To : My Pretty Ghost πŸŽ€

By bingkasa

144K 24.9K 5.5K

!!15+ "Kok ngomel-ngomel sendiri?" Start : 24 November 2020 - 13 Desember 2020 [01] Start 2 : 06 Februari 202... More

intro
Bagian dua
bagian tiga
bagian empat
Bagian lima
bagian enam
bagian tujuh
bagian delapan
bagian sembilan
bagian sepuluh
bagian sebelas
bagian dubelas
bagian tibelas
bagian patbelas
bagian mabelas
bagian nambelas
bagian panbelas
bagian lanbelas
πŸƒ bagian dupuluh
β³βŒ›
bagian dusatu
bagian dudua
bagian duga
bagian dumpat

bagian jubelas

4.9K 969 252
By bingkasa

Jeff = Jaehyun Blackpink
Ana = Rosé NCT
Dania = Dahyun Ikon
Atuy = Yuta Blackpink
Delvin = Doyoung Blackpink
Juno = Jungwoo Blackpink
Lucas = Lucas Sony Vision
Hanan = Hanbin Twice
Edwin = Eunwoo Astor
   

Is yii wish princiss. Ini triple update bacanya jangan di loncat-loncat ya😞

Happoy readoy

👾👾







Jeff menatap rumah berwarna putih gading itu dari kejauhan. Terpaan angin membuat daun pohon palem itu bergoyang hebat.

"Ih ayola!!!" Ana yang duduk di dekat Jeff dengan helm sepedanya menepuk paha Jeff pelan.

Kenapa mereka gak naik mobil? Ana yang mau naik motor, katanya biar Jeff kelihatan kaya orang. Emang biasanya gak orang? Kata Ana biasanya sih kaya pangeran.

Ini penampakan motornya.
















"Gue bilangnya apaan dong bloon?" tanya Jeff bimbang sendiri. Hari ini Jeff bergaya pakaian casual, cuma kaos yang dibaluti kemeja kotak-kotak bewarna kuning dengan celana jeans.

"Calon suaminya Roselia mau jenguk, gitu lachhhhh," ucap Ana sambil menaik turunkan alisnya.

"Curiga gue lo selama 5 hari mangkal di lampu merah sama banci," kata Jeff sambil melepaskan pengait helmet-nya. Tapi dia masih duduk di jok kemudi. "Gimana ya?"

"Sus! Saya pangeran yang akan membangunkan Putri Aurora dari bunga tidurnya, izinkan saya masuk, suster! Gimana?"

"Gue gulingin nih motor!" Jeff sudah mau bangkit tapi duduk lagi gara-gara mager.

"Ngomong aja teman sih!" seru Ana tiba-tiba.

"Kalau dilarang?"

"Gampang itu mah, udahlah jangan beembang begitu Jeproy!"

"Lo lama-lama nyuolot ye, yaudah ayuk! Eh bentar gue mau ketawa, buahahahaha," Jeff memegang setang sabagai tumpuan dan tertawa terbahak-bahak.

"Ih ada orang gila," gerutu Ana.

"Lo ngapain pakek helm tolol! Lo tabrakan ama truck molen juga gak bakal kenapa-napa!" tanya Jeff sambil terbahak.

"Kamu yang ngasih!!!" seru Ana. Padahal tadi dia udah nolak tapi Jeff ngotot buat safety. Sekarang malah diketawain. Untung aja helmet-nya juga ikut invisible.

"Oh y," Jeff langsung nyelonong duluan menuju pagar berukir bunga berwarna hitam itu.

"Misi, Pak!" panggil Jeff pada penjaga rumah Ana.

"Kenapa, Den?" tanya satpam itu.

"Boleh jengukin An— Roselia gak?" tanya Jeff basa basi.

"Aduh maaf ya, Den. Nyonya ngelarang saya bukain pintu buat orang lain,"

Jeff pun langsung menoleh ke Ana, "gimana nih?".

"Santai selagi masih ada aku," Ana menggosokkan tangannya hingga muncul serbuk berwarna putih dan meniupnya ke arah satpam itu hingga membuatnya tertidur.

"Heh lo apain itu?!" Jeff melotot.

"Tidur doang," Ana lalu menembus pagar itu dan membukakan pintu untuk Jeff.

Jeff berjalan dengan hati-hati. "Kaya anak presiden aja ya lo sampe gak diperbolehin ketemu sama siapa-siapa," ucap Jeff sambil melihat ke sekeliling. Setelah itu mereka sampai di depan pintu rumah itu.

"Spada!!" teriak Jeff.

"Ada bel loh!" Ana kemudian memencet bel itu, suster membukakan pintu untuk mereka.

"Kok bisa masuk? Dibolehin?" tanyanya tanpa basa basi.

"Dibolehin kok," jawab Jeff sambil tersenyum.

"Masa sih?" suster itu menatap curiga ke arah pos satpam.

"Saya teman dekat Roselia," cegah Jeff. "Saya mau ketemu sama dia, sebentar aja," pinta Jeff penuh harap.

"Beneran diizinin?"

"Hngg— kan bloon!" umpat Jeff tiba-tiba.

Suster itu nyengir, Ana yang menguasai tubuh suster itu sekarang. "Habis banyak nanya, yuk!"

Ana mengantar Jeff ke kamarnya, urusan suster gampang. Ana barusan membuatnya tertidur karena ia tidak mau energinya terkuras karena merasuki raga seseorang.

"Gue boleh masuk?" tanya Jeff.

"Iya," Ana membukakan pintu kamarnya, dan Jeff melangkahkan kakinya memasuki kamar yang berbau mawar itu. Persis seperti bau kamarnya sekarang.

Jeff berhenti, ia hanya bisa diam mematung melihat kondisi tubuh Ana yang sebenarnya. Kepalanya dililit perban, lehernya terpasang gips, dan tangannya juga dililiti perban. Penuh lebam di wajah Ana.

Jeff berjalan mendekati ranjang, sementara Ana sudah tiduran disebelah tubuhnya sambil menatap tubuhnya malang.

"Roselia Ursa Mayoren, nama lo terinspirasi dari bunga mawar dan galaksi ursa mayor ya?" ledek Jeff ketika mendapati tulisan tegak bersambung di atas televisi.

"Kenapa? Cantik hah?" tanya Ana sensi sendiri. "Kok kamu nengoknya ke situ sih? Kamu mau jengukin aku atau televisi, Jeff? Jeffrey kok sekarang malah ngadep jendela! Aku jelek ya?" tanya Ana sedih.

"Bukan gitu...," Jeff akhirnya menoleh secara perlahan dan menatap tubuh Ana yang terbaring itu. Suasana seketika hening, hanya suara alat pendeteksi jantung yang mengiringi mereka.

"Ana," panggil Jeff pelan.

"Iya?"

"Gue boleh pegang tangan— bukan tangan ini!" Jeff menyingkirkan uluran tangan Ana di depannya.

"Bilang dong! Boleh kok, buat kamu apa sih yang enggak," ucap Ana sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Jimat gue, gue taruh dimana ya," Jeff pura-pura merogoh kantung bajunya.

"Gak asik ah, Jeff," gerutu Ana.

Jeff dengan hati-hati memegang tangan Ana, tangan itu lebih terasa hangat. Ana yang melihat itu hanya tersenyum.

"Cepet bangun ya, lo punya banyak hutang ke gue," ucap Jeff sambil tersenyum dan menatap wajah Ana yang terpejam.

"Udah berapa lama koma?" tanya Jeff.

"Mana aku tahu sih," gerutu Ana.

"Kenapa ya ini aneh banget? Gue aja pernah lihat orang koma 9 bulan gak ngebet dilepas tuh alat bantu pernapasannya," gumam Jeff masih dengan menautkan tangannya ke tangan Ana.

"Bagi mereka yang sayang keluarga, orang koma sampai tahunan pun bakal dipertahankan, Jeff," ucap Ana.

"Kalau gitu lo harus berusaha dong, jangan buat waktu gue terbuang sia-sia. Jadi mau gak mau lo harus bangun, wajib!" seru Jeff.

Ana yang mendengar itu hanya tersenyum, "aku lagi nyari cara tahu," ucapnya.

"Luka lo kayanya juga udah pada mulai kering, jangan nyerah ya?" ucap Jeff sambil menatap luka-luka Ana.

"Jujur deh Jeff kamu gak mau kehilangan aku kan?" gurau Ana sambil tertawa.

"Ana lo tahu nggak sih?" Jeff melepaskan tautan tangannya dan menyangga dagu sambil menatap wajah Ana yang asli.

"Apa?" Ana kini ikut menatap wajahnya.

"Dulu hal yang gue nanti-nanti itu kapan ya gue bisa nyantai dan liburan bareng teman-teman tanpa mikir deadline tugas.  Tapi sekarang, hal yang gue nantikan itu kapan ya gue bisa lihat mata cewek di depan gue ini terbuka?" ucap Jeff sambil menatap mata Ana yang terpejam itu.

"Jeff aku cemburu," ucap Ana dengan air mata yang udah membasahi pipinya.

Jeff tertawa kecil, "geli bloon!"

"Aku sama dia sama loh!" seru Ana.

Jeff hanya mendengus dan meletakkan sebuah sticky notes di balik telepon rumah.

"Apaan tuh?" tanya Ana.

"Tagihan," jawab Jeff. "Ana," panggil Jeff lagi.

"Hmmmmm,"

"Gue boleh gak nyium kening lo?"

👾👾

Saat ini Ana tengah berhadapan dengan saudari kembarnya, Meli. Ada Donita juga di sana. Kenapa nggak sama Jeff aja? Ayolah pembicaraan sesama wanita lebih nyaman daripada laki nyempil.

"Kakak, asik jarang banget kan gue manggil lo Kakak. Seneng nggak gue panggil Kakak? Padahal kita cuma beda 7 menit tapi lo ngebet banget dipanggil Kakak," Donita menatap Meli dan Ana secara bergantian, ia melihat ekspresi Ana yang terlihat sangat bahagia.

"Jadi aku Kakaknya ya?" kagum Ana.

"Tanyain?" Donita menanyakan itu kepada Ana. Dan Ana mengangguk.

"Dia tanya, jadi dia yang Kakak? Ingatan kembaran lo semasa hidup jadi manusia terhapus," ucap Donita.

Meli tersenyum kikuk, "iya. Lo bakal bangun kan, Sel?" tanya Meli. Dia sudah menghilangkan embel-embel Kakak di panggilannya.

"Tungguin aja ya, aku bakal berusaha. Btw, kamu sama Hanan kenapa gak jengukin aku?" tanya Ana sedih. Ana tidak dendam kepada Hanan karena perkataannya, Ana tahu maksud Hanan tetapi cara penyampaian Hanan memang keras.

Donita mengulang perkataan Ana, Meli yang mendengarkan hanya bisa mengalihkan pandangannya.

"Gak dibolehin sama Mami, Sel," jawabnya sambil menggigit bibir.

"Kenapa?"

"Dia tanya kenapa?" ulang Donita.

"Maaf, Sel," Meli hanya bisa menunduk.

"Kenapa? Dan kamar kamu kenapa kosong, Mel? Kamu tinggal dimana?" tanya Ana bertubi-tubi.

Donita menatap kembaran itu sejenak, lalu mengulangi perkataan Ana.

"Kalau lo mau tahu lo harus bangun, Sel, gue gak bisa ceritain ini di depan Donita. Lo tahu semuanya tentang gue, Sel," jawab Meli.

"Aku pengen kamu jengukin aku, Mel," ucap Ana. Kemudian ia menghapus buliran air mata yang turun di pipinya.

"Dia pengen lo jenguk dia. Dia nangis sekarang," jawab Donita sambil melirik Ana dan Meli.

"Kalau Mami ada di rumah— gak bisa, Sel. Lo harus tahu perbuatan gue ke lo sebelum koma," jawab Meli. "Kayaknya udah deh, gue gak mau bahas ini lagi," Meli sudah beranjak dari duduknya.

"Kamu tahu Mel kalau waktu aku kurang dari dua minggu?!"

"Mel!" panggil Donita. "Dia bilang waktunya kurang dari dua minggu,"

"Ya dia harus bangun," ucap Meli.

"Ngelakuinnya gak segampang itu, Mel!!" kali ini Donita yang bicara. Ia menatap Ana sedih karena dia sudah menangis.

"Lo pikir jatuh dan ketimpa benda berat lukanya ringan? Gue bisa lihat kemungkinan kembaran lo hidup itu kecil! Gue gak tahu masalah internal kalian, tapi kalau lo mau ngobrol sama kembaran lo lagi. Datang ke Jeffrey, drummer band kampus sebelah," ucap Donita sambil membenahi buku-bukunya.

Meli menatap Donita dari kejauhan, "bukannya lo bilang mau bantu gue dalam kedua opsi?" tanya Meli.

"Batal. Gue gak mau berhubungan sama orang yang gak perduli sama saudaranya sendiri," ucap Donita dan ikut berdiri menatap Meli dari kejauhan.

"Lo lebih takut sama nyokap lo ketimbang jengukin kembaran lo doang. Jangan sampai lo nyesel dan cuma bisa ketemu peti mati kembaran lo. Ayo, Ana!" ajak Donita dan Ana ikut berdiri.

Mereka berdua melewati Meli begitu saja, Ana menatap kembarannya sejenak.  Tetapi setalah itu ia mengekori Donita di belakang.

"Gue memang pembangkang, Sel. Tapi kalau sama Mami tetep aja gue takut," ucap Meli dengan tatapan mata kosong.

👾👾

Syukron🧕🏻

Continue Reading

You'll Also Like

55.5K 6.7K 25
Why did you hide my DNA?
3K 424 18
Memecahkan sebuah misteri yang di akibatkan dari sebuah buku hitam...
112K 8K 32
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jisoo ft. Boys
16.6K 2.7K 13
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.