdengar merdu di telinga Jaehyun.

"Jangan melakukannya lagi! Kau tahu itu salah tapi kau memaksaku, kau terlihat mengerikan tadi," omel Doyoung sembari memijat pelan pelipis Jaehyun.

"Aku tahu," cicit Jaehyun layaknya anak kecil.

"Jadi kita berbaikan kan?" Tanya Jaehyun was-was memastikan.

"Hmmm, sebelum itu katakan padaku siapa yang lebih baik, aku atau wanita itu?" Tanya Doyoung balik.

Jaehyun segera menjauhkan wajahnya dan bangkit.

"Kau! Tentu saja Doyoungku yang terbaik, lagipula aku tidak melakukan apapun dengannya," jawab Jaehyun pasti.

Doyoung tertawa pelan.

"Aku tahu, Lucas sudah menjelaskannya berkali-kali, aku hanya memastikan saja," balas Doyoung dan menarik Jaehyun kembali kedalam pelukannya.

"Tapi–" ucap Doyoung menggantung.

"Tapi kenapa?" Was-was Jaehyun, ia tidak tahu dengan mood Doyoung yang bisa berubah kapan saja.

"Dimana wanita itu menciummu?" Tanya Doyoung tidak suka.

Jaehyun menunjuk pipi kirinya yang langsung dihadiahi kecupan berkali dari Doyoung.

"Aku tidak menyukainya! Tidak boleh ada wanita lain yang melakukan ini selain aku, ibumu, ibuku–mungkin jika ayahku mengizinkan, anak kita, nenekmu, adikku Haechan, dan–"

Doyoung berpikir sejenak, memiringkan kepalanya, yang terlihat sangat menggemaskan bagi Jaehyun.

"Entahlah, pokoknya jangan! Dan selalu berkata jujur padaku! Aku paling benci dibohongi!" Tambah Doyoung memicingkan matanya pada Jaehyun.

"Aku mengerti," jawab Jaehyun singkat yang memeluk istrinya erat.

"Aku juga minta maaf," lanjut Doyoung menyesal.

Jaehyun menggelengkan kepalanya, apa yang ingin Doyoung minta maafkan dari dirinya.

"Kau tidak salah sayang, tidak apa," ucap Jaehyun menciumi bahu Doyoung yang terluka.

"Tidak Jaehyun, aku sudah salah karena pergi begitu saja dan tidak bersikap dewasa dengan bersembunyi dibalik orang tuaku–"

"Dan maaf karena telah membuatmu cemburu, maaf karena tidak mengetahuinya."

"Aku janji akan menjaga jarak dari Johnny," jelas Doyoung membuat Jaehyun menatapnya penuh harap.

"Benarkah?"

Wanita itu mengangguk pasti.

"Iya Jaehyun, juga–"

"–jikalau masalah ini berakhir dengan kemungkinan terburuk, percayalah padaku, aku tidak akan bisa membuka hatiku pada pria lain seperti aku melakukannya padamu, jadi jangan pernah berkata seperti itu lagi, hanya kau satu-satunya pria yang boleh menyentuhku karena aku mencintaimu," sambungnya yakin.

Doyoung hanya ingin Jaehyun tahu bahwa ialah yang sudah berhasil menang atas dirinya.

Jaehyun yang kelewat senang dengan pengakuan Doyoung tidak tahu harus berkata apa langsung menyambar bibir istrinya dan melumatnya pelan, tak lupa menyematkan kata cinta di setiap ciumannya.

Ciuman lembut yang berubah menjadi panas ketika Doyoung mulai membalasi kecupan dan hisapan Jaehyun.

Hanya bunyi decapan dan kecupan yang terdengar dari kamar tersebut.

Sebelum tangan nakal Jaehyun yang tadinya meraba sang istri dengan sangat tidak sopan menjauh begitu mengingat apa yang ia lakukan tadi.

"Maafkan aku," sesal Jaehyun yang hampir kelepasan.

Doyoung menggeleng pelan, wanita itu menarik Jaehyun kembali dan meraup bibir tebal Jaehyun yang masih basah.

Tangannya memijat tengkuk Jaehyun menggoda sementara Jaehyun bertumpu agar tidak menindih perut besar istrinya.

Jaehyun menyukainya ketika bibir tipis Doyoung meraup bibirnya penuh nafsu dengan lidahnya yang malu-malu tapi menggoda, ia tidak tahu bahwa istrinya sudah se-ahli ini dalam berciuman.

Hingga Doyoung melepas ciumannya begitu dirasa dirinya memerlukan jeda untuk bernafas.

Selagi Doyoung menarik nafas sebanyak yang ia bisa, Jaehyun hanya memandangi istrinya yang terlihat sangat cantik seperti biasanya.

"Aku merindukanmu," bisik Jaehyun pelan sembari membersihkan saliva yang entah itu miliknya atau Doyoung membasahi ujung bibir wanitanya ini.

Doyoung tersenyum.

"Aku juga! Aku sangat merindukanmu, begitu juga dengan Jeno," balas Doyoung yang memeluk Jaehyun.

Sementara Jaehyun hanya tersenyum sebelum ia menyadari suatu hal.

"Tidak, Tunggu, Jeno? Jeno teman Haechan?" Tanya Jaehyun bingung.

Doyoung menggeleng dengan polosnya.

"Jeno kita Jaehyun, ia juga merindukanmu," ucap Doyoung penuh bangga mengusap perutnya.

"Maksudmu baby?"

Doyoung mengiyakan Jaehyun dengan penuh antusias.

"Ba–bagaimana dengan Youngjae kita?" Tanya Jaehyun kelabakan.

Wanita itu segera menggelengkan kepalanya.

"Untuk adiknya saja nanti," balas Doyoung enteng.

Jaehyun tercengang mendengarnya, dia senang sih Doyoung sudah memiliki niat untuk memberinya bayi lain tapi ini di luar ekspetasinya.

"Ta–tapi kalau setelah ini bayinya perempuan bagaimana?"

"Yasudah untuk adiknya lagi saja nanti."

Doyoung masih menjawab dengan sangat enteng seolah-olah bukanlah apa-apa.

"Bagaimana kalau kita hanya punya dua anak?"

"Apa kau sepayah itu Jaehyun?" Tanya Doyoung tidak percaya, percuma saja punya stamina lebih kalau mudah menyerah, sia-sia!

"Bukan aku! Tapi kau Doyoung, kau bukan kucing yang bisa langsung beranak banyak,"

Doyoung yang baru mengerti dengan maksud Jaehyun hanya ber-oh ria dengan merdunya.

"Oh~ yasudah sih, untuk cucu kita nanti saja," jawab Doyoung yang masih sesuka hatinya seperti tadi.

Jaehyun sweatdrop mendengarnya, satu saja belum lahir sudah memikirkan cucu, memangnya sudah sejauh apa Doyoung membayangkannya.

"Jadi namanya Jeno? Bukan Youngjae?" Tanya Jaehyun memastikan.

"Iya! Jeno, nama bayiku Jeno dan harus Jeno titik!" Jawab Doyoung penuh penekanan.

Jaehyun yang mendengarnya mendecak sebal.

"Iya bayimu, kau buat sendiri memang," gerutu Jaehyun mengingat Doyoung menentukan nama bayi mereka yang melenceng jauh dari rencana awal tanpa bertanya padanya padahal mereka sudah menyiapkannya.


"Apa kau bilang?" Tanya Doyoung menarik Jaehyun menjauh.

Pria itu hanya menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada Doyoung.

"Tidak sayang tidak ada, apapun yang kau pilih aku pasti suka," balas Jaehyun mengalah dengan senyum terpaksa.

"Yeay," sorak riang Doyoung mendekap suaminya, kembali menikmati hangat tubuh satu sama lain.

Wanita itu lalu membuka suaranya lagi.

"Ngomong-ngomong ini dimana Jaehyun?" Tanya Doyoung ingin tahu, membuat Jaehyun mengalihkan fokusnya dari acara mari menghisap dada istriku yang menggemaskan ini.

"Apartemenku, bagus kan? Untuk kita nanti," jawab Jaehyun singkat yang kembali pada aktifitas sebelumnya.

Doyoung yang geli dengan Jaehyun yang kembali menghisap putingnya menjambak Jaehyun agar menghentikannya.

"Hentikan Jae–akh" jeritnya kesakitan karena Jaehyun yang gemas malah menggigitnya.

"Jangan digigit Jaehyun! Kau bukan bayi," kesal Doyoung meringis.

Apa suaminya ini punya kelainan? Yaitu hobi menggigit tubuhnya?.

"Sebelum aku berbagi dengan Jeno nanti jadi aku harus menandaimu sebanyak mungkin terlebih dulu," balas Jaehyun yang sudah seperti biasa.

Doyoung hanya memutar matanya malas.

"Kalau ini punyamu kenapa kita tidak tinggal disini saja?" Tanya Doyoung lagi yang masih ingin tahu.

"Itu tidak mungkin sayangku, Baru menikah dan membawamu tinggal disini? Bisa-bisa aku dibantai oleh mertua kesayanganmu itu," jelas Jaehyun menyindir ibunya sendiri kemudian mencuri sebuah kecupan dari bibir Doyoung.

Ah~ ngomong-ngomong tentang mertuanya, ia baru ingat dirinya tadi meninggalkan temannya Jisoo sendirian dan lupa mengabarinya.

Dengan sangat sopannya Doyoung menyuruh Jaehyun.

"Jaehyun sayang, tolong ambilkan ponselku bisa?" Mohon Doyoung lembut pada Jaehyun untuk mengambilkan ponselnya yang berada di dompetnya dengan mata yang berbinar penuh harap.

Jaehyun sejujurnya malas untuk bergerak, ia tidak ingin menjauh dari Doyoung tapi mendengar wanitanya ini memintanya, Jaehyun juga tidak bisa menolaknya.

"Ini," pria itu menyerahkan dompet yang sebenarnya adalah tas kecil dengan tali yang sudah dilepas oleh Doyoung.

Doyoung lalu mengirimkan pesan pada Jisoo untuk mengabari temannya itu sementara Jaehyun kembali memeluk istrinya seperti tadi.

"Apa kita akan pulang? Atau tidak?" Tanya Doyoung menatap Jaehyun di sampingnya.

"Memangnya kenapa?" Balas Jaehyun bertanya yang sedang memeluk perut buncit Doyoung penuh cinta.

"Tentu saja aku ingin mengabari orang tuaku sayang," geram Doyoung mencubit pipi Jaehyun.

"Ah iya aku lupa hehe."

Jaehyun lupa bahwa Doyoung sedang tinggal bersama orang tuanya, "Kau sendiri bagaimana? Mau pulang ke tempat orang tuamu atau orang tuaku?" Tanyanya lagi.

Sebenarnya ia tidak masalah untuk pulang kemanapun asalkan bersama Doyoung, hingga terlintas sebuah ide yang sudah ia rencanakan dari tadi.

"Atau kau mau kita menginap disini saja? Kau tahukan kita sedang butuh untuk berbicara berdua tanpa diganggu dan juga–"

"–aku merindukanmu," tawar Jaehyun dengan kerlingan nakalnya serta tangan yang kembali meraba tubuh polos istrinya.

Doyoung mengedipkan matanya berkali-kali.

"Memangnya tidak apa?" Tanya Doyoung memastikan.

Jaehyun menganggukkan kepalanya mengiyakan.

Istri cantiknya itu tampak berpikir keras.

"Kalau tidak mau jangan dipaksakan."

"Tidak-tidak! aku mau kok, tapi aku harus bilang apa pada ibuku?" Bingung Doyoung layaknya perawan kemarin sore yang diajak menginap oleh kekasihnya.

Jaehyun diam sejenak. Lalu berkata, "kalau kau mau berbohong, ya katakan saja kita di rumah orang tuaku, tapi kalau tidak yasudah nanti malam kita pulang ketempat orang tuamu," jelas Jaehyun yang diakhiri dengan sedikit kekecewaan.

Doyoung menimang-nimang perkataan Jaehyun sebelum menjawab, "baiklah," yang kemudian langsung mengirim pesan pada ibunya.

Sedangkan Jaehyun bersorak riang dalam hati. Ia yang tadinya berbaring di sebelah Doyoung justru merangkak ke atas tubuh istrinya.

Doyoung membiarkan saja Jaehyun yang berulah dan tetap fokus pada ponsel genggamnya, mengabari ibunya bahwa dirinya bersama sang suami.

Ia lalu meletakkan tangannya pada bahu Jaehyun selagi pria itu menciumi lehernya.

Sebelum Doyoung merasakan sesuatu yang keras menyentuh pahanya karena Jaehyun menarik tubuhnya.

"Jaehyun kau mau apa?" Tanya Doyoung yang kini beralih menatap Jaehyun.

Bukannya menjawab Jaehyun justru membungkamnya dengan mencium Doyoung lagi dan mengulum bibirnya.

Wanita itu menahan pinggul Jaehyun agar tidak menyentuhnya dan menggelengkan kepalanya.

"Kita sudah melakukannya tadi."

"Tapi aku masih mau."

"Tidak sayang, tubuhku sakit dan masih ada banyak waktu untuk melakukannya nanti," tolak Doyoung.

Iya banyak, tapi yang tanpa di ganggu itu sangat jarang, rutuk Jaehyun dalam hati.

"Ayolah," pinta Jaehyun menggoda.

Doyoung tetap menolaknya.

"Tidak Jaehyun, aku ingin mandi lalu makan, aku lapar, baby butuh nutrisi setelah kerja ekstra tadi siang karenamu," jelas Doyoung.

"Lagipula, apa kau tidak mengabari orang tuamu?" Tanya wanita itu.

"Sudah dari tadi," jawab Jaehyun yang di balas dengan -oh- singkat dari istrinya.

Wah, yang seperti ini saja cepat, batin Doyoung.

"Jadi?" Tanya Jaehyun menggantung penuh harap.

Doyoung hanya menggelengkan kepalanya dan mengecup bibir Jaehyun.

"Nanti malam lagi saja yah, sekarang pelukan saja mau?" Tanya Doyoung balik sembari memeluk Jaehyun setelah meletakkan ponselnya.

Jaehyun mengangguk pasrah.

Doyoung tersenyum melihat Jaehyun yang menurut padanya lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Jaehyun sementara pria itu terpaksa menurutinya.

Menikmati waktu mereka untuk melepas rindu.


...


Di kediaman orang tua Jaehyun, Ibu Jaehyun segera menyambut menantunya yang ia rindukan.

Dua minggu tanpa Doyoung membuat rumahnya terasa sepi.

Wanita itu terus memeluk menantunya yang tengah hamil besar itu sembari menatap galak ke arah Jaehyun yang kini duduk di lantai dengan kedua tangannya yang di angkat karena dihukum oleh sang ibu.

Doyoung menatap suaminya malang, tapi ia juga tidak bisa menolongnya.

"Doyoung juga rindu eomma," ucap Doyoung sambil memeluk mertuanya.

"Eomma benar-benar takut jika kau tidak akan kembali lagi, setiap hari rasanya eomma benar-benar ingin segera membawamu pulang kesini," sedih sang mertua.

"Tapi anak nakal ini! Ia hanya sibuk bekerja bukannya bertanggung jawab dengan perbuatannya," sambungnya memarahi Jaehyun.

Jaehyun hanya mendesah berat, hilang sudah kerennya di depan Doyoung karena ibunya ini.

Doyoung yang tidak tega Jaehyun disalahkan segera menghentikan mertuanya yang memarahi Jaehyun.

"Eomma, Jaehyun tidak salah, aku yang menolak bertemu dengannya," jelas Doyoung membela suaminya.

"Benarkah?"

Wanita hamil itu mengangguk pasti.

"Baiklah, setidaknya kalian sudah berbaikan, eomma jadi bisa tenang sekarang," balas ibu Jaehyun yang kembali memeluk Doyoung.

"Ngomong-ngomong kenapa suaramu serak sekali Doyoung?" Tanya mertuanya.

Doyoung memucat seketika.

"I–itu karena aku–"

Doyoung melirik Jaehyun meminta bantuan, dan Jaehyun yang peka dengan cepat menjawab.

"Menangis!"

"Iya! Menangis–"

"–aku menangis sepanjangan tadi malam eomma jadinya suaraku seperti ini," ucap Doyoung yang berpura-pura kesakitan memegang leher depannya.

Ibu Jaehyun yang mendengarnya merasa sedih dengan apa yang dialami menantunya.

"Memang dasar! Anakku ini tidak tahu diri, susah membuat masalah ia juga membuat menantu cantikku menangis hingga suara indahnya hilang."

"Tapi tenang saja Doyoung, eomma akan menghukum Jaehyun untukmu," ucapnya pasti penuh keyakinan.

Sementara Doyoung hanya tersenyum kaku dan memohon ampun karena berbohong.

Mana ada suaranya hilang karena menangis, iya sih dirinya menangis tapi selebihnya karena ulah Jaehyun yang membuatnya mendesah sepanjang malam.

"Yasudah kalau begitu kau istirahat saja lagi, setelahnya kita makan malam bersama bagaimana? Eomma akan mengajak orang tuamu juga," ucap ibu Jaehyun memerintah.

Mendengar orang tuanya disebut Doyoung menawarkan diri untuk menghubungi mereka.

Gawat jika sampai ibu Jaehyun menelfon ibunya dan menanyakan keadaan Doyoung ketika di rumah orang tuanya, bisa ketahuan bohongnya.

"Biar aku saja eomma yang memberi tahu, aku yakin eommaku sudah rindu lagi denganku," tawar Doyoung dengan senyum manisnya.

"Baiklah kalau begitu, kau segera hubungi ibumu dan beristirahatlah, eomma masih harus menghukum Jaehyun,"

Jaehyun yang daritadi diam menegang ketika ibunya mengusir Doyoung untuk beristirahat sementara dirinya masih harus tinggal di ruang keluarga bersama sang ibu.

"Eommaaa," rengek Jaehyun tidak terima.

Pria itu memelas menatap kearah Doyoung yang meninggalkannya meminta bantuan.

Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya dan menggerakkan bibirnya mengucap kata maaf karena tidak bisa menolong Jaehyun.

Jaehyun menangis dalam hati, Kenapa ibunya ini pilih kasih sekali sih!

...

Doyoung yang berada di kamar segera mengganti pakaiannya, beruntung ibu mertuanya itu tidak menyadari jikalau Doyoung memakai baju yang baru saja di beli.

Tentu saja! Dressnya kemarin sudah tidak layak pakai karena di buka paksa oleh suami tidak sopannya itu.

Wanita itu lalu menelfon ibunya dan memberi tahu bahwa besannya ini  mengajak makan malam yang diterima dengan senang hati oleh sang ibu.

Selagi Doyoung mengabari ibunya dengan sedikit berbohong, ia menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama sang ibu.

Mendudukkan tubuh hamilnya di atas sofa sembari menatap taman milik ibu Jaehyun melalui jendela.

"Kau yakin masalahmu dengan Jaehyun sudah beres?"

Tanya sang ibu dari seberang telfon.

"Iya eomma, Jangan khawatir, aku dan Jaehyun sudah berbaikan"

"Yasudah, eomma hanya tidak ingin kau sedih lagi"

"Tenang saja eomma, aku janji tidak akan seperti kemarin lagi"

"Baiklah, eomma mengerti, Doyoungnya eomma kan sudah dewasa"

"Hehe iyaa kan, mau jadi ibu sebentar lagi"

"Haha iya sayangku, jadi ketemu nanti malam yah?"

"Ne!!! Dan katakan pada appa jangan pakai baju aneh! Doyoung tidak mau appa kalah tampan oleh Jung appa dan Jaehyun"

"Perhatian sekali dengan ayahmu,"

Bukannya perhatian, Doyoung tidak ingin malu dengan tingkah absurd ayahnya jadi ia harus mewanti-wanti ibunya.

Doyoung yang fokus dengan telfonnya belum menyadari Jaehyun yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Jaehyun yang mendapati istrinya duduk santai, menghampiri wanita itu dan langsung memeluknya dengan wajah murung khas baru dimarahi miliknya.

"Eomma sudah dulu ya, ketemu nanti malam, Doyoung sayang eomma, bye" pamit Doyoung langsung mematikan telfonnya.

Doyoung lalu beralih pada Jaehyun yang bersandar pada bahunya.

"Ada apa sayangku?" Tanya Doyoung mengelus kepala Jaehyun yang berada di pundaknya.

Suaminya hanya menggelengkan kepalanya layaknya anak kecil membuat Doyoung menghela nafas panjang.

Kalau Jaehyun seperti ini siapa yang repot? Tentu saja dirinya, Doyoung tidak tahu bahwa Jaehyun yang keren bisa hilang kerennya karena sang ibu.

Wanita hamil itu mengecup pipi putih suaminya, lalu membawa Jaehyun kedalam pelukannya.

"Apa Jaehyun mau tidur? Jaehyun belum tidur dari semalam kan?" Tanya Doyoung menawarkan.

Jaehyun mengangguk mengiyakan, ia hanya tidur sebentar tadi pagi dan siangnya sudah harus bangun karena Doyoung yang tetap ingin menemui Taeil karena mereka bercinta semalaman walaupun kondisinya baik-baik saja.

Doyoung lalu menyuruhnya untuk segera mengganti pakaiannya dan tidur mengingat suaminya membolos dari kantor. Lagipula ini sudah lewat jam kerjanya dan Jaehyun bos jadi kenapa suaminya harus susah payah, kan ada Lucas yang serba guna.

Doyoung baru akan beranjak untuk ke kamar mandi tapi Jaehyun menahannya.

"Kenapa?" Tanya Doyoung bingung.

Jaehyun hanya diam dan menarik tangan Doyoung, Pria itu lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Cincin.

Ah, Doyoung lupa, ia melepas cincinnya ketika bertengkar kemarin.

Jaehyun menatap Doyoung seolah meminta izin, dan wanita itu mengizinkannya.

Cincin emas berwarna putih dengan hiasan berlian kecil di atasnya, berdesain simple tetapi elegan, cincin selalu terlihat sangat cantik di tangan istrinya ini.

Jaehyun tersenyum puas setelah memasangkan cincin istrinya.

Pria itu lalu mencium tangan Doyoung dan memeluk wanitanya.

"Aku mencintaimu, jangan pergi lagi," bisik Jaehyun yang tidak bosan mengucapkan kata cintanya.

Doyoung yang sama seperti dirinya malah terpesona melihat bagaimana Jaehyun bisa merubah moodnya secara drastis karena dirinya.

Dengan wajahnya yang memerah begitu menyadari Jaehyun yang terlihat tampan dan juga–

Seksi.

Doyoung melingkarkan tangannya di leher Jaehyun dan tersenyum kembali.

"Kau tampan sekali Jaehyun," puji Doyoung.

Membuat Jaehyun tersenyum semakin lebar dan tertawa.

Kemana wanita yang dulu menatapnya saja tidak mau, dan setiap di dekati malah menghindar dan ketakutan.

Siapa sangka Doyoung akan membalas perasaannya.

"Dan aku juga mencintaimu," tambah Doyoung lalu meraih bibir Jaehyun.

Menghisap bibir tebal Jaehyun yang sudah menjamah seluruh tubuhnya.

Ciuman lembut nan menggoda ala Doyoung yang selalu membuat Jaehyun mabuk kepayang.

"Sudah cukup, kau harus tidur, kita sudah melakukannya semalaman dan aku tidak memiliki tenaga lebih untuk melayanimu lagi," cegah Doyoung begitu selesai acara ciuman mereka.

Wanita itu segera menjauhkan tubuhnya dari Jaehyun yang mulai menyentuhnya nakal.

"Kau mau kemana?" Tanya Jaehyun yang baru saja memakai kaosnya menahan istrinya.

"Tentu saja membantu eomma sayang," jawab Doyoung mengelus pipi Jaehyun yang sudah mengganti pakaiannya.

Doyoung kagum, ia baru sadar bahwa Jaehyun tetap terlihat tampan hanya dengan kaos oblong dan celana tidurnya.

"Temani aku," Pinta Jaehyun dengan wajah memohonnya yang lucu.

Doyoung tertawa, bagaimana bisa pria yang biasanya terlihat dingin dan keren bisa bertingkah manja dan menggemaskan seperti ini.

Dan siapa sangka sebentar lagi pria ini juga akan menjadi ayah dari bayi yang ia kandung.

Doyoung mengangguk dan segera menarik suaminya untuk berbaring di atas ranjang dengan Jaehyun memeluknya dan meletakkan kepalanya di antara perut dan dadanya.

Modus sekali, pikir Doyoung.

Tapi wanita itu tetap membiarkannya dan mengusap Jaehyun sayang. Jari-jari lentiknya menyisiri rambut tebal Jaehyun yang halus sebelum dirinya sadar bahwa Jaehyun menarik bajunya.

"Jaehyun! Bukankah kau bilang hanya ingin tidur," ucap Doyoung menahan emosinya.

"Iya, aku tahu,"

"Lalu apa yang kau lakukan sayang?" Geram Doyoung dengan tangan usil suaminya ini.

"Tidak ada, hanya ingin mempercepat tidurku,"

"Apa-apaan itu," kesal Doyoung.

Wanita itu mencubit Jaehyun gemas lalu berkata, "tapi Jaehyun, kalau dipikir-pikir sebaiknya kau jangan tidur sepertinya," sambungnya berbicara lagi.

Jaehyun mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa?" Tanya Jaehyun.

"Jika kau tidur sekarang aku mungkin tidak akan tidur lagi nanti malam," jawab Doyoung ngeri.

Pria itu tertawa dengan jawaban sang istri.

"Yah itu tergantung kaunya sih," balas Jaehyun menggoda.

Doyoung yang sangat mengerti dengan maksud Jaehyun mendorong dahi Jaehyun yang menempel padanya.

"Huh dasar!"

Wanita itu segera menjauhkan Jaehyun darinya dan berangkat dari atas kasur.

"Sayang mau kemana," panggil Jaehyun manja.

"Mau turun saja! Aku sudah istirahat tadi."

"Tapi akukan belum, temani dulu yaa," pinta Jaehyun penuh harap.

Doyoung tetap menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku sudah bosan seharian bersamamu kemarin,"

"Lagipula aku ingin tidur tenang malam ini jadi, bye!" Pamit Doyoung yang langsung menutup pintu kamar dan meninggalkan Jaehyun sendirian yang kini terlihat menyedihkan.

...


Malamnya, makan malam di kediaman keluarga Jung terasa sangat heboh dengan kedatangan keluarga sang besan.

Belum lagi dengan adanya Jeno yang muncul karena dipaksa oleh Doyoung untuk datang.

Bisa dibayangkan seberapa meriah kedua keluarga itu mengadakan acara makan malam hanya untuk merayakan Doyoung dan Jaehyun yang berbaikan.

Menikmati acara makan malam mereka penuh dengan gelak tawa.

Jaehyun hanya bisa pasrah dikelilingi oleh orang tuanya sementara Doyoung yang berada di seberangnya dengan santainya memanjakan Jeno yang notabenenya tamu diluar dugaan.

Jaehyun kan juga mau duduk di samping istrinya!

Kenapa jadi remaja ingusan itu yang kini dipeluk oleh istrinya.

"Jadi Doyoung, kau benar-benar akan menamai anakmu Jeno?" Tanya Ibu Jaehyun yang masih penasaran.

"Iya eomma, tidak apa kan? Doyoung sangat menyukai Jeno, Doyoung bahkan menawarkannya untuk jadi anak angkat kami tapi Jeno menolaknya," sedih Doyoung berpura-pura yang mulai menirukan gaya sang mertua.

"Haha! Jangan lakukan itu Doyoung, Donghae bisa menangis padaku jika kau melakukannya," celetuk ayah mertuanya yang disetujui dengan tawa dari ayahnya.

Ibu Jaehyun yang mendengar suaminya mengolok temannya segera memukulnya dan memarahi sang suami yang masih tertawa.

"Luas sekali tawamu! Begitu-begitu istrinya adalah sepupumu bagaimana bisa kau menertawakannya,"

"Eh?" Doyoung dan Jeno yang mendengarnya menatap kedua orang tua tersbut tak percaya.

"Doyoung tidak tahu?" Tanya sang mertua, Doyoung menganggukkan kepalanya.

"Jeno juga?" Tanya pria itu lagi, dan remaja laki-laki itu menjawab sama.

"Ibu Jeno adalah sepupuku, jadi secara teknis Jaehyun dan Jeno adalah sepupu jauh," jelas ayah Jaehyun membuat wanita itu takjub.

"Heol daebak! Pantas saja Jeno terlihat mirip Jaehyun, ternyata memang memiliki sumber yang sama," ucap Doyoung membuat semuanya tertawa.

Nyonya Jung lalu kembali membuka suaranya dan berkata, "Tapi syukurlah, eomma benar-benar bahagia kalian sudah berbaikan, mengingat Doyoung sebentar lagi melahirkan, eomma khawatir jika masalah kalian berlarut," ucapnya penuh kekhawatiran.

"Tapi begitu Jaehyun bilang bahwa ia tidak akan pulang karena sedang bersamamu dan akan menginap di rumah orang tuamu benar-benar membuat eomma bernafas lega karena kalian sudah bersama lagi," tutur Ibu Jaehyun lega disetujui oleh semuanya yang belum sadar kecuali Haechan yang selalu on point menjatuhkan saudaranya dan Jeno yang tidak tahu-menahu diikuti Doyoung dan Jaehyun yang kini memucat.

"Hah? Tapi ahjumma, Doyoung eonni dan Jaehyun oppa tidak di rumah kami kemarin, eonni malah bilang ia kembali ke sini," jelas Haechan membenarkan dengan wajah polos tak bersalahnya.

Doyoung yang mendengarnya menatap horor ke arah sang adik.

Haechan yang merasa dilirik sang kakak bertanya, "apa?" Dengan judesnya.

Sedangkan ibunya dan ibu Jaehyun yang masih memproses perkataan Haechan terdiam begitu saja.

Para suami yang sedang makan tersedak menjatuhkan alat makan yang ada mereka pegang dan langsung menghentikan makan mereka. Kedua pria itu hanya bisa menatap ke arah anak-anak mereka kasihan dan tak percaya.

'wah payah sekali mereka ini' batin Ayah Jaehyun dan Doyoung yang berpikiran sama.

Sementara Jeno hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali, menyadari bahwa dirinya akan mendengar keributan setelah ini.

"Haechan sayang bilang apa? Siapa yang ke sini kemarin malam?"

"Doyoung eonni dan Jaehyun oppa," ulang Haechan dengan girangnya.

Doyoung hanya bisa merutuki sang adik dalam hati dan tingkah sok polosnya.

Jaehyun yang sama paniknya menelan ludahnya kasar dan menatap Doyoung untuk meminta bantuan.

Doyoung hanya bisa menunduk karena malu dan ngeri, malu karena ketahuan berbohong dan ngeri karena ibunya kini menatap tajam ke arahnya.

Semua orang tahu ibunya itu sangat baik tapi sangat mengerikan ketika marah.

"Kim Doyoung–" ibunya memanggil nama lengkapnya tentu membuat Doyoung panik.

Wanita hamil itu segera menghadap ke arah ibunya dan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya seolah menyembah sang ibu beserta mertuanya.

"Eomma, Doyoung tidak bermaksud berbohong, tapi Jaehyun yang mengajak Doyoung untuk menginap di tempat lain," ucap Doyoung menyalahkan suaminya.

Jaehyun yang mendengar tuduhan istrinya terkejut dengan Doyoung yang mengkhianatinya, bagaimana bisa Doyoung menumpahkan semua kesalahan padanya.

Ya, dia sadar dirinya yang mengajak Doyoung untuk menginap di luar, tapikan Doyoung juga mau-mau saja tapi kenapa jadi dirinya sendiri yang salah.

Jaehyun baru akan memprotes sebelum ibunya sudah terlebih dahulu memanggilnya dengan nama lengkap.

"Sa–"

"Jung Yunooo!" Pekik sang ibu penuh amarah.

Ayahnya yang mendengar itu hanya bisa berdoa untuk keselamatan sang putra.

"Kemana kau membawa istrimu yang sedang hamil besar ini hah! Pantas saja muncul-muncul suaranya serak, apa yang kau lakukan dasar anak nakal!" Tambah ibunya yang kini mulai memukuli tubuhnya.

Jaehyun hanya bisa pasrah dan menatap putus asa ke arah Doyoung yang merasa bersalah.

'maafkan aku jae' ucap Doyoung tanpa suara ke arah suaminya itu.

"Oh tuhan! Yuno!" Geramnya tertahan.

"Istrimu sedang hamil tapi kau sempat-sempatnya berpikir untuk menidurinya, kau bahkan mengajarinya untuk berbohong, astaga anakku!" Marah ibunya menjewer Jaehyun.

"Kalian baru berbaikan dan hal pertama yang kau lakukan adalah itu," tambahnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.

Ayah Jaehyun dan Doyoung yang tahu dengan bencana yang sedang terjadi di sana segera membawa Jeno dan Haechan pindah dari meja makan untuk menjauh.

Meninggalkan sepasang suami istri yang sedang dimarahi oleh ibu mereka masing-masing.

"Mari kita doakan agar mereka berdua baik-baik saja setelah ini," ucap ayah Jaehyun yang kasian sekaligus geli.

Ia lalu menatap ke arah ayah Doyoung dan berkata.

"Maafkan aku Junmyeon karena anakku payah sekali," tuturnya putus asa.

"Haha hyung, sepertinya ilmu mu tidak turun padanya," balas ayah Doyoung yang justru tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Haechan hanya tertawa jahat di dalam hati dengan senyum mengerikannya.

Dan Jeno? Ia hanya ingin pulang saja, ia sudah tidak sanggup dengan keluarga tidak jelas ini.

Siapapun tolong antar Jeno pulang sekarang juga. Jerit Jeno dalam hati meratapi nasib.

•••

#HappyJaehyunDay

Gimana ? Special update buat ultahnya Jaehyun kita yang sebentar lagi debut jadi aktor?
Puas? Puas lah ya /maksa/ haha. Ga deng lupain, pokoknya dukung terus Jaehyun dan Doyoung yaa NCTnya juga

Dan sekali lagi aku ucapin makasih buat yang udah baca cerita ini, akutuh ga nyangka cerita iseng yang sempet kukira flop ini bakal rame/terharu/

Lupakan, bacot banget akunya huhu, pokoknya makasih dan selamat menikmati, plus jangan lupa vote komen dan follow kalo belum follow yaa hehe(づ ̄ ³ ̄)づ

Maafkan typo(s)nya yaaa

Eh tapi nih ya mau tanya, kalian maunya Jeno apa Youngjae a.k.a Eric theboyz?

Soalnya diawal aku mau oc aja pake nama gabungan Doy ama Jae karena Jeno kan udah ada, tapi keinget kalo di de bois ada yang mirip Jeno iseng ku cari deh, eh ternyata nama aslinya Eric tuh Youngjae /payah sekali diriku ini/ ༎ຶ‿༎ຶ

kaya bisa pas banget gitu, udah muka mirip Jeno namanya cocok pula jadi akukan bingung mau milih siapa nih

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 316K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
305K 24.1K 35
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini โš ๏ธโ›” Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. ๐Ÿ”žโš ๏ธ. ...
1.7M 81.9K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.9M 26.6K 26
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...