Revenge 2 | TREASURE

By ANDINI-RIYANA

723K 163K 115K

"Apa yang terjadi selama ini bisa aja gak akan terjadi di masa yang akan datang." More

PROLOG
BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
EPILOG
ALTERNATIVE ENDING
sesuatu
vote cover
OPEN PRE-ORDER

BAGIAN 21

19.2K 5K 4.9K
By ANDINI-RIYANA

"Namanya Hyunjun," kata Yeonjun. "Gue yang kasih dia nama, perpaduan nama gue sama lo."

Hyunsuk tak bisa berkata-kata.

Fakta yang dia dapat secara bertubi-tubi barusan membuatnya tak bisa berkutik. Seakan kesadarannya ditarik paksa dari dirinya.

Yeonjun mendekat.

"Iya, kita berdua saudara yang terpisah," katanya. "Maaf karena udah sembunyiin fakta-fakta ini dari lo selama ini."

"Tapi kenapa? Padahal lo bisa aja ngomong sama gue dari dulu?" tanya Hyunsuk, tersirat nada kecewa.

"Gue gak bisa," kata Yeonjun. "Kalo gue lakuin itu, temen-temen kosan lo bakal ngalamin apa yang Renjun alami."

"Hyunjun ngancem gue, awalnya dia cuma mau neror lo sama Mama dan Papa dengan teror berdarah, alias mau bunuh kalian bertiga satu persatu. Tapi gue cegah, gue mohon sama dia buat jangan lakuin itu, dia dengerin permintaan gue, tapi...."

"Apa?"

"Sebagai gantinya, dia cuma bakal neror lo sama orang-orang terdekat lo, yaitu sahabat masa kecil lo, Junkyu dan Jihoon. Tapi gak tau kenapa, lama kelamaan terornya justru merambat ke semua teman-teman kosan lo, termasuk sahabat gue, Yoshi."

"Gue minta dia gak nyelakain siapa pun sampai tanggal 13 September, tapi... dia justru ingkar kesepakatan. Dia berusaha lenyapin nyawa Doyoung dan Asahi," imbuhnya.

"Dan Yoshi korban pertama alih-alih gue?" Hyunsuk terkekeh pahit. "Harusnya gue yang ada di posisi Yoshi saat itu karena yang jadi incaran jiwa jahat lo itu gue, gue yakin seandainya hari itu gue yang mati, pasti teror ini gak akan pernah ada...."

"Siapa bilang? Teror bakal tetap ada, gue yakin Hyunjun bakal balik neror orang tua kita," kata Yeonjun. "Dan kemungkinan besar teman-teman kosan lo ikut kena imbas."

Hyunsuk jatuh terduduk lagi.

"Makanya sekarang balik, ya? Kita selesain teror ini bareng-bareng...."

"Gimana caranya?"

Yeonjun meraih kedua bahu Hyunsuk, mengangkatnya untuk berdiri.

"Gue udah ngatur strateginya," kata Yeonjun.

"Jadi... lo benar-benar saudara gue?"

Yeonjun tersenyum. "Iya."

"Tapi, Mami sama Papi... ternyata pemuja iblis...." Hyunsuk menunduk. "Gue... malu...."

"Mereka udah berenti sejak gue dibawa pergi, dan semuanya makin tuntas setelah gue ilangin ingatan mereka sama ilangin sisa-sisa ilmu hitam di sekitar mereka," kata Yeonjun. "Jadi lo gak usah khawatir, kekayaan mereka saat ini murni dari usaha Mama dan Papa."

Hyunsuk merasa kelopaknya menghangat. Dia masih tidak menyangka.

Pantas saja, meski ingatannya dihapus oleh Yeonjun saat itu, dia masih bisa merasakan ikatan dengan Yeonjun.

"Kalo lo bertanya-tanya kenapa gue bisa tau semua itu, gue bakal ceritain," tutur Yeonjun. "Setelah ingatan gue dikembalikan sama Hyunjun, gue langsung pergi ke masa lalu buat lihat apa yang terjadi setelah gue pergi dari rumah," tutupnya.

"Gimana, udah siap ketemu teman-teman lo lagi?" Yeonjun bertanya penuh harap. "Karena lo gak bisa balik ke dunia nyata kalo lo masih ragu."

Anggukan Hyunsuk menjadi jawaban. "Gue siap."

Melihat itu, Yeonjun maju lebih dekat pada Hyunsuk, dan lekas memeluknya.











"Mungkin ini bakal jadi pelukan terakhir kita...."


































Ngik
Ngik
Ngik

(Eh bener gak sih gitu suaranya? Hiks)























Bruk!








"Aduh!" keluhnya kesakitan begitu jidat mulusnya menubruk setir secara keras, akibat mobil yang mendadak berhenti.

"Eh, berenti?" Yoonbin membuka mata setengah terkejut. "Gak jadi tabrakan?!"

Sekitar 7 meter lagi tabrakan tunggal dengan palang jalanan serta pohon akan terjadi jika saja mobilnya tidak berhenti secara mendadak.

Pandangan Yoonbin lalu mengarah ke indikator bensin, di mana jarum panah sudah melewati tanda E.

Melihat itu, Yoonbin diam sejenak, sebelum kemudian heboh sendiri.

"ANJIR HAHAHA! GUE LUPA, GUE 'KAN BELUM NGISI BENSIN, HAHAHAHA!"

"Berarti gue belum ditakdirkan jadi almarhum, dong," imbuhnya seraya mengusap wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Ahamdulillah."

"Nghhh.... Udah sampe?" Seseorang bertanya dari belakang, yang tak lain adalah Haruto yang baru bangun tidur sambil mengucek kelopak mata.

Tak berselang lama, Doyoung ikut bangun dan melakukan peregangan.

"Hoaammm... ngantuk banget," katanya seraya menguap. "Kita di mana? Kok gada rumah?"

"Oh, udah sadar lo berdua." Yoonbin berkata seraya memutar badan.

"Lah iya! Kita di mana nih?" tanya Haruto kaget setelah menyadari sekitarnya hanya ada pepohonan, dan ada suara gemersik air di depan sana.

"Ini kan jalanan yang pernah gue tempuh sama Jeongwoo dulu," gumam Doyoung. "Lo ngapain bawa kita ke sini, Bang?"

"Hadeh." Yoonbin berdecak. "Kalian pake pingsan segala sih, jadi gak nyaksiin gue lawan maut."

"Lah, emang ada apa?" Doyoung bertanya bingung.

"TADI TUH KITA BERTIGA HAMPIR TINGGAL KENANGAN ANJIR!"

"KOK BISA?!" Haruto dan Doyoung berseru samaan.

"Gini, yang nyetir tadi itu bukan gue tapi kloningan gue! Dan satu pertanyaan buat kalian, kenapa kalian berdua tidurannya barengan?!"

Haruto mengumpat kesal.

"Pantesan, abis minum ini gue kayak ngantuk banget." Doyoung menunjukkan botol minuman pada Yoonbin.

"Hadeh, untung gue datang cepat selamatin kalian, kalo enggak... gak tau lagi dah gue."

"Tapi kasian sih," kata Haruto.

"Kasian ke siapa lu? Gue?" tanya Yoonbin menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan," kata Haruto. "Malaikat maut, lagi-lagi di-prank."

Yoonbin maju menggeplak Haruto, tapi saat itu juga dia sadar bahwa dia sedang terluka.

"Aduh!" keluhnya.

"Kenapa lo, Bang?" Doyoung bertanya khawatir.

"Punggung gue kegores, sakit banget anjir."

"Kok bisa?" tanya Haruto.

"Gara-gara pintu mobil kekunci, jadi gue rusak kaca jendelanya, dan masuk lewat sana."

"Njir, lo rusak kaca Xpander lo? Udah gila lo, Bang!" seru Haruto tatkala melihat jendela pintu pengemudi yang sudah tak terbentuk.

"Lo hampir jadi jenazah dan lo masih sempat-sempat mikirin jendela mobil gue, Tohar? Hadeh...." Yoonbin berdecak.

Haruto terkekeh. "Bukannya gitu, Bang. Maksudnya, ini mobil Xlander, njir, mobil mahal gini dengan mudahnya lo rusakin."

Yoonbin menatap datar Haruto.

"Mobil ini rusak ketabrak pun gue gak masalah, Har. Rusak gue masih bisa beli, tapi nyawa kalian? Emang nyawa kalian bisa diperjual-beli kan?"

Haruto menggaruk tengkuknya, merasa malu plus terharu.

"Gak nyangka Bang Ben sebaik ini," kata Doyoung.

"Belangsak gini hati gue tetap pinkeu-pinkeu," kekeh Yoonbin.

Lalu detik berikutnya rasa panik melanda laki-laki itu, sampai melupakan rasa sakit di punggungnya.

"Eh, iya, kita pulangnya gimana ini? Bensin mobil gue habis, mana rute dari jalan besar jauh banget."

"Masa kita bermalam di sini?"

"Syukurlah gue gak terlambat nemuin kalian," ujar seseorang dari luar mobil.

Mengambil alih atensi ketiga laki-laki itu.

Di luar sana ada seseorang dengan jubah hitam panjang, wajahnya tertutup tudung.

"L-lo siapa?" tanya Haruto.

Yoonbin segera keluar dari mobil.

"Lo orang yang Yeonjun maksud itu, kan?"

"Iya."

"Siapa, Bang?" tanya Doyoung ikut keluar dari mobil.






























"Oli."












***

3/4 part lagi ending...

Gak kerasa cerita ini udah mau ending... gue kira gak akan bisa sampe sini setelah akun @andiniriyana gak bisa dibuka T_T

Continue Reading

You'll Also Like

483K 117K 37
jihoon si happy virus itu ternyata mengetahui masalah semua orang. ©️ tteobokjin, 2019
2.2M 531K 48
❝Kata mama, permainan ini bisa bikin meninggal.❞
47.3K 14.4K 13
Spin off dari Ghory Series dan Zweitausend Series Yoshi akan membuktikan kalau dia pantas menjadi raja. Karena tahta raja adalah miliknya, hanya mili...
11.7K 2.6K 13
Pikiranmu bisa merasakan seseorang menatapmu bahkan saat sedang tidur. ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ This book contains horror, mystery/thriller oneshoot collecti...