Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Da Ramdan_Nahdi

1.9M 140K 9.1K

Aqila harus mengahadapi kenyataan kehilangan anggota keluarganya satu-persatu, akibat pesugihan. Entah siapa... Altro

Ketika Musibah Itu Datang
Bunda
Penyakit Aneh
Kabar Duka
Pelukan Terakhir
Gambar
Teror Yang Menimpa Adikku
Sosok Misterius
Tanda Kehidupan
Wanita Ular
Sebuah Pesan
Mimpi
Dia Datang!
Aku Tidak Mau Mati
Prasangka
Mbok Wati
Sepucuk Surat
Bangun Dari Tidur Panjang
Ayah
Lastri
Maaf
Kecelakaan
Titik Terang
Teror
Tumbal Terakhir
Kehidupan Baru
Pulang
Teror 'Penghuni' Rumah
Tolong
Tawaran
Pengusiran
Amarah
Dia Datang Kembali
Balas Dendam
Penyebab Kematian Bunda
Racun Yang Mengalir di Darahku
Makan Malam Terakhir
Kamu Tidak Bisa Lari
Pertemuan Tak Terduga
Ular Besar
Carl
Kesempatan Hidup
Kamar di Ujung Lorong
Sebuah Tekat
Kenyataan Pahit
Kembali ke Jerman
Kejutan
Hari Bahagia

Rumah Bekas Pesugihan

31.8K 2.5K 70
Da Ramdan_Nahdi

Aku tak menyangka, satu-satunya kenangan terakhirku dengan keluarga kini sudah hancur berantakan. Selama bertahun-tahun rumahku dibiarkan terbengkalai. Tidak ada satupun keluarga ayah yang berani menempati. Apalagi setelah mendengar cerita Om Pras tadi.

"Rumah bekas pesugihan," ucap Om Pras mengawali ceritanya.

Ya, sekarang dia sudah tau semua perbuatan ayahku. Dia juga menyesali segala perbuatannya padaku selama beberapa tahun terakhir ini.

*

Sehari setelah ayah meninggal dunia, Om Pras memutuskan untuk melanjutkan bisnis mebel. Dia juga memilih untuk menempati rumahku.

Beberapa hari setelah ayah meninggal, kondisi rumah masih lumayan ramai. Banyak keluarga besar ayah yang ikut menginap di rumahku.

"Awalnya Om gak ngerasa ada yang aneh di rumah itu," ucap Om Pras, lalu meyandarkan punggung di kursi tempatnya duduk.

"Keanehan mulai terjadi pas semua orang udah pada pulang. Tinggal Om sendiri yang tinggal di sana," sambungnya.

Malam pertama tinggal di rumah itu sendirian, Om Pras mulai mendengarkan bunyi benda-benda terjatuh. Sumbernya masih sama, dari kamar Steven.

Semakin malam, bunyi-bunyian itu semakin sering terdengar. Om Pras pun curiga. Dia menghampiri kamar Steven. Namun suasana tiba-tiba menjadi hening. Suaranya menghilang.

Baru beberapa langkah meninggalkan depan kamar Steven. Suara itu kembali muncul. Om Pras yang merasa kesal dan terganggu, terpaksa ... membukanya.

"Serius, Om?" ucapku saat mendengar ceritanya.

"Berani banget Om buka kamar Steven," sambungku.

"Om gak tau, kalau di sana ...."

"Tempat tinggal Siluman Ular," selaku.

Om Pras menganggukan kepala, sambil menyeruput teh hangat.

Kriet!

Om Pras membuka pintu kamar Steven. Kondisi kamar gelap gulita. Dengan lampu ponselnya, dia berusaha mencari posisi sakelar.

Tek!

Bunyi sakelar saat ditekan. Namun, lampu tetap tidak menyala. Dengan tetap berdiri di tempat, Om Pras menyorot lantai. Nihil, tidak ada benda yang terjatuh.

Ssssttt!

Bunyi desisan ular. Om Pras yang terkejut langsung menyorot sumber bunyi tersebut. Arahnya dari kamar mandi.

"Sekilas Om kaya liat ada orang berdiri di deket pintu kamar mandi," ucap Om Pras.

"Terus," balasku.

"Ya, Om ke luar aja dari kamarnya."

Setelah kembali ke kamar ayahku, Om Pras sudah tidak mendengar suara-suara aneh lagi dari luar. Dia pun bisa melanjutkan tidur dengan tenang.

Keesokan harinya, Om Pras mencoba menghubungi Mbak Yuri, adik sepupu ayahku. Dia ingin menanyakan apa Mbak Yuri pernah merasakan sesuatu yang janggal. Soalnya selama beberapa hari menginap di rumahku, dia lah yang menempati kamar Steven.

*

Mbak Yuri pun menceritakan tentang pengalaman pertama saat membuka pintu kamar Steven. Kamarnya lembab dan dingin, hawanya sudah membuatnya merinding. Mencoba menyalakan lampu, tapi tidak bisa. Sepertinya sudah lama mati.

Kemudian Mbak Yuri meminta Pak Ahmad untuk mengganti lampu kamarnya. Gagal. Lampu tetap tidak menyala. Mbak Yuri berprasangka baik, mungkin fitting lampunya sudah rusak.

Dalam keadaan masih gelap, Mbak Yuri berjalan ke arah jendela. Lalu membukanya lebar-lebar, agar ada cahaya yang masuk. Dia juga mengambil lampu tidur di kamarku. Supaya saat malam masih ada pencahayaan.

Mbak Yuri mulai membersihkan tempat tidur yang sudah berdebu cukup tebal. Setelah itu mengepel
lantai kamar. Kamar sudah terlihat lebih bersih dan seprai pun sudah diganti. Dia pun berjalan ke arah kamar mandi.

Hawa dingin kembali menyerang tubuhnya. Kali ini terasa menempel sampai ke kulit. Bulu kuduk pun mulai meremang.

Tek!

Mbak Yuri menyalakan lampu kamar mandi. Kali ini lampunya menyala. Dengan agak menjaga jarak, perlahan dia membuka pintu kamar mandi. Terlihat lantai kamar mandi yang kering.

Wus!

Tiba-tiba ada angin dingin yang menerpa wajahnya. Baunya harum bercampur busuk, seperti bangkai. Dengan langkah terburu-buru, Mbak Yuri ke luar kamar, mencoba menenangkan diri. Namun, dia memilih untuk tidak bercerita pada siapapun. Apalagi saat itu sedang dalam suasana berduka.

Mbak Yuri masuk lagi ke dalam kamar. Dia menyadari kalau kamar Steven sudah lama tidak ditempati. Mungkin ada makhluk lain yang selama ini menempatinya. Selama tidak mengganggu terlalu parah, dia tetap memilih untuk tidur di sana.

Sayangnya, itu masih sebuah permulaan. Gangguan demi gangguan dia alami selama beberapa hari tidur di kamar itu. Sampai dia pun menyerah dan memilih pulang ke rumahnya.

*

Malam harinya, suasana kamar terasa sangat dingin. Padahal Mbak Yuri tidak menyalakan pendingin ruangan. Dia pun menarik selimut, untuk menutupi seluruh tubuhnya. Hingga akhirnya bida tertidur.

Baru beberapa jam tertidur, Mbak Yuri terbangun karena kedingingan. Dia meraba-raba area tempat tidur, mencari keberadaan selimutnya tadi. Sepertinya selimutnya sudah menghilang.

Tek!

Mbak Yuri menyalakan lampu tidur di atas nakas. Matanya menyusuri setiap sudut kamar, mencari keberadaan selimut. Dia mengerutkan dahi, ketika melihat selimutnya sudah tergeletak di lantai. Posisinya agak jauh dari tempat tidur. Di tengah-tengah, antara tempat tidur dengan kamar mandi.

Mbak Yuri bangkit dari tempat tidur dan mengambil selimut itu. Kemudian melanjutkan tidurnya.

Hawa dingin itu memaksa Mbak Yuri untuk bangun kembali. Kini, dia ingin buang air kecil. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas pergi ke kamar mandi.

Ngik!
Ngik!

Samar-samar terdengar suara decitan dari luar kamar mandi. Spontan dia mematikan keran air, lalu kembali mendengarkan suara tadi.

Ngik!
Ngik!

Suaranya semakin jelas. Mbak Yuri yakin itu berasal dari tempat tidur. Karena suaranya mirip ketika ada seseorang sedang melompat-lompat di atas tempat tidur.

Segala pikiran negatif mulai menguasinya. Ditambah rasa takut yang mulai tumbuh di dalam hati. Dengan langkah perlahan, Mbak Yuri mendekati pintu kamar mandi.

Kriet!

Mbak Yuri membuka pintu kamar mandi. Lalu, mengintip dari balik pintu. Namun, suara itu menghilang. Matanya menyorot ke arah tempat tidur, dan tidak ada apa-apa di sana.

Sedikit demi sedikit, Mbak Yuri bergerak ke luar kamar mandi. Matanya terus mengawasi sekitar. Merasa sudah aman, dia kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak lupa, menutup semua bagian tubuhnya dengan selimut.

Saat terlelap, Mbak Yuri mendapatkan sebuah mimpi yang aneh. Dia melihat ada seorang anak kecil berkulit pucat dan keriput, sedang jongkok dengan kepala menunduk. Posisinya tepat berada di samping nakas.

Malam pun berlalu. Mbak Yuri tidak terlalu memperdulikan kejadian dan mimpinya tadi malam.

Esok malam, Mbak Yuri kembali mendapatkan mimpi yang aneh. Kini anak kecil itu terlihat berdiri di depan pintu kamar mandi. Tubuhnya basah kuyup dan mengenakan celana pendek berwarna biru. Namun, Mbak Yuri tidak bisa melihat wajahnya, karena sosok itu terus menundukan kepalanya.

Mbak Yuri menganggap itu hanya bunga tidur saja. Namun di pagi harinya, dia melihat lantai di depan kamar mandi basah. Padahal semalam dia tidak pergi ke kamar mandi.

*

"Di malam terakhir dia nginep di rumah kamu. Gangguan semakin parah. Sampe-sampe dia dah gak kuat terus pulang ke rumahnya," ucap Om Pras.

Aku tidak merespon ucapannya, masih memikirkan ciri-ciri anak kecil yang diceritakan Om Pras tadi.

"Qila?" panggil Om Pras.

"Ya, Om," balasku.

"Kamu lagi mikirin apa?"

"Hmm ... enggak, Om."

Padahal dari tadi aku sedang mencoba mengingat-ingat sebuah peristiwa masa lalu, yang selalu ingin kulupakan. Peristiwa yang terjadi saat aku kembali ke Indonesia lima tahun lalu. Bertepatan dengan kematian Kevin.

"Celana pendek berwarna biru?" pikirku.

"Jangan-jangan ... itu Kevin?"

BERSAMBUNG

Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

24.1K 16K 72
WARNING!!! SEBELUM BACA INI MARI KITA BERTEMAN DAN SESUDAH BACA SILAHKAN TINGGALKAN JEJAK AGAR KITA TRUS BERTEMAN. Yup terimakasih! Desa ini terletak...
24.4K 1.5K 23
Rank 1 in #horror (23 - 10 - 2023) Rank 1 in #horor (15 - 02 - 2023) "Tolong ...! Tolong ...! Kuburan e Pak Joko ...!" Suara itu meraung-raung hingga...
291K 30.3K 47
Gilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum me...
1.4M 88.3K 32
Kisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Ji...