To : My Pretty Ghost πŸŽ€

By bingkasa

144K 24.9K 5.5K

!!15+ "Kok ngomel-ngomel sendiri?" Start : 24 November 2020 - 13 Desember 2020 [01] Start 2 : 06 Februari 202... More

intro
Bagian dua
bagian tiga
bagian empat
Bagian lima
bagian enam
bagian tujuh
bagian delapan
bagian sembilan
bagian sepuluh
bagian sebelas
bagian dubelas
bagian tibelas
bagian mabelas
bagian nambelas
bagian jubelas
bagian panbelas
bagian lanbelas
πŸƒ bagian dupuluh
β³βŒ›
bagian dusatu
bagian dudua
bagian duga
bagian dumpat

bagian patbelas

4.7K 945 171
By bingkasa

Jeff = Jaehyun Blackpink
Ana = Rosé NCT
Dania = Dahyun Ikon
Atuy = Yuta Blackpink
Delvin = Doyoung Blackpink
Juno = Jungwoo Blackpink
Lucas = Lucas Sony Vision
Hanan = Hanbin Twice
Edwin = Eunwoo Astor

Gue gamau up malem karena gue takut setannya ngerasa gue omongin 👷‍♂️


Happoy readoy

👾👾





Jalan Arjuna
Rumah No. 07

Jeff mengehentikan mobilnya di tepi jalan, jaraknya tidak jauh dari rumah berwarna putih gading  dan hitam berlantai dua itu.

"Ini dimana?" tanya Ana.

Setelah pertemuannya dengan Hanan dan kembarannya tadi, Ana memutuskan untuk tidak mengikuti mereka.

"Lo lihat rumah yang disampingnya ada pohon palem itu?" tunjuk Jeff pada rumah No. 07.

Ana mengangguk, "terus kenapa?" tanyanya.

"Lo kan udah lama numpang hidup sama gue kayak setan peliharaan. Gak ada niatan nuyul gitu?" tanya Jeff sambil menggeser jok mobilnya ke belakang hingga ia bisa bersandar dengan nyaman.

"Kamu nyuruh aku nyuri uang, Jeff?" tanya Ana tak percaya.

Jeff tertawa, "kalau lo mau sih boleh," jawab Jeff.

"Gak mau!" seru Ana.

"Coba lo masuk rumah itu, lo kan bisa asal nyelonong," ucap Jeff sambil melirik rumah putih itu.

"Gak mau! Aku ini orang baik-baik!" jawab Ana dengan nada tinggi.

"S e t a n!" koreksi Jeff. Ia melipat tangannya di bawah dada sambil mengamati ke rumah itu lagi. "Itu rumah lo," ucap Jeff akhirnya.

"Apa?"

"Makanya cek, kalau di rumah sakit gak ada. Bisa aja lo di rawat di rumah," ucap Jeff.

"Kamu serius?" tanya Ana.

"Makanya cek!" seru Jeff sambil meremas kepala Ana geregetan.

"Kamu jangan ninggalin aku ya," Ana mulai melayang menembus mobil Jeff. Sedangkan Jeff menatap kepergian Ana was-was.

Ana menatap pemandangan rumah itu dari luar, terlihat besar, sepi, dan sunyi. Penerangan sepenuhnya menggunakan lampu bercahaya oranye.

Ana masuk menembus bangunan besar ini, di dalam rumah ini tidak ada apapun kecuali peralatan rumah tangga. Suasana juga senyap, Ana hanya bisa mendengar suara mesin air conditioner dan generator aquarium di sana.

"Ini suster?" gumam Ana sambil menatap wanita berpakaian serba putih tertidur di sofa rumah ini.

"Bisa jadi yang diomongin Jeff bener," gumam Ana.

Ana mulai mengitari semua ruangan di rumah ini, sampai matanya menangkap pintu yang saling berhadapan di sebuah lorong. Di sisi kiri bertuliskan si merah Ariel, dan di sisi kanan bertuliskan si pirang Aurora.

"Ini Chamelia, dan ini Roselia," Ana bermonolog. Destinasi pertamanya bukanlah pintu bertuliskan si pirang, melainkan si merah.

Tapi di dalam kamar bertuliskan si merah itu, tidak ada apapun. Semua furniturnya ditutupi kain putih seakan tempat ini tidak digunakan.

"Kok kosong?" Ana memutuskan untuk menembus pintu si pirang. Dirinya terdiam, Jeff benar. Tubuhnya terbujur kaku di sana dengan banyak alat bantu pernapasan. Suara alat bernama electrocardiogram masuk ke pendengaran Ana.

"Ini ... A-ku. Ini tu-tubuh aku," ucap Ana terbata-bata, ia mendekati tubuhnya sendiri yang terlihat pucat dan kurus itu.

"Aku harus coba masuk," Ana memposisikan dirinya berbaring di tempat yang sama dengan tubuhnya,  setelah itu ia bangun.

Namun raganya tidak ikut bangun, tubuhnya menolak untuk menerimanya.

"Aku harus apa?" tangis Ana. Ia mengusap tangan dirinya yang terbaring itu. "Aku bakal kembali dan nyari cara," gumam Ana.

Ana lalu berdiri, menatap keadaan kamarnya. Lalu ia menatap tulisan 'Seli loves Meli loves Seli'. "Meli," ucap Ana.

"Dimana Meli? Kenapa kamarnya kosong? Dan dimana kedua orang tua aku? Kenapa di rumah sebesar ini cuma ada suster?" kemudian Ana dapat mendengar suara gaduh di luar.

Terdengar suara barang-barang pecah dan dua orang yang saling meneriaki satu sama lain. Setelah itu terdengar suara langkah kaki yang terkesan tergesa-gesa menuju kamar Ana.

Ana memutuskan untuk mengamati semuanya dari sudut ruangan. Seorang wanita yang sepertinya hampir berkepala empat itu mendatangi Ana dengan wajah congkak.

"Nyonya! Jangan Nyonya!"

"Mati kamu! Mati kamu anak setan!" wanita itu melepas paksa sebuah alat bernama nasogastric tube yang merekat di hidung Ana.

Lalu tangan keriputnya mencekik tubuh kaku itu, tubuh Ana tidak bereaksi.

"Nyonya! Jangan!" suster itu terus menarik wanita itu agar tidak melakukan hal yang membahayakan.

"KAMU NGAPAIN DARA!" Ana melihat ke ambang pintu. Seorang laki-laki yang sepertinya Ayahnya itu mengeraskan rahang.

Laki-laki itu menarik tangan Dara kasar, ia menyeretnya keluar kamar. Rentetan makian keluar dari bibir manis Dara.

"Jaga Roselia!" perintah laki-laki itu.

Ana menggigit bibir dalamnya, air matanya sudah turun deras.

"Nona Roselia harus kuat," bisik suster itu sambil membenahi tubuh Rose.

"Apa dia Ibu aku? Mereka orang tua aku?  Kenapa begini?" tanya Ana pada dirinya sendiri, ia menghapus air matanya yang membasahi pipinya cepat.

Tapi karena air matanya turun dengan deras, pipinya kembali basah. Ana memang tidak ingat tentang kehidupannya, tapi ketika hanya melihat kejadian yang tidak ada 5 menit tadi sudah membuat dada Ana sesak.

Beralih dengan Jeff yang duduk diam di mobil, ia dari tadi berusaha untuk mengikuti lirik lagu yang ia dengarkan. Gunanya? Untuk menghapus perasaan  Ana yang turut ia rasakan sekarang.

Tapi bukannya hilang, ujung mata Jeff malah turut menitihkan air mata.

"Bangsat! Ada apa sih?" geram Jeff sambil memukul stir mobilnya. Jeff semakin memundurkan jok mobilnya, sepertinya tidur lebih baik ketimbang menahan rasa ini.

Sialnya, Jeff tidak mengantuk dan perasan itu malah semakin menjadi.

"Ana keluar. Keluar Ana kalau lo gak sanggup, keluar!" gumam Jeff kuat.






Brak!!






"Ana?"

"Hanan bener, Jeff," Ana mengucapkan itu dengan nada bergetar. Matanya juga sembab.

"A-apa?"

"Lebih baik gak kembali," setelah itu tangisan Ana lepas. Jeff hanya bisa menatap Ana tanpa tahu apa maksud Ana dan alasan mengapa Ana merasa serapuh ini.

"Diem Ana. Gue lebih takut tangisan lo di dengar sama manusia biasa dan dikira kunti— oh maaf," Jeff meringis ketika Ana menangis semakin kencang.

"Nangis aja biar lega," ucap Jeff akhirnya.

"Kamu gak mau nawarin dada kamu gitu?" tanya Ana masih dengan derai air matanya.

"Enggak?" jawab Jeff hati-hati.

"Makasih, Jeff," ucap Ana dan langsung melangkahkan kakinya ke pangkuan Jeff.

"Heh dodol! Gue gak memberikan izin ya!" Jeff gelagapan sendiri melihat tingkah Ana yang langsung memeluknya erat.

"Satu sama," jawab Ana. Sedangkan Jeff hanya mendengus.

"Jeff, jangan nyia-nyiain waktu kamu sama aku. Karena kurang dari tiga minggu, aku udah gak sama kamu lagi. Ada dua kemungkinan, kalau nggak meninggal, aku lupa sama kehidupan aku selama jadi arwah. Jadi tolong jangan sok jual mahal sama arwah cantik kaya aku," ucap Ana narsis. Dalam keadaan sedih begini, dia bisa-bisanya ngomong kaya gitu.

"Tapi lo bakal kembali ke tubuh lo kan? Lo akan tetep bangun kan, Ana?" tanya Jeff, dia membiarkan Ana meperin air mata ke dadanya.

Ana gak menjawabnya, bahunya malah semakin bergetar. Jadi konsep Ana tadi cuma menjeda tangisannya sejenak.

"Untung lo setan, kalau nggak bisa dikira penjahat kelamin gue di sini," gumam Jeff.

"ARGH! PENTIL GUE LO GIGIT!" Jeff kemudian menutup mulutnya rapat, takut kalau ada yang denger.

"Aku kira biji ketumbar,"

Jeff menarik tengkuk Ana biar memperlihatkan wajahnya. Mereka saling beradu pandang selama beberapa detik.

"Lo jelek," ucap Jeff dan langsung mendorong wajah Ana ke dadanya.

"Masa sih?" tangisan Ana yang mulanya sudah reda kembali. Ana hendak mengangkat kepalanya, tapi Jeff kembali menenggelamkan wajah Ana ke dadanya

"Jangan, gue gak kuat lihat wajah jelek lo!" hujat Jeff sambil meletakkan tangannya di kepala belakang dan punggung Ana.

"Aku mau mellow loh kok kamu ngomong terus sih?" tanya Ana.

"Lo sendiri yang hancurin suasana sedih sedihan ini!" sembur Jeff.

👾👾

Ana menatap Jeff yang sedang menyangga tangannya pada tralis besi sambil merokok. Lelaki itu baru saja mandi, dan sekarang sudah pukul 2 pagi. Rasanya nanggung aja kalau tidur jam segitu. Mending tidur waktu ayam berkokok aja sekalian. Kebetulan Jeff juga gak ada kelas.

Sedangkan Ana selonjoran di ayunan sambil memakan kelopak bunga mawar yang baru saja Jeff belikan tadi.

"Jadi bisa dibilang orang tua lo nggak akur ya?" tanya Jeff tanpa membalikkan badan.

"Mungkin. Jeff, ayo ketemu sama Hanan lagi. Atau nggak Chamelia," ajak Ana.

"Besok gue usahain," ucap Jeff sambil membuang putung rokoknya ke asbak. Ia hendak mengambil batang rokok baru, tetapi Ana malah menyindirnya.

"Eh lucu gak sih kalau kamu mati gara-gara kebanyakan ngerokok? Siapa tahu kita bisa ketemu di sana nanti," ucap Ana.

"Cih, gak mempan. Gue juga tahu kali kalau rokok membahayakan. Tapi kalau emang seberbahaya itu harusnya rokok gak usah diperjual belikan layaknya narkoba. Narkoba aja cuma bikin halusinasi sama kecanduan diberi hukuman penjara. Ya kali rokok yang bikin mati dibebasin di pasaran," gerutu Jeff.

"Rokok juga bisa bikin kecanduan karena kandungan nikotinnya,"

"Ini esse! Kandungan nikotin rokok esse itu rendah, karena itu gue lebih milih rokok ini," Jeff tetep ngotot ngambil satu batang lagi dari bungkus rokoknya.

"Gak kecanduan tapi kamu usah habis 5 batang dalam waktu satu jam?!!" jengit Ana tak percaya.

"Mulut gue pahit," jawab Jeff sambil menyelipkan rokok itu dibibirnya. Lalu menutupi ujung rokok itu dengan tangan untuk menyalakan korek api.

"Jeff ... Ayo ikut aku ke alamku hihihihihi," Ana melayang di udara dengan wujud menyerahkannya. Giginya yang biasanya rapi kini menjadi runcing semua. Darah juga keluar dari mulut Ana hingga mengucur di lantai. Mata Ana yang semuanya berwarna putih membuat Jeff semakin merinding.

Jeff melongo, rokok itu terjatuh dari bibir Jeff. Ia membeku di tempat melihat wujud Ana yang jarang diperlihatkan.

Tawa Ana semakin menggelegar, tubuh Ana semuanya di baluri darah. Karena tubuhnya yang lemas dan seakan jiwanya sudah ngambang di udara. Jeff pingsan.

"Jangan kick aku," gumam Ana yang sudah kembali ke wujud normal.

👾👾

Gue yang slengean berusaha membuat cerita bawang be lyke💁‍♀️💁‍♀️💁‍♀️

KonYol y

Syukron🧕🏻

Continue Reading

You'll Also Like

47K 9.4K 38
Ketika Tuhan mulai menuliskan kisah cinta antara si anti romantic dan manusia tsundere.
1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
66K 4.9K 43
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] tentang mereka yang menjalin interaksi positif baik di dunia maya maupun di dunia nyata. seuIIgie, 2022
75.4K 8.4K 33
κ—ƒ ⋆ ΰ£ͺ . 𝐑𝐄𝐍𝐉𝐀𝐍𝐀 🍳 . β€ΉπŸ₯l Gimana jadinya kalo semua anak kelahiran 97l di satuin di ruang lingkup yang sama . "Jiwa muda harus membara!" - cow...