Harukaze no Sekai (The World...

By Ragen_Zhang

137 11 31

Harukaze Makoto merasa dirinya dikutuk. Siapa pun lelaki yang ia cintai, semuanya akan mati. Lelaki Pertaman... More

KATA PENGANTAR NIFEE DEE BIRU - (1st Season of Harukaze no Sekai)
1-1 Nada Sousou
1-2 Boy or Girl?

1-3 Boys versus Girls

19 1 9
By Ragen_Zhang


1-3 Boys versus Girls

Anak-anak di kelas Makoto seolah terbagi menjadi dua kubu. Kubu anak laki-laki dan kubu anak perempuan. Kedua kubu ini sering bertengkar karena hal-hal sepele seperti hak untuk menggunakan lapangan basket, hak monopoli area taman bermain, sampai giliran piket di kelas. Mereka juga kerap mencari kesempatan sesepele apa pun untuk saling mengejek. Biasanya bermula dari masalah perseorangan, tapi akhirnya masalah meluas jadi "perang antarkubu". Misal, waktu Chizuru, cewek juara kelas itu salah mengerjakan soal matematika di papan tulis.

Ketika anak itu berjalan kembali ke bangkunya dengan bahu lunglai, Kenji dengan lancang mencibir, "Wah, akhirnya kamu gabung ke geng otak udang juga, ya?"

Kenji tampaknya masih dendam karena Chizuru menghardiknya dengan sebutan "otak udang" waktu tadi pagi Kenji memaksa meminjam buku PR Matematikanya. Yeah... "meminjam". Penghalusan yang tak perlu untuk kata "mencontek".

Chizuru hanya memandang Kenji tanpa ekspresi sebelum akhirnya menyambar pensil mekanik Kenji dan menusukkan ujungnya ke dahi Kenji. Untung saja itu pensil mekanik. Ujungnya sudah pasti patah sebelum bisa melukai Kenji terlalu parah. Tak bisa dibayangkan kalau Kenji membawa pensil rautan hari itu.

Kubu anak perempuan jelas membela Chizuru. "Chizuru nggak akan melakukannya kalau Kenji nggak cari gara-gara duluan!"

Kubu anak laki-laki jelas mendukung Kenji, "Mengerikan! Yang jelas yang menyerang fisik duluan, itu yang salah!"

Masalah itu dengan cepat diselesaikan di ruang guru ketika wali kelas Makoto memutuskan untuk turun tangan. Kenji dan Chizuru diceramahi panjang-lebar sampai akhirnya terpaksa bersalaman dengan wajah masam. Tapi bagi dua kubu di kelas Makoto, masalahnya justru baru dimulai.

***

"Kenapa kamu cari gara-gara sama Chizuru, sih?!" keluh Makoto saat menemani Kenji di Ruang Kesehatan. Bagaimana pun Kenji adalah temannya sejak kecil. Ayah Kenji sudah bekerja di kapal nelayan milik ayah Makoto bahkan sejak keduanya belum lahir.

"Cewek itu sok! Aku nggak mengerjakan PR bukan karena malas. Semalam aku merawat adikku yang mendadak sakit waktu orangtuaku sedang menjenguk nenek di Yaeyama. Tapi dia malah mengataiku otak udang!" Kenji bersungut-sungut sambil mengelus plester penutup luka di dahinya.

"Lain kali pinjam PR matematiku aja, deh!" dengus Makoto sambil mendorong kepala temannya.

"Memangnya kamu bisa matematika?"

"Nggak juga, sih. Tapi daripada masalahnya jadi sekacau ini, kan?" Makoto bersedekap dengan sikap defensif.

"Yang lebih penting dari itu..." Kenji menunjuknya, "sekarang kamu ada di kubu mana?"

"Haduh! Kamu bodoh, ya?! Dari dulu aku kan nonblok!" sergah Makoto. Dia paling malas dengan pembagian pakta gender yang konyol di kelasnya.

"Apa itu?" tanya Kenji dengan wajah bengong.

"Yang begini ini yang bikin Chizuru ngatain kamu 'otak udang'!" Makoto menggeleng-gelengkan kepalanya frustrasi.

"Sialan! Kok kamu juga ngatain?"

"Bukan aku kan yang bilang begitu. Chizuru tuh!" elak Makoto.

Yasu mendadak merangkul leher Makoto, "Karena Makoto sekarang sedang di sini bersama kita, sudah jelas kalau dia ada di pihak kita, kan?"

"Jangan peluk-peluk! Kamu bau!" Makoto mendorong Yasu kasar.

Semua anak laki-laki di bilik Ruang Kesehatan sekolah itu tertawa terbahak-bahak. Untung saja saat itu tidak ada dokter jaga yang pasti akan menceramahi mereka. Juga tak ada anak lain yang beristirahat di sana selain Kenji.

"Tapi anak-anak cewek itu bukannya serem, ya? Kalau ada masalah mereka mungkin nggak akan langsung nonjok orang seperti kita. Kalau sampai Makoto dianggap pengkhianat gara-gara main sama kita bisa-bisa dia dicuekin sampai hari kelulusan!" Seikichan yang gendut itu tampak khawatir. Akhirnya ada juga yang benar-benar mempedulikan Makoto.

"Peduli amat, memangnya ada yang menganggap Makoto itu anak cewek? Dia itu sebenarnya anak laki-laki seperti kita!" Yasu terbahak-bahak tanpa perasaan.

Sejak kecil Makoto memang selalu berambut pendek dan lebih suka memakai kaus dan celana pendek. Lebih praktis untuk bergerak daripada memakai rok apalagi gaun. Rambut pendek juga berarti hemat sampo dan tidak terlalu gerah. Ayah Makoto yang selalu memotong rambutnya jadi ia tak perlu repot-repot ke salon. Orang-orang yang belum mengenalnya terlalu baik sering salah mengira Makoto adalah anak laki-laki.

Makoto tidak tahu apakah dia harus tersanjung atau malah tersinggung dengan kata-kata Yasu. Meski sebenarnya dari dulu ia lebih cocok bermain bersama anak-anak laki-laki bodoh dan berangasan itu. Di depan mereka Makoto merasa bisa lebih bebas dan tidak perlu canggung kerepotan menjaga sikap.

"Aku di sini karena Kenji! Tapi bukan berarti aku menganggap Kenji nggak bersalah!" tegas Makoto.

Yasu langsung berhenti tertawa. Raut wajah Kenji mengeras. Seiki-chan tampak terkejut, begitu juga anak laki-laki lain yang mengelilingi tempat tidur Kenji di bilik kecil itu.

"Gimana ya, semua masalah ini kan memang dimulai sama Kenji. Kalau Kenji nggak maksa Chizuru buat meminjamkan PRnya, dan nggak ngomong bodoh di kelas tadi, ini semua nggak akan terjadi!"

Kenji mengeluarkan suara dengusan mengejek dari hidungnya. Ia menunjuk-nunjuk plester di keningnya dengan gaya dramatis yang berlebihan, "Kamu gila, ya? Yang dahinya ditusuk pakai pensil itu aku, loh! Aku yakin aslinya Chizuru ingin menusuk mataku!"

"Kalau aku jadi Chizuru, aku juga pasti akan membalikkan mejamu saat itu juga! Ngomong kok nggak dipikir!" potong Makoto sambil memelototi teman masa kecilnya itu. "Kalau aku bilang kamu benar padahal aslinya kamu salah, itu artinya aku bukan temanmu. Kak Yuuto yang bilang begitu. Teman itu harus saling mengingatkan."

"Ah! Berisik! Bilang saja kamu lebih memihak cewek gila itu!" Kenji balas melotot.

"Sudah kubilang aku ini nonblok!"

"Makanya, dari tadi aku nggak ngerti. Nonblok itu apa?!"

"Itu artinya aku nggak mau terseret-seret masalah konyol ini! Dasar idiot!"

Kenji dan Makoto saling memelototi karena kehabisan kata. Bahkan udara di ruangan itu seakan ikut-ikutan membisu karena tegang dengan aura pertentangan yang menguar dari tubuh Makoto dan Kenji. Kalau di film-film klasik, mungkin mereka berdua seperti dua samurai yang sedang mencari celah untuk menghunus pedang.

"Bilang saja kalau sekarang kamu mau mengkhianati kami," suara Kenji sedingin es saat mengucapkan kalimat itu.

"Berkata benar itu bukan mengkhianati!" sembur Makoto jengkel.

"Ah! Berisik! Ya sudah, mulai sekarang main sana sama anak-anak cewek gila itu!" Kenji melompat dari dipan Ruang Kesehatan dan dengan sengaja menyenggol bahu Makoto keras-keras saat berjalan menuju ruangan. Yasu dan Seiki-chan mengikutinya tanpa suara sambil sesekali melirik ke arah Makoto dengan tampang kebingungan.

"Heh anak bodoh! Berani kamu mengompori anak-anak laki-laki di kelas kita untuk memusuhiku, lihat saja apa pendapat ayahku dan ayahmu soal masalah ini!" tantang Makoto sambil berkecak pinggang.

Sesuai dugaan Makoto, Kenji langsung berhenti, lalu membalikkan badan. Wajah anak berambut seperti landak itu tampak marah. "Jangan bawa-bawa ayahku!"

"Kamu juga jangan bawa-bawa Yasu, Seikichan, dan teman-teman lain kalau mau cari gara-gara denganku," balas Makoto dingin. "Kita satu lawan satu! Kamu laki-laki, kan?"

Jelas saja Kenji tidak berkutik. Makoto sebenarnya tidak suka memakai cara ini. Sejak dulu ia sudah berteman dengan Kenji tanpa peduli dengan status ayah anak itu yang merupakan kru bawahan ayahnya. Tapi kalau sudah begini ceritanya, tak ada cara lain untuk mencegah "kerusakan yang lebih parah". Ia yakin beberapa hari ke depan, Kenji pasti akan mendiamkannya. Tapi setidaknya cuma itu yang bisa dia lakukan.

Makoto jadi ingat salah satu kata-kata ayahnya saat menceritakan sepak-terjang masa mudanya.

"Kadang-kadang orang harus disadarkan akan posisinya agar tak bertindak sembrono pada kita."

Ia bisa membayangkan, seandainya ayahnya tahu soal bagaimana ia mengatasi Kenji hari ini, lelaki itu pasti akan bangga dan berkata, "Itu baru namanya strategi laki-laki."

Meski begitu Makoto rasanya tetap frustrasi. Masalah antara Kenji dengan Chizuru, juga pertentangan antara kubu anak laki-laki versus kubu anak perempuan di kelasnya masih belum selesai. Mulai besok, suasana di kelas pasti terasa lebih menyebalkan lagi.

Kira-kira bagaimana ayahnya atau Kak Yuuto mengatasi kondisi semacam ini dengan "strategi laki-laki", ya?

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 271K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.7M 77.2K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...