ARGATARA [NEW VERSION]

sankaara tarafından

368K 19.3K 6.6K

[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Gimana rasanya nikah saat masih dibangku SMA? Apalagi nikahnya di j... Daha Fazla

PROLOGUE
VISUAL KARAKTER
[Bagian 1] Calon Suami?
[Bagian 2] Hampir Batal
[Bagian 3] Coffe Latte
[Bagian 4] You're Mine
[Bagian 5] Arga Marah
[Bagian 6] Sunset with Kak Daniel
[Bagian 7] Posesif
[Bagian 8] Masa lalu Bella
[Bagian 9] Cowok Brengsek
[Bagian 10] Makan Malam
[Bagian 11] Arga & Bella?
[Bagian 12] Liontin Hati
[Bagian 13] Mantan Arga
[Bagian 14] Will you be my fiance?
[Bagian 15] Gawat!
[Bagian 16] Permintaan Tara
[Bagian 17] Besok Nikah?
[Bagian 18] Mantan dan Sahabat
[Bagian 19] Pernyataan Pahit
[Bagian 20] Sorry Daniel
[Bagian 21] Rencana Jahat? Gagal
[Bagian 22] The Wedding
[Bagian 23] First Night
[Bagian 24] Morning Kiss
[Bagian 25] Jealous?
[Bagian 26] Masalah Baru
[Bagian 27] Berubah?
[Bagian 28] Siapa dia?
[Bagian 29] Pengganggu
[Bagian 30] Gosip
[Bagian 31] Selingkuh?
[Bagian 32] Pertengkaran hebat
[Bagian 33] Mabuk & kesempatan
[Bagian 34] Akting yang bagus
[Bagian 35] Mode ngambek
[Bagian 37] Terbongkar
[Bagian 38] Tania & Archella?
[Bagian 39] Awal Pertemuan (Archella & Tania)
[Bagian 40] Awal pertemuan (Arga & Bella)
[Bagian 41] Pernah bertemu
[Bagian 42] Di godain cogan
[Bagian 43] Hukuman Tara
[Bagian 44] Izin Prom Night?
[Bagian 45] Siapa Alyne?
[Bagian 46] Acara Prom Night!
[Bagian 47] Bella berulah lagi?
[Bagian 48] Perempuan gila
[Bagian 49] Tara Keguguran?
[Bagian 50] Tara egois?
[Bagian 51] Testpack?
[Bagian 52] Garis dua
[Bagian 53] Mimpi buruk
[Bagian 54] Tanggung jawab
[Bagian 55] Arga & Tania?
[Bagian 56] ??? (special part)
[Bagian 57] Sisi lain Arga
[Bagian 58] Luka dan Obat
[Bagian 59] Menikah lagi?
[Bagian 60] Kepergian Tara dan Kehancuran Tania
ARGATARA END
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3
EXTRA PART 4

[Bagian 36] Making baby?

6.1K 205 254
sankaara tarafından

VOTE KOMEN JUSEYOOO
ARIGATOOOU

Happy Reading

༻୨♡୧༺

Tara menatap nasi goreng buatan suaminya itu dengan perasaan campur aduk, Tara takut kalau nasi goreng buatan Arga itu enak. Tara yakin pria itu akan meminta hal yang aneh-aneh, Arga pasti akan membalas perbuatannya hari ini. Tara tahu bagaimana sifat suaminya itu.

"Eum---" Tara hendak membuka mulut tetapi Arga langsung menyelanya.

"Apa, hm? Nggak mau makan? Takut makanan aku enak?" tanya Arga dengan senyum mengejek.

"Gini aja, aku udah maafin kamu dan soal yang tadi batalin aja, okay?" ucap Tara membujuk Arga tetapi pria itu malah tertawa.

"Nggak bisa gitu, sayang. Kamu udah janji loh," jawab Arga membuat harapan Tara pupus.

"Udah cepetan makan, terus kasih tau rasanya. Aku sih yakin, enak haha..." ucap Arga dengan rasa percaya dirinya.

Tara tidak menjawab, ia langsung menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Anjir, kok enak? Sejak kapan suami gue bisa masak?!" batin Tara terheran-heran.

"Gimana?" tanya Arga menatap istrinya.

Tara mendongak menatap Arga. "Kok enak?" tanya gadis itu bingung.

Arga tertawa mendengar pertanyaan polos dari istrinya itu. "Iya dong, aku kan bikinnya pake cinta."

Tara mendengus, lalu melanjutkan memakan nasi gorengnya. Demi apapun nasi goreng buatan suaminya itu sangat enak ditambah lagi perutnya yang keroncongan walaupun tadi sudah sarapan.

"Okay, jadi?" Arga mengangkat sebelah alisnya menatap Tara.

"Iya, aku maafin kamu," jawab Tara membuat Arga tersenyum lebar.

"Makasih, sayang," ucap Arga senang lalu memeluk istrinya seraya mencium kening Tara membuat hati gadis itu tersentuh.

Tara membalas pelukan Arga. "Aku juga minta maaf, Ga. Aku udah marah-marah sama kamu," ucap Tara pelan.

Arga mengelus rambut Tara lembut. "Gapapa, kamu nggak salah. Aku yang salah karena udah ngomong kasar sama kamu, maafin aku, ya?"

Tara tersenyum manis."Iyaa, sayang."

Tanpa sadar gadis itu mencium bibir Arga sekilas lalu menatap suaminya yang tengah menatapnya terkejut.

Sedetik kemudian Arga tersenyum dan langsung menarik tengkuk leher istrinya itu. Melumat bibirnya dengan penuh kelembutan.

Arga melepaskan panutan bibir mereka lalu mengusap bibir bawah istrinya. "You're mine, jangan pernah tinggalin aku, Ra. Aku sayang kamu," ucap Arga dengan suara yang berat.

Tara tersenyum lalu memeluk suaminya itu. "Aku nggak akan tinggalin kamu, Ga. Kecuali takdir Tuhan yang memisahkan kita."

Arga terdiam, otaknya kembali berputar mengingat kejadian tadi pagi. Apakah Tara akan pergi darinya saat mengetahui itu? Ya, kemungkinan besar istrinya itu akan pergi karena Tara tidak suka di kecewakan, pasti Tara akan membencinya dan Arga tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.

Arga melepaskan pelukannya lalu menatap Tara serius. "Aku mau kamu janji sama aku, kalo kamu nggak akan pernah ninggalin aku apapun yang terjadi, janji?" Arga memohon membuat Tara menatapnya bingung.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

"Aku cuma mau kamu janji, Ra. Aku takut kehilangan kamu."

Tara tertawa geli. "Kamu kenapa, sih? Kayak abis ngelakuin kesalahan besar aja sampe takut aku ninggalin kamu."

"Kamu abis ngapain emang? Maling mangga tetangga, heh?" tanya Tara bergurau.

"Aku serius, sayang."

Tara tertawa kecil. "Iya-iyaa, aku nggak akan ninggalin kamu."

"Tapi, nggak janji..." lanjutnya dalam hati.

Arga tersenyum senang walaupun setengah hatinya masih takut.

"Pulang, yuk?" ajak Arga.

"Hah?" beo Tara.

"Pulang ke apart, sayang," ulang Arga lembut.

"Tapi aku masih mau nginep di sini sama Tata," jawab Tara.

"Kenapa?" tanya Arga sedikit tidak suka.

"Aku-- aku mau main-main dulu sama Tataa ..." jawab Tara disertai cengiran polos membuat Arga gemas.

"Emang harus nginep, hm? Di sekolah kan bisa," ucap Arga.

Tara mengerucutkan bibirnya. "Yaudah, deh."

Arga mengacak-acak rambut Tara gemas. "Ayuk!" ajak Arga menarik tangan Tara lembut.

Gadis itu menahannya. "Bentar, aku abisin dulu makanannya terus cuci piring sama beresin dapur Tata dulu. Masa kita pulang gitu aja, sih?"

Arga menggaguk lalu menunggu Tara menyelesaikan semuanya.

༻୨♡୧༺

"Tania mana? Kok apartemennya sepi banget? Apa dia belum pulang sekolah?" tanya Tara setelah memasuki Apartemen.

Arga hanya menggedikkan bahunya acuh. "Di kamarnya kali."

Tara berjalan menuju kamar Tania dan membuka pintu kamarnya. Terlihat seorang perempuan tengah duduk di kursi meja belajar. Nampaknya perempuan itu sangat fokus belajar di sana.

Tara tersenyum lebar melihat Tania lalu menghampirinya. Tania tidak menyadari kehadiran Tara karena posisi meja belajarnya membelakangi pintu.

"Tania?" panggil Tara seraya memegang pundak perempuan itu.

Tania tersentak kaget, ia menoleh ke belakang mendapati Tara yang tengah menatapnya. "Kak Tara?" lirih Tania.

"Eh! Muka kamu kok pucet, Tan? Kamu sakit, hm?" tanya Tara khawatir seraya memegang kedua pipi Tania.

"Badan kamu juga anget, Tania. Kamu istirahat aja, ya," suruh Tara lembut.

Tania tersenyum tipis. "Gapapa kak, cuman pusing dikit doang. Lagi pula minggu besok kan mau ujian, aku harus kejar materi supaya nanti bisa jawab semua soal ujiannya," ucap Tania di sertai senyuman lugunya.

Tara menghela nafasnya. "Pasti Arga nggak kasih kamu makan, ya? Sampe kamu sakit kayak gini? Iya kan? Emang bener-bener si Arga!" oceh Tara.

Tania bungkam, ia tidak menjawab.

"ARGAAAAAAAA!" panggil Tara sedikit berteriak memanggil suaminya yang berada di luar.

Pria itu datang menghampiri Tara. "Kenapa, sayang?" tanya Arga menatap istrinya.

"Kamu nggak kasih makan Tania, hah? Gara-gara kamu sekarang dia sakit, tau!" omel Tara.

Arga terdiam, wajahnya berubah datar. "Aku udah kasih dia uang buat beli makanan," ucap pria itu tanpa menatap perempuan yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya.

"Bener, Tan?" tanya Tara menatap Tania.

Perempuan itu mengangguk pelan. "I-iya kak, aku juga udah makan tadi siang."

"Yaudah sekarang kamu istirahat aja di kasur," suruh Tara lembut.

Tania hanya menurut ia bangkit dari duduknya, Tania melangkah kakinya perlahan, belum beberapa langkah Tania  hampir terjatuh untung saja dengan cepat Tara memegang lengannya.

"Eh! Tania kenapa?" tanya Tara panik.

"Aws, a-aku gak bisa jalan, kak," jawab Tania sambil meringis.

"Hah? G-gak bisa jalan? Kenapa? Kaki kamu kesemutan, ya?" Tara panik melihat Tania meringis menahan sakit.

Arga yang melihat itu masih diam, memasang wajah datar tanpa  mengeluarkan sepatah katapun.

"Yaudah aku bantuin, ayuk." Tara merangkul tubuh lemas Tania menuju kasur dan membaringkannya di ranjang.

Tania berjalan dengan tertatih-tatih, ia tidak bisa melangkah seperti biasanya karena di area perutnya masih perih apalagi kalau di pakai untuk berjalan.

"Shsshh ... Aws." Tania meringis membuat Tara tidak tega melihatnya.

"Kenapa sih, Tan? Apanya yang sakit? Bilang sama aku." Wajah Tara sangat khawatir melihat Tania, ia sudah menganggap Tania itu sebagai adiknya.

Tania menggeleng pelan. "Gapapa, kak aku cuman pusing aja, mau istirahat."

"Yaudah, kamu tiduran aja, nanti aku kompres sekalian buatin kamu bubur, ya?" Tania hanya mengangguk nurut, matanya melirik ke arah Arga yang tengah menatapnya dengan sorot mata tajam seraya bersedekap dada.

Tania segera memalingkan wajahnya menatap Tara. "Makasih ya, kak," gumam Tania.

Tara tersenyum manis. "Jangan bilang makasih, Tania."

"Udah kamu tidur aja, nanti kalo buburnya udah mateng aku bangunin kamu," ucap Tara lembut yang langsung di angguki Tania.

Arga keluar dari kamar Tania diikuti oleh Tara. Sedangkan Tania, perempuan itu mengumpat karena melihat Tara kembali ke apartemen dengan cepat.

༻୨♡୧༺

Tara sedang menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang seraya bermain ponselnya. Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Arga yang keluar dengan shirtless sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kecil ditangannya.

Pria itu berjalan ke arah Tara yang asik bermain ponselnya lalu ia membaringkan tubuhnya dengan meletakkan kepalanya di atas paha Tara membuat Tara tersentak kaget.

Gadis itu menunduk menatap Arga yang tengah menampilkan cengiran polosnya. "Ih kaget! Rambut kamu basah, Arga!" pekik Tara berusaha menyingkirkan kepala suaminya dari pahanya yang hanya memakai hotpants.

"Ehehehe keringin rambut aku dong." Arga menyengir.

"Ck, yaudah sini-sini!" Tara menaruh ponselnya lalu mengambil handuk dari tangan Arga dan mengusap-usap rambut suaminya itu.

Arga tersenyum memandang istrinya dari bawah lalu tangannya beralih mengambil ponsel Tara. Pria itu mulai mengotak-atik ponsel berlogo iPhone milik istrinya.

"Sayang, liat deh." Arga menyodorkan ponselnya yang menampilkan foto bayi tengah tertawa, terlihat sangat menggemaskan.

"Kenapa?" tanya Tara, tangannya masih mengusap-usap rambut Arga.

"Lucu gak?" Arga bertanya lagi membuat Tara menatap layar ponselnya, senyumnya mengembang kala melihat foto bayi mungil itu.

"Ih, lucu banget baby nya! Pipinya gemessss!" seru Tara dengan ekspresi yang membuat Arga gemas.

"Kamu dapet dari mana itu foto babynya? save dong fotonya," lanjut Tara antusias.

Arga menuruti ucapan Tara untuk menyimpan foto baby itu sambil tersenyum miring.

"Bikin yuk, yang?" Tara menghentikan kegiatannya yang tengah mengusap rambut Arga lalu menatap suaminya.

"Bikin apa?" tanya Tara.

"Bikin baby, sayang," jawab Arga dengan suara berat lalu memeluk perut rata milik istrinya.

"Hah?" beo Tara.

Otak Tara masih mencerna ucapan Arga. Apa katanya? Buat baby?

Arga mengusap perut Tara. "Aku mau anak aku ada di dalam sini."

"Hah?" beonya lagi membuat Arga menatap istrinya gemas.

Arga merubah posisinya menjadi duduk lalu menatap Tara serius membuat gadis itu salah tingkah.

"Kalo aku minta hak aku sekarang, kamu siap?" tanya Arga dengan tatapan matanya uang dalam.

Tara menelan salivanya kasar. "H-hah? I-itu---"

"Mampus! Gue harus jawab apa?! Nggak tega juga liat suami gue, aduh gimana nih? Aaaaak mamaa!" batin Tara.

"Kenapa, sayang?" tanya Arga mengusap lembut wajah istrinya.

"A-aku--"

"Haiss! Kenapa gue jadi gagap si anjir?!" batin Tara.

"Kamu kenapa kok jadi kaku, hm? Santai aja sih, sayang." Arga tertawa geli melihat wajah menggemaskan istrinya itu.

Blush!

Pipi Tara merona lalu tangannya memukul pelan lengan suaminya. "Arga ish! Jangan gitu, aku maluu," rengek Tara lalu menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.

"Duh, lutunaaa istri aku," goda Arga senyam-senyum.

Tara hendak berdiri pergi dari ranjang tetapi lengannya langsung di tarik oleh Arga. Pria itu langsung menindih tubuh mungil istrinya dan mengurungnya menggunakan kedua tangan.

"Mau kemana, sayang?" tanya Arga menatap wajah istrinya dari atas.

"A-aku-- mau liat T-tania, iya! aku mau kita Tania di kamarnya," alibi Tara membuat Arga tersenyum miring.

"Yakin? Bukannya mau menghindar dari aku, hm?" tanya Arga membuat gadis itu gelagapan.

"H-hah? Enggak kok! Siapa yang mau hindarin kamu? Buat apa juga!" elak Tara seraya tertawa menyembunyikan rasa gugupnya.

"Oooo..." Arga mengangguk-anggukan kepalanya, terlihat gemas!

"Sayang?" panggil Arga dengan suara berat.

"Hm?" Tara hanya berdeham, ia mencoba menenangkan jantungnya yang tengah berdegup kencang.

"Boleh, ya?" Arga menatap istrinya dengan mata sayu, yang terkesan menggoda.

"A-apa?" gugup Tara.

"Anjir! Lidah gue kenapa si anjir segala gagap, malu banget, ah!" batin Tara merutuki lidahnya yang susah di gerakan.

"Aku minta sekarang, boleh, ya? aku pengen banget," pinta Arga dengan manja.

Tara menatap Arga yang tengah menatapnya dengan tatapan ingin menerkam, sungguh dirinya tidak kuat.
Istighfar dulu yuk.

Tara menggigit bibir bawahnya gugup membuat Arga menggeram tertahan. "Kamu serius?" tanya Tara, pria itu langsung mengangguk yakin.

Tara hendak membuka mulutnya lagi, tetapi Arga langsung melahap bibir ranum istrinya. Ciuman pria itu berbeda, terkesan lebih menuntut. Tanpa sadar Tara sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Arga.

Arga berhenti sebentar, menatap istrinya dengan mata sayu. "Aku janji nggak bakalan kasar kok, kita main pelan-pelan, yaa sayang," ucap Arga nerat membuat pipi gadis itu memerah.

Setelahnya, Arga langsung mencium bibir Tara dan turun ke leher istrinya membuat tanda kepemilikan di sana.

Arga menatap Tara lalu mengusap keringat yang membasahi kening istrinya. "Tahan yaa, sayang, kalau sakit cakar punggung aku," bisik Arga.

Tara mengagguk lalu menutup matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Tangannya mencengkram erat seprai kasur menyalurkan rasa sakit di bawah perutnya. Tara merasa seperti ada yang robek di bawah sana. Arga kembali mencium istrinya, lalu menyatukan jari mereka.

Malam itu adalah malam pertama bagi mereka dan akan menjadi malam yang panjang bagi keduanya.

༻୨♡୧༺

Pagi ini rintikkan hujan membasahi kota Jakarta membuat suasana pagi menjadi sangat dingin. Terlihat sepasang suami istri yang masih bergelut dengan selimut, mereka tertidur dengan posisi saling berpelukan menyalurkan kehangatan.

Tara menggeliat kecil, lalu merapatkan selimut di tubuhnya yang polos. Suasana hujan di pagi hari dan AC di dalam kamarnya membuat tubuhnya kedinginan ditambah dirinya yang tidak memakai sehelai benang.

"Arga, suhu AC nya kecilin dong, dingin," rancau Tara masih memejamkan matanya lalu membalikkan tubuhnya memunggungi Arga.

Tangannya menarik selimut tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya. "Argaaa... dingin," rancau Tara, masih enggan untuk membuka matanya.

Arga menggeliat sambil mengerjab-ngerjabkan matanya mencoba mengumpulkan nyawanya. Pria itu menatap punggung polos istrinya. "Kenapa, sayang?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kecilin AC nya, dingin. Aku masih ngantuk," rancau Tara.

Arga menurut lalu mengambil remote AC yang berada di atas nakas dan mengecilkan suhu ruangannya. Setelah itu Arga langsung memeluk tubuh polos istrinya dari belakang.

Arga mengecupi punggung Tara lalu berbisik di telinga istrinya. "Sayang," panggil Arga.

Tara menggeliat merasakan geli. "Hm..."

Arga mengggoda Tara dengan menciumi leher dan wajah perempuan itu membuat tidur Tara terganggu. Tara memalingkan wajahnya menghindar masih dengan memejamkan matanya.

"Aku ngantuk, Arga," rengek Tara membuat Arga mengulum senyumnya.

Arga membalikkan tubuh Tara dan memeluk istrinya, Tara membalas pelukan Arga lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik suaminya.

Pria itu mengelus puncak kepala istrinya dengan lembut lalu mengecup kening Tara lama. "Makasih, sayang, udah jaga milik aku. I love you," ucap Arga sambil memeluk istrinya yang tengah tertidur pulas.

༻୨♡୧༺

"Tania? Sarapan, yuk, aku udah buatin nasi goreng, nih," ajak Tara masuk ke dalam kamar Tania.

"Kak Tara duluan aja, aku nanti," ucap Tania.

"Kenapa? Kamu masih sakit?" tanya Tara khawatir seraya menyentuh kening Tania.

"Gapapa, Kak aku udah sembuh kok, semalam kan udah minum obat," jawab Tania berusaha tersenyum.

Tetapi, Tara merasa senyum Tania terlihat terpaksa, tidak ceria seperti biasanya membuat Tara semakin bingung.

Tara duduk di pinggir ranjang, lalu menatap Tania yang tengah menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dengan sebuah laptop di pangkuannya.

"Tan, jujur sama aku, kamu kenapa? Dari kemarin kamu keliatan sedih, nggak ceria kayak biasanya. Kamu kenapa, hm? Cerita sama aku," tanya Tara dengan wajah serius membuat Tania menoleh menatap Tara dengan tatapan sulit diartikan.

"A-aku-- aku gapapa kak," jawab Tania tersenyum.

"Jangan bohong, Tania. Cerita aja sama aku," ucap Tara seraya menggenggam tangan Tania.

Tania menunduk, bersamaan dengan itu air matanya terjatuh membuat Tara langsung memegang pundak perempuan itu.

"Tania? Kenapa nangis? Kamu ada masalah? Kamu di bully di sekolah? Atau apa cerita, Tan." Tara bertanya dengan nada yang amat khawatir melihat Tania meneteskan air mata.

Tania langsung memeluk Tara menumpahkan tangisannya, perempuan itu menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Tara.

Tara mengusap punggung Tania lembut memberi ketenangan untuk perempuan itu. "Stsss ... Gapapa Tania, nangis aja, keluarin isi hati kamu," ucap Tara lembut memeluk Tania dengan sayang seperti seorang kakak.

"Kak Tara ... Hiks--- a-aku--" Tania tidak melanjutkan kalimatnya karena tangisannya yang terisak.

"A-aku-- kangen sama Mama Papa, a-aku mau nyusul mereka di surga, aku---hiks..."

Tara mengeratkan pelukannya, hatinya ikut teriris melihat Tania menangis. "Udah Tania, cup-cup jangan nangis." Tara mengusap punggung Tania lembut.

"Kamu jangan sedih, Tan. Kamu nggak sendirian, ada aku di sini, kamu udah aku anggap sebagai adik kandung aku sendiri," lanjut Tara dengan lembut.

"Maaf kak, tapi aku cuma anggap kakak sebagai perebut dan penghalang aku buat jadi milik Kak Arga. Harusnya aku yang dijodohin sama Kak Arga karena aku sahabat dari Archela adiknya. Aku tau Kak Arga sayang sama aku, dia terpaksa nerima perjodohan ini karena permintaan almarhum Papanya Kak Arga." batin Tania berbicara.

Perempuan itu tersenyum samar di dalam dekapan Tara. "Cepat atau lambat pasti Kak Arga akan balik lagi sama aku. Sikap perhatiannya, kasih sayangnya, dan perlakuan lembutnya yang dulu selalu dia berikan buat aku," lanjut Tania berbicara dalam hatinya

Haduh, Tania Tania kamu ini sangat percaya diri sekali ya? hhh.

༻୨♡୧༺

to be continued
vote juseyooo
arigatoou

—sankaara

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.6M 41K 18
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
152K 5.4K 42
Hai aku Keyla Audria cita-cita ku adalah jadi Dokter tapi itu hanya hayalan saja, karena saat ini aku hamil. -Keyla Audria Aku sangat mencintaimu, t...