SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

30 - PAST

25.3K 4K 103
By an11ra

"Kenapa kau terus saja menangis, hm? Aku memang senang jika kau diam, tidak banyak bicara dan juga tidak membuat masalah. Tapi bukan berarti kau bisa tidur tanpa bangun selama hampir tiga hari, Rengganis. Kau dengar aku bicara kan? Jadi cepatlah bangun!" ucapku sambil menyeka air mata yang terus mengalir dari mata Rengganis yang terpejam. Dia mimpi apa sebenarnya?

Aku menyatukan kedua tanganku lalu berdoa sepenuh hati, "Dewata, hamba mohon jangan ambil nyawa teman hamba lagi. Sudah cukup hamba kehilangan Padmini. Tolong beri keajaiban bagi hamba kali ini. Hamba mohon dengan sangat."

Menghapus air mataku yang juga menetes saat mengingat teman pertama sekaligus orang yang aku anggap kakak perempuanku yaitu Padmini. Hingga detik ini aku bahkan tidak pernah bisa benar-benar melupakan kejadian nahas itu. Semuanya jelas terpeta dalam ingatanku. Rasanya seperti kejadian itu baru saja terjadi kemarin, padahal sudah lebih dari seratus hari kejadiannya telah berlalu.

Dua malam sebelum kejadian ...

"Huuaaah" Menguap lalu mengerjabkan mata berusaha mengumpulkan nyawaku yang sepertinya sebagian masih berada di alam mimpi, dahiku mengernyit kala menatap ke samping lalu berkata, "Astaga, kau tidak tidur lagi Padmini ? Sudah beberapa malam ini kau melamun terus dan sepertinya tidak tidur. Ada apa sebenarnya ? Ayo ceritakan, siapa tahu aku bisa membantu untuk menyelesaikan masalahmu itu ... Huuaaah." tak kuat menahan kantuk, aku menguap sekali lagi.

"___" tak ada jawaban, bahkan menengok ke arahku saja tidak. Dia tetap memandang ke arah depan. Sepertinya belakangan ini dia memang banyak pikiran.

Menyangga kepalaku yang terangkat dengan sebelah tangan kemudian berkata, "Apa karena belakangan ini Pangeran Anusapati sering memarahimu ? Aneh sebenarnya karena biasanya aku yang dimarahi karena sering berbuat salah. Heem ... Tak perlu kau pikirkan terlalu dalam Padmini, anggap saja itu pelarian saat seseorang sedang patah hati ... Hihihi."

Menoyor kepalaku sehingga terhempas ke lipatan kain yang biasa dijadikan pengganjal kepala saat tidur "Sok tahu !"

Aku bangkit dari berbaring lalu duduk menghadap Padmini yang memang dari tadi bersandar di tembok ujung tempat tidur sambil menselonjorkan kaki "Jangan pura - pura tidak tahu. Beritanya bahkan sudah menjadi bahan pembicaraan para pelayan istana bahwa Kanjeng Padestari telah menerima perjodohan Raja dan akan segera melangsungkan pernikahannya."

"Hati - hati dengan perkataanmu Sawitri, karena aku tidak akan ada selamanya untuk melindungimu!" ucap Padmini memperingatkan.

Mengabaikan peringatannya, "Iiisshh ... Tapi sayang sekali, mengapa Kanjeng Padestari tidak menikah saja dengan Pangeran Anusapati ? Awalnya aku lebih setuju jika Pangeran Anusapati menikah dengan Kanjeng Padestari daripada dengan Kanjeng Praya. Kau tahu sendiri sikap mereka berbeda sekali bagai sinar matahari dan air. Menyebalkan sekali, kenapa pula Kanjeng Padestari menerima perjodohan itu ? Sekarang aku tidak menyukai Kanjeng Padestari lagi karena telah membuat tuanku patah hati."

Menoyor kepalaku sekali lagi "Kau tidak menyukai Kanjeng Padestari bukan karena membela kepentingan Pangeran Anusapatikan ? Kau pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Jangan mengalihkan kekecewaanmu pada orang yang tak tahu apa - apa dan tak bersalah sama sekali."

"Kau pandai sekali menabur garam di atas lukaku, Padmini. Tetapi menurutmu mengapa Pangeran Anusapati tidak menghentikan perjodohan itu ?" Dahiku berkerut sesaat sebelum berkata, "Aku yakin Pangeran Anusapati menyukai Kanjeng Padestari. Dia bahkan berburu harimau putih hingga berminggu - minggu, namun sialnya saat kembali malah bukan dia yang memberikan hadiah berupa kulit harimau putih. Justru sebaliknya dia yang diberi hadiah berupa kabar pernikahan Kanjeng Padestari. Miris bukan ? Semiris kulit harimau yang kini teronggok di dalam peti."

"Itu bukan urusan kita, Sawitri. Entah Pangeran Anusapati menyukai Kanjeng Padestari, Kanjeng Praya ataupun perempuan lainnya. Keputusan yang mereka ambil pasti telah dipikirkan baik buruknya, lagipula masalah keluarga kerajaan tidak sederhana dan hubungan mereka amat sangat rumit. Kau tidak akan paham dan lebih baik tidak tahu sama sekali. Percayalah padaku."

"___" tidak membalas perkataannya karena semua yang dikatakannya itu, sialnya memang benar.

Menghembuskan napas pelan kemudian Padmini melanjutkan perkataannya, "Lebih baik jika kau memikirkan urusanmu sendiri. Berusahalah untuk secepatnya melupakan orang itu. Hapus dia dan jangan pernah mendekatinya entah fisik maupun pembicaraan yang menyangkut dengannya. Itu lebih bijaksana menurutku, gadis bodoh. Dibandingkan kau sibuk mengurusi masalah Pangeran Anusapati." dia mengusap pelan kepalaku.

Menghempaskan badanku untuk berbaring lagi "Aku berusaha Padmini, tapi rasanya hatiku menolak. Aku sudah berusaha melupakan perasaanku yang bagai pungguk merindukan bulan ini. Raden Mahisa Randi memang hanya prajurit tapi semua orang tahu Raja amat menyayanginya. Jujur aku memang sedih tapi otakku selalu membuatku sadar bahwa melihatnya dari jauh itu sudah lebih dari cukup. Lagipula dia tak akan pernah memandang pelayan macam aku ini. Pelayan hanya seperti kerikil yang ada di jalanan namun tak pantas untuk mendapatkan perhatian lebih. Masih beruntung bila dibiarkan di tempatnya karena ada kalanya dilempar atau diinjak hingga hancur."

Tangan Padmini mengepal dan berkata geram, "Kau benar, kita hanya mainan bagi mereka."

Memejamkan mataku pelan karena kantuk mulai mengganguku lagi "Iya, jadi lebih baik kita tidur, paling tidak di dunia mimpi kita bebas, Padmini."

Malam sebelum kejadian ...

"Hayo ... siapa dia, Padmini?" tanyaku tiba - tiba saat Padmini akan memasuki pintu samping pendopo pelayan.

Padmini terperanjat di tempat sebelum berkata, "Astaga, kau mengagetkan aku saja. Apa kau mau membuatku mati karena kaget, haah?"

Melipat tangan di depan dada sambil menyipit memandangnya, "Kau yang telah berhasil membuat aku kaget, Padmini ? Mengapa kau harus betemu diam - diam di tengah malam dan balik pohon segala, hm ? Untung bagiku karena terbangun saat ada panggilan alam, tetapi ternyata kau sudah tidak ada di bikik kamar."

"___" diam tanpa menjawab pertanyaanku.

Aku menyeringai sebelum melanjutkan, "Jika tidak terbangun maka aku tidak tahu jika kau telah memiliki kekasih. Pantas saja kau tidak bisa tidur nyenyak selama hampir sebuan ini. Aku kira ada masalah, tetapi ternyata ... Ck ... Ck ... Ck ... Oh yaa, Apa benar dia kekasihmu?"

Mata Padmini membulat panik sebelum bertanya, "Kau melihat wajahnya?"

"Kenapa memangnya ? Apa dia tampan ? Kalau begitu panggil dia, belum jauh sepertinya dia berjalan. Jadi aku bisa berkenalan dan melihat wajah kekasih dari teman baikku. Heem ... Tetapi bentuk badannya terlihat tidak asing bagiku. Eh ... semua pria memang terlihat sama dari belakang, iyakan ?" tersenyum karena Padmini masih menampilkan ekspresi panik "Tenang saja, rahasiamu aman di tanganku," jawabku namun tidak bisa menyembunyikan ketertarikanku akan topik ini.

Dari sekian banyak orang, tak pernah kusangka Padmini akan melanggar aturan. Sungguh diluar dugaanku sama sekali. Padahal dia ini adalah sosok yang paling anti melanggar aturan ... Cinta ternyata seluar biasa itu.

Padmini menghembuskan napas lega, "Untunglah jika kau tidak melihat wajahnya." lalu berbalik badan memasuki pendopo.

Mensejajari langkahnya, jujur aku terganggu dengan ucapannya, "Memang kenapa jika aku melihat wajahnya, haah ? Kau pikir aku akan jatuh cinta terus merebutnya darimu ? Astaga, kau kira aku perempuan macam itu. Memang setampan apa dia sehingga kau begitu takut mendapat saingan?"

"Bukan jatuh cinta padanya yang aku takutkan, tetapi kau akan kehilangan nyawa sebelum bilang bahwa dia cukup tampan," jawabnya sambil lalu.

"Iiisssh ... Kata - katamu mengerikan dan tidak lucu sama sekali. Bilang saja jika aku memang tidak boleh melihat wajah kekasihmu."

"Syukurlah jika kau sudah paham."

Tatapanku beralih ke tangan Padmini yang menggenggam sesuatu "Apa yang dia berikan kepadamu ? Oow ... cie cie ... kukuruyuk ... petok - petok ... Ternyata dia tidak hanya memberi surat, tetapi ramuan juga. Woow ... Dia perhatian sekali padamu. Heem ... Mungkin karena kau terlihat lelah jadi dia memberikan ramuan padamu. Makanya Padmini, tidur dengan benar kalau malam Hari karena jika begadang terus maka lingkaran matamu sudah mirip tungku Nyi Knasih sangking hitamnya ... Hihihi."

Buru - buru memasukan barang pemberian itu ke dalam kain di pinggangnya "Sudah jangan banyak bicara, bukannya kau bilang kau ke luar bilik kamar karena ingin memenuhi panggilan alam, hm?"

Menepuk dahiku pelan sebelum berkata, "Aku hampir lupa, Kau sih ! Aduh, aku sudah tak tahan." aku berbalik badan lagi karena tiba - tiba keinginan untuk buang air kecil kembali datang lagi, tadi perasaan tidak terasa.

Mendesah pelan, "Jika ceroboh seperti ini terus, bagaimana aku bisa meningalkanmu sendirian, Sawitri. " Suaranya lalu naik lagi, "Hei ... jangan berlari, Sawitri!" ucapnya memperingatkanku yang tentu aku balas hanya dengan lambaian tangan.

Hari kejadian ...

"Sawitri tolong ambilkan mangkuk lain, sepertinya mangkuk ini sedikit retak." Tunjuk Padmini pada sebuah mangkuk tanah liat yang ada di meja makan lalu berkata, "Minta saja pada Nyi Ratri, beliau baru saja kembali ke pendopo pelayan, sepertinya ada masalah di sana. Ingat minta mangkuk khusus yang ada ukirannya untuk pangeran bukan mangkuk biasa. Mengerti?"

"Tapi aku belum selesai menata semua buahnya. Sebentar lagi Pangeran Anusapati bangun. Aduh, kenapa pula apel ini tidak mau diam di tempatnya! Tidak bisakah dia bekerja sama denganku?" Tanganku meletakan kembali apel yang entah berapa kali terguling karena bentuk apel yang tidak seimbang.

"Kau pikir apel manusia yang bisa diajak bekerjasama. Dasar gadis aneh ... Ck ... Ck ... Ck ... Kau buang - buang waktu, Sawitri. Sebelum Pangeran Anusapati bangun maka mangkuknya sudah harus diganti. Biar aku saja yang menyusun buah - buahannya. Kau ambilkan mangkuk saja, cepatlah!"

"Baik ... Baik Kanjeng Padmini, hamba akan segera laksanakan perintah Kanjeng," ucapku sambil pura - pura memberi hormat dan tentu dihadiahi dengusan keras dari Padmini. Meninggalkan dirinya, aku berjalan ke luar pendopo Pangeran sambil terkekeh pelan.

Seperti biasa, Ah ... tidak ... tidak ... tepatnya sejak dua minggu ini Pangeran Anusapati akan makan dengan ketenangan di luar kewajaran. Memang Pangeran itu pendiam tapi sekarang dia bahkan sudah bagai arca yang bergerak. Dia nyaris tak bersuara, walaupun Raden Sadawira berkali - kali mengajaknya berbicara. Suara lantangnya kadang terdengar hanya jika dia ingin marah - marah. Mungkin itu enaknya jadi Pangeran. Ingin rasanya mencekiknya tapi pasti kita yang dipenggal setelahnya.

Hal itu juga berlaku jika kebetulan ada Pangeran Tohjaya, Pangeran Mahisa Wong Anteleng, ataupun Kanjeng Praya yang kebetulan ikut makan di sini. Beda cerita jika Raden Panji Kenengkung yang ikut jamuan makan dan bertanya, tetapi Pangeran Anusapati juga menjawab pertanyaannya dengan singkat, padat dan tak jelas. Dia terkesan ingin cepat - cepat mengakhiri pembicaraan.

Walau memang tak ada satupun dari mereka yang berani mengangkat topik mengenai Kanjeng Padestari, karena setelah pengalaman pertama yang terjadi yaitu Pageran Anusapati yang meninggalkan meja makan, walaupun baru sesuap memasukan makanannya saat topik ini diangkat. Nama Kanjeng Padestari belakangan ini menjadi topik terlarang di sini. Untungnya semua orang sepertinya sepakat bekerjasama untuk menciptakan suasana tenang tanpa masalah.

Berbicara tentang Kanjeng Padestari sendiri, beliau belum tampak mengunjungi pendopo tempat Pangeran Anusapati. Apalagi setelah berita pernikahannya mulai ramai dibicarakan. Sebenarnya Kanjeng Padestari pernah akan berkunjung namun Pangeran Anusapati tengah berada di kediaman adiknya yaitu Dewi Rumbi.

Kanjeng Padestari juga sepertinya menyusul ke sana. Aku tidak tahu pasti karena saat itu hanya Padmini, Madra dan Wasa yang pergi menemani Pangeran Anusapati, sedangkan aku dipanggil ke istana Ratu. Sepertinya mereka berbicara di sana. Tapi jika dilihat dari kenyataan yang terjadi setelahnya, kita dapat menyimpulkan pembicaraan mereka tidak berjalan baik. Ingin bertanya pada Padmini juga percuma, karena dia selalu mentaati aturan bahwa pelayan mendengar segala hal tapi tak akan bisa berucap walaupun hanya satu kata.

Melirik sekilas pada Padmini yang terlihat gelisah, aku hapal di luar kepala saat dia sedang resah. Lihat saja tangannya yang mengepal, ini sebenarnya ciri yang tidak umum karena biasanya orang lain akan bergerak salah tingkah, berkeringat ataupun menautkan kedua tangannya jika gelisah. Mungkin dia takut dimarahi lagi mengingat sudah dua hari ini, Padmini menjadi sasaran kemarahan Pangeran Anusapati.

"Uhuuuk" Pangeran Anusapati terbatuk yang tentu membuat lamunanku buyar dan seketika aku mengalihkan pandanganku menghadap tuanku itu. Harap - harap cemas karena sebentar lagi mungkin beliau akan memarahi kami. Dia yang tersedak, kami yang salah ... Hadeeh, nasib pelayan seperti kami yang memang selalu kena getahnya.

"Uhuuuk" kali ini Pangeran menutup mulut dengan tangannya dan hal sesudahnya membuat aku nyaris kehilangan napas kala darah segar menyembur ke tangannya. Astaga ... Ada apa sebenernya ini? Apa dia sakit?

"PANGERAN!!!" teriak Raden Sadawira lalu bergegas mendekati tubuh Pangeran Anusapati yang hampir oleng dari kursi lalu menengok pada kami semua "SEDANG APA KALIAN HAAH ... CEPAT PANGGIL TABIB!!!" perintahnya marah karena panik.

Seakan tersiram air dingin, perintah Raden Sadawira membuat kami berderap menuruti perintahnya. Jujur, jantungku belum pernah berdetak secepat ini. Aku sudah cukup lama di istana tapi selama ini tidak ada yang aneh - aneh di istana. Paling - paling hanya masalah pelayan kabur yang dihukum mengenaskan. Beberapa kali perang namun keluarga kerajaan paling hanya luka ringan karena yang gugur biasanya hanya prajurit tingkat rendah.

"Uhuuk ... Di ___diam kalian di tempat ... Uhuuuk," ucap Pangeran Anusapati sangat lemah lalu berusaha turun dan bersila di lantai. Perintahnya bagai mantra yang membuat kami berhenti bergerak dan membalikan badan menghadapnya lagi.

Tercengang sekilas mendengar ucapan maupun tindakan Pangeran Anusapati "APA KAU SUDAH GILA??? KITA HARUS BURU - BURU MEMANGGIL TABIB. MENGAPA KAU HENTIKAN MEREKA? KAU SENGAJA INGIN MATI, HAAH!!! PATAH HATI SIH PATAH HATI TAPI TOLONG GUNAKAN OTAKMU PANGERAN ANUSAPATI YANG TERHORMAT!!!" teriak Raden Sadawira sekali lagi karena kesal.

"Uhuuk ... Hahaha ... Uhuuk ... Sekalipun aku harus mati karena racun sialan ini ... Uhuuuuk aku ha__harus tau siapa pelakunya dan aku tidak mau ma__ mati penasaran. Dia ha__harus ikut mati denganku kalau perlu." mengambil napas walau agak tersenggal, "Salah sa__satu dari mereka MERACUNIKU, Sadawira!"

--------------------- Bersambung --------------------

18 Desember 2020
---------------------------------------------------------------

Ini chapter resmi terakhir untuk tahun 2020

Seperti yang aku bilang :
Libur telah tiba
Yeeiiii

SELAMAT LIBURAN

SELAMAT BERSENANG - SENANG

(Yang belum bisa libur ... Sabar yaa)

Continue Reading

You'll Also Like

366K 35.2K 40
Mungkin, masa lalu yang dapat menyembuhkannya Book I Start: 26 Maret 2020 End : 19 Mei 2020
KASHMIR By B.O.S๐Ÿš€

Historical Fiction

382K 24.9K 121
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
233K 10.1K 31
[PART COMPLETE] Ketika kehidupan dua gadis yang berbeda harus tertukar. Rara yang awalnya memiliki segalanya harus rela berbagi dengan reina. anak s...
4.2M 576K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...